Anyeong...
Next...
Happy reading..
*-*
Jarum Jam di dinding terus berputar mengitari pusatnya. Waktu berlalu terlalu cepat. Bahkan keberadaan mentari telah tergantikan dengan bulan. Lisa masih di dalam kelas menari, menyilangkan tangannya di atas dada. Menatap June yang menatap dirinya sendiri di depan cermin besar dengan gerakan-gerakan yang akan ditunjukkannya pada evaluasi besok.
"Elo akan menemuinya?" June berujar sembari terus melakukan gerakannya.
"Lemparkan tangan elo ke atas seperti ini" Lisa melepaskan tautan tangannya, menurunkan dan melemparkannya ke atas.
"Seperti ini?"
"Oke. Itu bagus, tapi buat lebih keras lagi. Rasakan seolah elo ngelempar bola basket tapi tangan elo yang terlempar" titah Lisa.
"Elo akan menemuinya?" June menyela lagi dengan bahasan lain.
"Tak taktaktak. Lemparan pertama pelan selanjutnya lebih cepat" titah Lisa kembali membenarkan gerakan June.
"Elo akan menemuinya?"
"Jun, bisakah elo nggak bahas yang lain saat latian?" Lisa berhenti menggerakkan tubuhnya, mulai terganggu dengan June yang terus saja membahas itu saat dirinya dalam mode fokus latihan.
"Elo udah bantu gue belajar nari. Kenapa gue nggak bantu elo juga. Gue bisa bantu elo ketemu sama dia" June menghentikan latihannya.
"Besok penilaian terakhir. Gue nggak punya banyak waktu untuk merencanakan pertemuan" jawab Lisa sembari duduk pada bangku panjang di sana.
"Oke. Setelah penilaian besok, elo harus siap"
"Apaan?"
"Ketemu"
***
"Elo menyimpannya? Wuih.. Ada banyak banget lagi"
Namjoon mengelilingi tiap sudut kamar Taehyung. Meski sudah lama bersahabat dengan Taehyung, nyatanya Namjoon baru pertama kali berada di ruang pribadi sahabatnya itu.
Namjoon membuka album foto bersampul coklat tebal di mejanya. Namun bukan potret diri Taehyung dalam album itu, melainkan beberapa lembar stiker note yang sengaja ia letakkan disana bersama kelopak bunga kering.
"Keren kan"
"Dia pasti penggemar berat elo"
Malam memang gelap, tapi dengan gelap aku bisa melihat terang.
Aku menemukan terang dalam gelap yang membelenggu.
Aku menemukan suara rindu yang menuntunku.
Aku menemukan jalan yang menuntun langkahku.
Lalu, ijinkan aku melihat cahayaku.
"Elo suka dia?"
"Ya, tulisannya bagus. Rima syair puisinya bagus. Gue rasa dia adalah seorang penulis hebat" kata Taehyung sembari menyodorkan minuman soda yang dia ambil dari kulkasnya, kemudian duduk di pinggiran ranjangnya.
"Maksud gue... Elo suka sama dia?" Namjoon mengulang pertanyaannya. "Elo nggak pengen ketemu dia? Ya... Siapa tau elo bisa beneran suka sama dia dan bisa melupakan masa lalu elo" Namjoon membalikkan tubuhnya dan menatap Taehyung.
"Jujur. Gue pengen ketemu dia. Tapi membuka hati untuk orang lain...gue rasa gue belum bisa. Hanya...sekedar mengaguminya"
"Elo menjalani kehidupan yang sekarang, bukan masa lalu. Jalani apa yang ada di depan elo. Dan biarkan yang lalu menjadi kenangan" Namjoon menceramahi Taehyung lagi.
"Tapi kenangan lalu terlalu sulit untuk dilupakan"
"Karna elo juga terlalu sulit untuk membuka hati"
"Mungkin"
***
"Gue rasa Tuhan sedang berpihak pada kita"
Malam memang semakin dingin, tapi tidak dengan hati mereka yang sedang dirundung kehangatan. Lisa dan kedua sahabatnya menelusuri jalan pulang denga senyuman, antara bangga dan rasa tak percaya.
"Elo bener. Karena usaha tak pernah membohongi hasil. Tuhan tau kita sudah berusaha keras" sahut Hanbin sembari berjalan menatap lurus ke depan.
"Tuhan memang sayang sama kita. Apalagi... Elo sangat beruntung, Jun" Lisa menepuk pundak June, sedikit berjinjit dan akhirnya merangkulnya.
*
"Selamat. Kalian bersepuluh akan punya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan kalian di atas panggung"
Tepuk tangan keras beserta senyuman merekah diantara kesepuluh peserta akademik termasuk Hanbin, Lisa dan June.
"Kalian akan menjadi penari latar dari penyanyi kita"
*
"Elo bener-bener beruntung" kata Lisa lirih sembari menyenggol June.
Gadis di hadapannya tersenyum manis. June pun menatap gadis itu dengan ujung bibir tertarik ke atas, tak bisa menahan senyumannya.
"Terimakasih. Mohon bantuannya" kata gadis itu.
"Apa dua penari saja sudah cukup coach? Sepertinya..." kata Lisa saat Mr. Hoya berkunjung ke tim yang hanya berisi tiga gelintir manusia.
Evaluasi berakhir dengan akhir yang tak terduga. Bukan kebetulan, tapi ini sudah menjadi jalan yang telah ditentukan. Hanbin menjadi lead dancer di timnya bersama empat kawan lainnya. Sementara June dan Lisa berada dalam satu tim bersama gadis manis penyanyi cafe itu. June sangat beruntung, keinginannya untuk mendekati gadis bernama Rose itu direstui Tuhan. Mereka bertemu disana secara langsung, meski June sudah sering melihatnya di cafe tapi pertemuan ini adalah pertama kalinya bagi Rose.
"Jangan khawatir. Dia adalah penari hebat. Latihan dua minggu akan cukup. Dia akan datang besok" jelas Mr. Hoya yakin pada anggota tim tambahan yang akan membantu tim Lisa.
"Jadi hari ini?"
"Sementara kalian bisa mendiskusikan konsep penampilan nanti" tambah Mr. Hoya.
"Siap"
***
Fan? siapa?
Apa Taehyung akan bisa melupakan Lisa dengan kehadiran Fannya?
Vomment Juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
RandomTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...