30. Take My Hand

1K 106 10
                                    

"Ekhm ekhem. Mahasiswa Kim Taehyung, Bukankah anda sudah tahu bahwa dilarang bermesraan di area kampus?"

Suara dehaman seorang pria yang datang tak diundang menghentikan kemesraan mereka.

"Sumimase" Taehyung berulang membungkuk, meminta maaf, tanpa melihat pemilik suara.

"Hihi... Bagus bagus" Pria itu cekikikan, kemudian kembali membuat nada suaranya lebih dalam.

Menyadari ada hal aneh kepada sang pemilik suara, Taehyung bangkit dari ribuan maaf tak beralasan itu.

"Senior?"

"Yassh... Berani-beraninya elo mendahului pacaran saat senior elo masih ngejomblo. Dasar junior durhaka" pria itu memiting kepala Taehyung dan menjitaknya.

"Senior, tolong berhenti menjitak kepalanya. Tempurung kepalanya rawan pecah" Lalisa ikut ketakutan dan memohon untuk melepaskan Taehyung. Tidak. Lisa bukan takut, tapi ikut menggoda Taehyung bersama orang baru yang disebutnya Senior.

"Hahaha...pacar elo bisa juga. Oke-oke. Pacar Taehyung yang cantik" pria itu melepaskan Taehyung, sesuai permintaan Lisa sembari tertawa. Ikut tertawa atas Lisa yang ikut menggoda.
"Perkenalkan gue Park Bogum, senior Taehyung yang paling ganteng" senior ganteng itu mengulurkan tangannya setelah mengusap telapak tangannya yang mungkin dirasa kotor.

"Gue Lisa. Dan sebenarnya gue bukan pac-..." Lisa menerima uluran tangan Bogum. Memperkenalkan diri dan...ingin meluruskan sebutan pria itu kepada dirinya.

Namun kalimatnya terputus oleh Taehyung.

"Dia bukan pacar gue" Taehyung memegang kedua tangan yang berjabatan itu. "Tapi kekasih satu-satunya yang paling gue cintai" Taehyung mengakhiri jabat tangan mereka dengan tangan kiri. Sementara lengan kanannya meraup pundak Lisa dan mendekatkan kedalam pelukannya lebih dalam. Lisa menatap manik mata Taehyung, mencari kebenaran saat dia tahu yang dikatakannnya tidak sesuai dengan kenyataan.

"Well, oke oke" Bogum mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, pertanda tak ingin mengganggu hubungan juniornya. "Jangan membuat mata gue sakit karena melihat kemesraan kalian disini" Bogum menutup mata dengan tangan kirinya. "Pergi ke taman hiburan atau ke bioskop atau kemanapun tempat kencan lainnya. Asal jangan di depan seorang jomblo terhormat seperti gue. Karena kalian bisa membuat jombloers sejati ingin melepas gelarnya" Bogum membuka mata dan berusaha mengusir kedua insan itu dengan kedua tangan layaknya mengusir ayam yang masuk ke dalam rumah.

"Ide bagus. Terimakasih, senior" Taehyung menjentikkan jarinya. Kemudian menepuk ringan pundak seniornya.










*****

"Tae, gue boleh mundur aja?"

Bersama ratusan pengunjung dan Taehyung, Lisa berdiri dalam barisan antrian. Lisa menoleh ke belakang pada seorang Taehyung yang menarik lengannya menuju barisan itu. Lisa ragu. Sebelum melewati garis dan melangkahkan kaki ke dalam kereta berukuran panjang hampir dua meter itu, Lisa meminta ijin untuk mengubah keputusannya.

"Oke oke, elo boleh mundur selangkah. Setelah itu...maju sebanyak langkah yang elo butuhkan bersama gue"

Lalisa dan Taehyung tengah berdiri di depan kereta bianglala, mengikuti saran dari senior tampannya untuk pergi ke taman hiburan. Meski tidak untuk berkencan seperti saran Bogum, setidaknya mereka ada di tempat ramai itu untuk mengulang kenangan masa remaja mereka. Kenangan saat melepas kepenatan akhir pekan dan...melepas kepenatan hati yang menjerit sakit.

"Tae, gue nggak becanda. Elo tau gue takut ketinggian"

Masih di depan pagar, bahkan Lalisa belum menginjakkan kakinya pada garis. Lisa memukul dada Taehyung, hampir menitikkan air matanya karena ketakutan.

"Apa elo juga takut pegang tangan gue? Tenanglah !! Gue ada disini. Gue akan selalu sama elo"

Taehyung menangkap pergelangan tangan kurus Lisa, menghentikan kekhawatirannya dengan senyuman. Lisa menatap Taehyung, lebih tenang. Meski dia tidak percaya kepada dirinya sendiri tapi dia percaya kepada Taehyung. Lalisa menautkan jemarinya diantara jemari panjang Taehyung.




*

"Wuw wow wow"

Taehyung yang telah berada dalam kereta lebih dulu mengulurkan tangannya untuk Lisa. Lisa menerima tangan Taehyung dan melangkah dengan pelan.

Mereka duduk. Lisa menyamankan pantatnya pada kursi dan meraih pegangan demi keamanannya.

"Keren kan?"

Kereta mulai bergerak hingga kini pada ketinggian beberapa meter cukup jauh dari titik pemberangkatan mereka. Taehyung menatap ke depan, ke luar jendela kaca tembus pandang yang dapat menyaksikan keindahan kota.

"Wow wow wow" Lisa hanya memberikan satu kata komentar itu berulang kali.

"Elo belum mengatakan apapun dari tadi. Kecuali kata 'Wow wow wow'" Taehyung menirukan komentar Lisa dengan gaya khasnya.

"Haruskah gue mengatakan kata lain? Ini benar-benar... Wow. Kita bisa melihat seluruh kota dari tempat ini" kali ini Lisa berkomentar lebih, lebih dari satu kata Wow itu yang menampakkan rasa bahagianya. Rasa takjub yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata lain.

"Jangan terlalu takjub dulu" Taehyung tersenyum, sementara kedua ujung bibir Lisa justru menurun karenanya.

"Kenapa? Tapi ini beneran menakjubkan"

Larangan Taehyung membuat Lisa tak percaya. Bagaimana dia harus berhenti takjub dengan hal yang sangat menakjubkan di depannya.

"Bersiaplah. Hal menakjubkan lainnya akan segera datang. Kita akan berada di puncak tertinggi tempat ini?" Taehyung mengangkat pantatnya, berdiri dan kembali menatap Lisa dengan senyuman khas kotaknya.

Sejenak Lisa terdiam. Melihat senyum Taehyung membuatnya merasa nyaman. Namun akankah itu membuatnya aman?

"Apa? Apa elo yakin kita aman dan nyaman?" Lalisa mengalihkan otaknya yang terpesona dengan senyum ringan namun manis itu. Otaknya kini beralih, bagaimana cara menikmati ketakjuban yang akan datang dengan aman dan nyaman.

"Percayalah!!" Taehyung menapakkan telapak tangan di atas dadanya. Mengatakan dengan isyarat 'Percayalah padaku' atau mungkin...'Percayalah pada diri sendiri'. Yang jelas Taehyung mengatakan untuk percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Toh selama mesin putar itu beroperasi tidak ada yang memberitakan adanya kerusakan atau kecelakaan. Semuanya baik-baik saja bahkan hingga sampai saat ini.

"Adakah pegangan yang bikin gue yakin dengan kata-kata elo?" Lalisa menoleh ke kanan-kiri di samping tempat duduknya. Berusaha mencari sesuatu hal yang mungkin akan membenarkan maksud yang Taehyung katakan. "Gue pengen melihatnya tapi gue nggak yakin akan bisa melihatnya dengan aman dan nyaman saat berdiri"

Ada. Lalisa menemukannya. Sayangnya...hanya pegangan disamping tempat duduk. Bahkan dia sendiri tidak yakin akan aman memegangnya saat berdiri.

"Sekarang elo yakin??"

Tanpa aba-aba Taehyung menarik tangan Lisa. Lalisa sempat berteriak kecil dengan kejadian mendadak nan singkat itu. Hingga membuat tubuh kurus Lisa melayang dan berakhir dalam pelukan Taehyung.

Keduanya kini menatap ke arah luar kaca tembus pandang yang menampakkan keindahan seluruh kota. Taehyung berdiri di belakang Lisa. Dada bidangnya sangat dekat, menempel pada punggung kurus Lisa. Kedua lengan panjang Taehyung melingkar di depan dada Lisa. Singkatnya, Taehyung memeluk Lalisa dari belakang. Lalisa mengerjapkan matanya berulang kali, masih mencerna perlakuan Taehyung terhadap dirinya. Jantungnya berdegub kencang.

Sebenarnya pelukan Taehyung padanya ini bukanlah yang pertama kali. Hampir setiap hari, dulu. Itu dulu. Dulu ketika pelukan itu masih terasa manis persahabatan. Dan kali ini, detak jantung Lalisa mengharapkan pelukan manis yang lebih manis dari persahabatan. Tangan Lisa bergerak menuju tangan Taehyung di dadanya. Menggenggamnya erat, mengharapkan pelukan Taehyung lebih dalam.

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang