Bus malam tidak terlalu penuh seperti kereta api yang ditumpangi Lisa beberapa jam lalu. June duduk di samping Lisa. Mereka tak berkata satu sama lain. Hanya pikiran mereka yang berbicara. Lisa tak menyangka June menyembunyikan tentang adiknya dengan begitu rapih, menyembunyikan kepedihannya dengan sikap dingin June yang tak bisa ditebak.
"Dia pasti bangga sama elo" Lisa memulai kalimatnya.
June menyembunyikan adiknya dengan menghadirkan Rose sebagai sesuatu yang dia harapkan. Sayangnya, harapan itu hilang dengan kehadiran orang yang diharapkan Lisa.
June sudah menganggap Lisa sebagai pengganti adiknya. Namun cepat atau lambat Lisa akan meninggalkan Jepang. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Haruskah dia kehilangan orang yang disayanginya untuk kedua kalinya?
"Bisakah elo tinggal di sini saja?" June menanggapi sembari menoleh pada Lisa. Namun yang ditanggapi tak akan merespon tanggapannya. Lisa sudah memejamkan matanya, hilang kesadaran karena lelah dan kepalanya jatuh tertidur pada kaca bus yang keras. June mengurangi rasa sakit di kepala Lisa, merelakan bahu lebarnya sebagai bantal untuk Lisa.
***
"Gimana? Cantik kan?" Lisa keluar dari ruang ganti dengan beberapa polesan di wajahnya dan bersiap untuk pertunjukan terakhirnya. Dia meminta pendapat pada June tentang penampilannya.
"Tetep aja"
"Yaish, nyesel gue tanya sama elo"
Tetep cantik.
"5 menit lagi, giliran kalian"
"Kalian sudah siap?" tanya Lisa kepada timnya.
"Hm"
**
"Elo tau, gue masih sayang sama elo . Haruskah gue melakukannya juga?"
Lisa tak menanggapi kalimat Jimin. Matanya tertuju pada satu hal yang membuatnya cukup terkejut. June dan Rose berdiri di tengah panggung bagian depan. Tangan June sudah bertengger pada pinggang Rose, sementara kedua tangan Rose mengalung pada leher June. June memiringkan kepalanya, mendekatkan wajahnya pada Rose.
Strategi Lisa. Awalnya dia membuat koreografi sesuai dengan konsep couple sesuai lagu yang dinyanyikan Rose. Lisa ingin membantu June dengan membuat mereka semakin dekat. Dengan koreo fake kiss diakhir pertunjukan pasti membuat penonton lebih menyukainya . Terbukti, sorakan dan riuh siulan penonton mampu membuat aula pusat perbelanjaan yang penuh penonton menjadi semakin panas.
Namun hal itupun juga membuat salah satu penonton di sana menjadi lebih panas. Bibir June sudah menempel di atas bibir Rose, melumatnya lembut.
Cup.
Jimin pun tak mau kalah. Kecupannya tertahan pada bibir Lisa lembut. Lisa tak pernah merespon. Matanya terbelalak pada salah satu penonton pria yang berjalan cepat menaiki panggung tanpa instruksi. Dia menatap mata Lisa namun langkahnya menuntun ke arah lain.
Sorry, gue harus membiarkan dia menyentuh bibir elo sekali lagi. Walau gue tak ingin, tapi elo adalah miliknya. Dan gue hanya sahabat buat elo.
Brak.
Dengan sekejap mata, June terjatuh tersungkur. Pria itu menarik kerah June hingga tubuhnya setengah berdiri dan sekali lagi melayangkan tinjunya. Dan sekali lagi pula June harus terbaring di atas lantai panggung.
"Sorry. Tapi gue nggak bisa membiarkan dia pergi" kata June lirih. June menatap mata pria itu setengah memberikan seringai dengan sudut bibirnya yang berdarah.
"Taehyung, Stop" Rose menahan Taehyung, berusaha menghentikan tindakan keras lain yang mungkin akan Taehyung lakukan pada June.
"Biarkan gue kasih pelajaran ke cowok kurang ajar ini" Taehyung melepas tangan Rose. Taehyung benar-benar tak bisa dihentikan begitu ada yang menyulut kemarahannya.
"Taehyung,...stop. Elo melukai dia" Rose memang tak bisa menghentikan Taehyung, tapi dia bisa membantu June bertahan dengan membantunya berdiri.
"Melukai? Elo nggak tau dia lebih dulu melukai hati gue. Haruskah gue diam saja? huh?" Tentu saja, siapa yang tidak sakit hati melihat kekasihnya berciuman dengan orang lain. Dengan alasan apapun tentu saja itu menyakiti harga dirinya.
"Tae," Lisa tak mungkin tinggal diam dengan ini. Semua berawal dari dirinya. Dirinya yang membangkitkan harapan June untuk bisa maju, menjalani semangat dalam apa yang dilakukannya, dalam hidupnya.
"Tunggu" Taehyung tak menghiraukan Lisa. "Jangan bilang elo juga menyukainya"
June tersenyum menunjukkan seringai dengan sudut bibirnya yang berdarah lagi. Taehyung dibuat marah karenanya, kembali berjalan mendekati June dan menarik kerahnya.
"Tae, stop" Lisa menaikkan nadanya. "June nggak salah. Ini cuma salah paham" Lisa kini sudah berdiri di antara Taehyung dan June, melentangkan kedua tangannya. Lisa merasa menyesal. Jika ini yang akan terjadi, jika semua orang akhirnya terluka karena dirinya, Lisa tak akan melakukan ini, tak akan memnuat konsep koreografi itu. Jika dia tahu akanberakhir seperti ini, Lisa tak ingin berada di sini, jauh-jauh ke Jepang untuk Taehyung.
"Sorry, elo minggir Lis. Ini urusan gue dengan brengsek ini"
"Nggak Tae" Lisa masih kukuh tak ingin pergi dari hadapan Taehyung untuk menahannya.
"Taehyung, please hentikan semua ini. Malu tau nggak diliatin banyak orang" Rose memandang jauh di sekelilingnya. Semua mata memandang dengan bisikan
"Malu? Gue nggak malu untuk orang yang gue sayang"
"Taehyung, gue tahu elo sayang sama gue. Gue juga sayang sama elo. Kalo elo beneran sayang sama gue, please stop it"
Taehyung terdiam, menatap mata Rose kemudian beralih pada Lisa. Dia membebaskan jemarinya dari kepalan tangan yang siap untuk meninju June sekali lagi.
"Okey, demi elo. Karna gue sayang"
Benarkah gue...?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
DiversosTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...