Anyeoong.....
Next..
Happy reading..
*-*
"Elo bener-bener nekat ya"
"Gue cuma meringankan beban di kepala gue dari beratnya tugas kampus" katanya memberi alasan palsu.
Kedua pria itu sudah terduduk di kursi sudut cafe sembari menyeruput coffe latte. Tatapannya kosong pada gelas kopinya yang masih penuh. Dia mengaduknya sejak benda bulat panjang itu datang.
"Elo masih tahun pertama di sini. Pasti belum terbiasa. Lama-lama juga terbiasa sendiri" katanya sembari menepuk kawan di depannya yang nampak tak sepenuhnya sadar.
"Mungkin. Kenapa gue nggak jadi elo aja dari dulu yang taunya cuma belajar belajar dan belajar. Dan sekarang elo nggak perlu merasakan beratnya belajar. Ya, kan Joon?"
Joon, Kim Namjoon. Pria yang mengetuai tim Jurnalistik semasa SMAnya dan pria yang semasa itu bahkan mungkin sejak SMP atau sekolah dasarnya hanya bergelut dengan buku dan pena. Hanya belajar dan belajar sejak bumi berputar, sehingga dia sering dipanggil sebagai si Jenius.
Namjoon yang sudah menjadi mahasiswa tahun kedua jurusan kedokteran di salah satu universitas di Jepang itu, sangat memahami keluhan kawannya. Memang berat di tahun pertama yang berbeda drastis dengan kehidupan sebagai anak SMA. Sebenarnya mudah, hanya perlu beradaptasi karena belum terbiasa.
"Semua ada proses dan jalannya masing-masing, Tae. Gue dulu juga sempat iri sama elo. Elo bisa bermusik dan bersenang-senang dengan musik elo dan menemukan seseorang yang elo sayang di sana"
Namjoon tahu yang dirasakan Taehyung. Karena dia pernah merasakan iri karena waktu untuk bersenang-senangnya pernah hilang. Namun dia merasakan hal positif lain menggantikan waktu yang hilang itu.
Taehyung pernah menemukan seseorang yang ingin dia sayangi dan lindungi saat itu. Tapi sekarang semua menghilang jarak dan waktu mungkin sudah memudarkan semua bahkan tanpa dia tahu apa 'dia' juga memiliki rasa yang sama.
"Yah, manusia selalu merasa kurang dengan apa yang diberikan-Nya"
"Elo bener. Seharusnya kita bersyukur bukannya terus mengeluh dari kelebihan orang lain"
"Hm, gue cukup bersyukur bisa bersenang-senang dengan musik gue. Dan seharusnya gue juga bisa menemukan rasa syukur gue bisa sampai sejauh ini. Setidaknya gue bisa membuat nyokap gue bangga"
"Pasti ada jalan di depan yang lebih baik. Kalopun elo nggak bisa kembali dan bertemu dengan cinta elo disana, mungkin elo akan menemukan cinta lain disini"
"Mungkin dan mungkin juga tidak"
*-*
"Gue cuma beli semua bahan ini untuk ngisi kulkas elo yang kosong. Setidaknya kita nggak kelaparan dan punya banyak energi untuk latihan"
Hanbin hanya mengangguk membenarkan kalimat Lisa Sementara Lisa sedang berhadapan dengan June, mendebatkan hal sepele menurutnya, tapi hal besar menurut June.
"Tapi nggak seharusnya elo pergi sendiri. Elo bisa bilang ke gue, gue bisa anterin elo" June hanya khawatir karena Lisa masih asing dengan Jepang. Terlebih Lisa belum sepenuhnya mengerti bahasa dan budaya Jepang.
"Jun, elo nyadar nggak sih. Gue bukan anak kecil. Gue bisa pergi sendiri dan gue bisa pulang sendiri"
"Gaes, bisa..kalian berhenti dan masak sekarang? Gue udah laper"
Hanbin yang tak mau terlibat dengan perdebatan konyol itu hanya menggelengkan kepalanya, tak mengerti kenapa harus sejauh itu. Hanbin hanya diam, ikut campur berarti mengeluarkan tenaga, menurutnya. Sedangkan dirinya belum mengisi tenaga sama sekali sejak pagi.
"Masak sendiri" jawab keduanya kompak.
"Kenapa harus berbeda jika kalian bisa bersama" katanya lirih, menyindir kedua kawan baru seperjuangannya.
*-*-*-*
Krincing krincing
Satu toples besar hampir penuh dengan ratusan uang koin. Jari-jari panjang itu menutupnya rapat lalu membawanya ke lemari di sudut ruang itu bersama toples-toples koin yang lainnya. Disebelahnya terdiam sebuah kotak hijau tua, jari itupun menambahkan beberapa lembar kertas bernominal yang membuat kotak itu semakin penuh.
"Nggak banyak, tapi lumayan"
Matanya menyipit menunjukkan sebuah senyuman saat memandangi toples dan kotak itu.
Namun seketika memudar, bibirnya mendatar.
"Sebanyak itukah?" pria itu bertanya pada benda mati di depannya yang jelas tak bisa menjawab pertanyaan kosong itu.
"Bahkan gue nggak tau apa gue bisa kembali. Kalaupun gue kembali..." pria itu menutup mata, menggeleng kepalanya pelan. "Bahkan gue nggak tau jawaban elo"
"TAEHYUNG... Cepat turun. Makan malam sudah siap" teriakan keras seorang wanita dilantai bawah membuyarkan lamunannya. Taehyung segera mengunci harta karunnya, sebelum siapapun mengetahuinya.
*-*
Vomment juseyo

KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
RandomTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...