Anyeoong...
Next..
Sorry kalo trlalu cepet update..
Semoga reader menikmati..Happy reading..
Drrt ddrrrt
Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan standart. Seperti sore lainnya, Lisa duduk di samping kursi kemudi Jungkook. Ponsel yang dengan sembarang berada di kotak dekat kendali terus bergetar dan kadang berdering. Si pemilik ponsel masih fokus pada kendalinya. Sedangkan Lisa juga tak ingin ikut campur dengan penelpon di seberang sana yang terus membuat ponsel itu menampilkan wallpaper dirinya dan Jungkook semasa mereka masih menjadi sepasang kekasih.
"Hape elo" Lisa memperingatkan. Mungkin ada hal penting yang membuat si penelpon terus menghubungi Jungkook.
"Oh" Jungkook tersadar dan hanya membalik ponselnya yang berisik.
"Kenapa nggak diangkat?" tanya Lisa.
"Nggak papa. Ganggu konsentrasi nyetir" katanya.
Drrt drrrt..
Ponsel itu kembali berdering.
"Biar gue yang angkat. Kali aja penting" Lisa mengulurkan jemarinya untuk mengambil ponsel Jungkook.
"Nggak perlu" Jungkook dengan cepat meraih ponselnya, sebelum Lisa mengangkat panggilan itu.
"Kenapa? Siapa tau ada urusan penting"
"Nggak. Pasti orang iseng aja"
"Oh" Lisa pasrah dan menyerah setelahnya.
Lisa sudah lelah, dan tak ingin mendebatkan masalah ponsel Jungkook, yang sebenarnya sudah ia ketahui siapa penelpon itu. Penelpon yang sama saat di Cafe itu. Bukan. Bukan Ayah Jungkook seperti yang ia katakan dulu. Tapi orang lain.
*
"Terimakasih. Selamat menikmati perjalanan anda" kata wanita usia 20an dengan seragam merah itu setelah mengisi penuh tenaga si hitam.
Jungkook kembali menjalankan mesin dan hanya berjalan sekitar 20 meter dari tempatnya berhenti sebelumnya. Jungkook kembali mematikan mesinnya.
"Gue akan masuk sebentar. Mau nitip sesuatu?" katanya saat dia berhenti di depan minimarket yang masih dalam lokasi SPBU.
"Nggak. Makasih"
"Oke. Tunggu disini bentar. Gue akan segera kembali"
"Hmm" jawab Lisa singkat. Dan Jungkook turun setelah mengelus puncak kepala Lisa dengan lembut.
Lisa sendirian. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Biasanya dia akan menghubungi Taehyung saat dia merasa bad mood. Tapi Taehyung adalah bagian dari penyebab bad moodnya saat ini. Kini Lisa hanya menatap ke depan dan menghela napasnya berulang.
Drrt drrrt..
Getaran dari benda pipih hitam itu mengacaukan lamunan Lisa. Ponsel Jungkook kembali berdering setelah beberapa waktu terdiam. Lisa mengangkat panggilannya. Dan seperti dugaannya. Dia kembali...
*
Jungkook kembali dengan membawa sekantung kresek hitam besar berisi sesuatu yang tak diketahui Lisa.
"Ini" Jungkook membuka tutup botol itu dengan lengan berototnya dan memberikannya pada Lisa. Dia juga meneguk minuman miliknya.
"Iren tadi nelpon"
Uhuk uhuk.
Jungkook tersedak minuman akibat kecerobogannya sendiri.
"Iren? Ah, pasti dia minta gue mengajarinya lagi"
"Dia nunggu elo" Lisa masih memegang minuman tanpa meneguknya dan tetap menatap ke depan.
"Ah, dia memang nggak sabaran kalo sudah pengen belajar nyanyi"
"Dia nungguin jemputan elo buat ke bioskop bareng elo" kali ini manik mata Lisa menatap tepat di mata Jungkook, seolah meminta penjelasan. Walau sebenarnya Lisa sudah tahu sejak lama. Lisa diam. Lisa hanya menunggu waktu ini datang untuk mendengar kejujuran dari bibir Jungkook sendiri.
*
"Lis, Lisa tunggu"
Lisa keluar dari mobil hitam Jungkook dengan membanting pintu itu setelah tujuan utama mereka di depan mata. Jungkook menarik pergelangan tangan Lisa untuk berhenti dan mendengarkannya. Tapi Lisa menangkisnya
"Gue nggak peduli elo pacaran sama Iren atau cewek manapun. Elo cuma perlu jujur ke gue. Susah kah?"
"Gue akui gue salah. Sepenuhnya salah gue"
"Ch... Gue nggak mau ikut campur urusan kalian. Gue udah capek, Jun"
Bugg
Sebuah tinju dari kepalan tangan seseorang melayang di pipi kiri Jungkook yang mulus. Membuat Jungkook ambruk dan kini sudah tertunduk dengan memegangi pipinya. Dia mengusap sudut bibirnya yang ia rasakan mengeluarkan sesuatu. Darah segar.
"TAE"
Pria itu, Taehyung menarik kerah seragam sekolahnya membuat Jungkook berdiri dengan terpaksa. Dan sebuah tinju kembali melayang di tempat yang sama.
"TAE, STOP"
"Gue nggak akan berhenti sebelum dia mendapat ganjaran yang setimpal karena udah mengkhianati elo berkali-kali"
Tangan kiri Taehyung masih menggenggam erat kerah putih yang tak lagi bersih itu. Kepalan tangan kanannya siap melayang kembali di hidup mancung Jungkook. Sebelum..
"Kak, cukup"
Lisa menoleh pada sumber suara yang entah sejak kapan dia berdiri disana menyaksikan perkelahian itu. Bahkan Jungkook terkejut dengan kedatangan gadis itu.
"Yuri?"
"Cukup, Kak. Elo pernah bilang ke gue untuk tidak menjadi lebih jahat dari orang yang telah berlaku jahat ke kita. Stop, Kak"
Taehyung menurunkan genggamannya dari kerah Jungkook dan melonggarkan kepalan tangannya yang tegang.
"Jungkook sudah mengakui kesalahannya. Jadi elo bisa berhenti sekarang" kata Lisa merendahkan nadanya dari sebelumnya.
"Tapi bagaimana bisa dia melakukan itu saat elo sudah menerima keputusan bokap elo" kata Taehyung masih tak terima dengan perbuatan Jungkook pada Lisa.
"Gue minta maaf. Kalo tau akan begini jadinya, gue akan mengakhiri hubungan gue dengan Iren dan memulai kembali hubungan kita"
"Elo ngomong seenak jidat elo"
"Gue udah nggak peduli dengan hubungan elo sama Iren. Kalopun elo mengakhirinya dengan Iren dan memulainya lagi sama gue, percuma. Semua percuma karena hati gue udah mati dan nggak bisa merasakannya lagi dari elo"
"Tapi.."
"Gue harap ini akan menjadi rahasia kita. Jangan katakan apapun pada orang tua kita, seolah hubungan kita berjalan baik-baik saja. Karena gue dan elo punya orang yang harus dibahagiakan, bukan membuat mereka kecewa"
"What?? Lis, elo serius masih mau nerusin semuanya dengan cowok bangsat ini?"
"Tae, cukup. Gue udah capek" kata Lisa yang benar-benar sudah lelah dengan berbagai masalah yang muncul di hidupnya. Kini yang bisa dilakukannya hanya pasrah.
"Mending sekarang elo pulang dan temui Iren"
Mian alias maaf sebesarnya krn bikin dedek Kookie babak belur..
Silahkan complain or tampar saja author..
#PlakplakplakDon't forget to vomment..
Geumawo..
KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
عشوائيTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...