12. Small

615 61 2
                                        

Anyeong..

Sorry lama nggak up, gw trlalu sibuk dirumah n masih fokus sama work Brother [Jennie X BTS]..

Next...




Happy reading..


***




Apa dunia benar-benar sempit? sehingga tak ada tempat untuk berlari. Yang bisa kulakukan hanya berpaling sejenak dan...dia kembali muncul dihadapanku. Bila aku bisa menutup mata dan tak melihatnya akan aku lakukan. Tapi sayang, ternyata menutup mata saja tidak membuatku menghilang darinya atau dia yang akan menghilang dariku. Menutup mata bukan berarti semua yang ada dihadapanku menghilang. Dia ada. Aromanya masih bisa kurasa, sentuhannya masih bisa kuraba dan suaranya masih bisa kudengar. Tak ada tempat. Menghadapi adalah satu-satunya jalan aku berlari.


*

Lisa berjongkook, merapatkan kedua lututnya dengan pelukan tangannya. Dia menunduk, menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Ditempat lembab itu, tak ada suara lain kecuali air keran yang mengalir pada bak yang sudah penuh. Tubuhnya menggigil, luapan air mengalir melalui tubuhnya yang bersandar pada dinding bak itu. Namun tak ada hasrat untuk bangkit darinya.

Air lainnya mengalir dari mata melalui pipi mulusnya. Dia juga tak berhasrat untuk menghapusnya. Bukan. Sia-sia saja menghapusnya sekarang saat semuanya akan tumpah lagi membasahinya berulang kali. Isakannya tak terdengar lagi, tertutup oleh suara pancuran air yang terus mengalir.

Tok tok tok

Lisa terbangun dari lamunannya.






***


"Kenapa elo kembali?"

Kembali?

Pria itu..

Apa ada yang salah disini?

Pria itu nampak tak asing lagi disini. Benar, dia adalah rekan Mr.Hoya. Tapi dia nampak tak asing lagi dengan suasana yang baru saja ia temui. Terlebih pada Rose, rekan baru yang baru saja ia temui.

"Gue denger ada yang menarik disini" Pria itu mengalihkan pandangannya pada Lisa. "Jadi, gue nggak bisa melewatkan itu"

"Ini untuk acara amal. Apa elo yakin, Jim?" Rose kembali berujar.

Jim,.

Jimin.

Park Jimin.

Dia kembali.

Dia kembali dalam kehidupan Lisa.

Tidak tidak.

Lisa berharap pria itu hanya menumpang lewat dari jalan hidupnya saat ini. Terlalu lelah untuk mengulanginya kembali. Masih banyak jalan, tapi kenapa Jimin melalui jalan hidup Lisa untuk berjalan.

"Gue selalu yakin dengan apa yang gue lakukan"

*

"Kita sudah membicarakan konsepnya kemarin" Lisa mulai bersuara sebagai ketua tim.

"Couple?" tebak Jimin.

Lisa terdiam sejenak, mengambil napasnya dalam. Mengingat masa itu, saat mereka masih bersama dengan konsep yang sama tidaklah menjadikan Lisa tersenyum lagi. Roda kehidupan memang terus berputar. Tapi disaat yang sama roda kehidupan Lisa berputar dengan cepat. Saat itu dia tersenyum dan saat itu pula dia menangis.

"Benar. Sesuai lagu yang akan dibawakan nanti. June akan menari dengan Rose dan gue..." Lisa kembali menghela napas.

"Baiklah. Apa bisa kita mulai sekarang?"

**


Waktu berjalan begitu cepat. Delapan jam menari di ruang latihan, membuatnya tak menyadari mentari sudah hampir berlalu.

"Dunia ini benar-benar kecil" kata Lisa sembari mengemasi barang-barang ke dalam tas ranselnya.

"Atau...memang ada yang ditakdirkan untuk bersama"

Lisa menghentikan aktivitasnya, menatap mata Jimin dengan tajam. Sepersekian detik kemudian Jimin hanya menunjukkan senyumnya dengan penuh harap.

Lisa mengalihkan matanya, berharap tak lagi terikat dengan mata coklat itu.

"Jun, gue ke toilet dulu"

Lisa berpamitan pada June dan meninggalkan Jimin.

**

"Elo...pulang sendiri?" tanya June pada Rose yang sudah bersiap dengan mengemasi barang-barangnya.

"Nggak. Ada banyak penumpang bus lain"

"Eee" June menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hehe... Gue becanda" Rose tertawa melihat June yang kikuk. "Ya, gue datang dan pulang sendiri. Seperti biasa"

"Mau bareng? Gue pikir jalan tujuan kita searah" tawarnya.

"Elo..."

Drrrt drrt

Ponsel Rose bergetar diikuti deringan yang menggema di dalam tasnya. Rose mengangkat telpon dengan senyum di wajahnya.

"...Sebentar"

Tak butuh waktu lama Rose menjawab panggilan itu, sedetik kemudian Rose menyimpan ponselnya seperti sedia kala.

"Thanks, mungkin lain kali, Jun" Rose menepuk lengan June. "Sampai ketemu besok. Bye"

"Oke, bye"

*


***

"Elo pulang sekarang?" Lisa yang baru saja keluar dari toliet melihat Rose terburu-buru.

"Iya, gue udah dijemput"

"Siapa?"

"Cowok gue"

Cowok? Pacar?

"Gue duluan, bye"

Lisa melihat punggung Rose yang berlari meninggalkannya.

Seorang pria tinggi dengan mantel hitam dan syal kotak abu-abu sudah berdiri disana. Dia membalikkan badan dan tersenyum saat tahu Rose sudah dibelakangnya. Pria itu...

Taehyung.

Taehyung menarik syal dilehernya dan mengalungkannya pada leher Rose, merapikan dan menariknya sedikit keatas untuk mencegah udara dingin menyerang leher Rose.

Tap tap tap.

Lisa menoleh, mendengar suara langkah kaki cepat yang nampak terburu-buru.

June.

"Jun? Kenapa?"

"Dompetnya ketinggalan" June memegang dompet merah marun ditangannya.

"Ha?"

"Jun, bentar"Lisa menahan tangan June "Dia udah pulang, mending besok aja elo kasih ke dia" Lisa menghentikannya, berharap June tak melihat apa yang dia lihat. Berharap June tak kecewa seperti yang dirasakannya.

**~**


"Gue pergi dulu"

"Kemana?"

"Mungkin lebih baik aku mengembalikannya sekarang"


***

Vomment juseyo






FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang