28. Mr. Frustrate

519 58 7
                                    

"Elo akan menyesal"

"Nggak akan" Lisa pun membalas tatapan June. Dengan pasti dia menjawab dan menempatkan tangannya diatas punggung tangan June. Tidak ada penyesalan dalam dirinya saat tidak ada lagi masa depan yang dilihatnya. Lisa sudah kehilangan arah. Jalannya buntu. Hanya ada satu jalan...yaitu kembali ke jalan sebelumnya.

"Kenapa?"

"Ah, kenapa dia jadi cerewet sekali" gumam Lisa "Bantu gue mengisi koper gue" Lisa melepas tangan besar June dari pundaknya dan memutar badannya menuju kamar mandi.

June diam, terdiam mwnatap punggung Lisa. Tidak ada yang bisa dilakukannya lagi selain membujuk. Dan membujuk pun tidak ada gunanya saat Lisa sudah bersikeras.

"Dimana koper elo?" akhirnya June menyerah.

"Di kamar gue" Lisa mengambil handuknya sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan meletakkannya di atas kepalanya.

"Itu masih kamar gue" teriak June tepat ketika Lisa berada di ujung pintu kamar mandi.

"Okay okay. Koper gue ada di kamar elo yang gue jadikan sebagai kamar sementara gue" merasa tidak ada pertahanan dari serangan, Lisa memutar tubuhnya kembali menatap June.

"Bagus" June berjalan menuju Lisa, kemudian menarik handuknya hingga menutup wajah cantik Lisa.

"Yaisssh..." teriak Lisa. "Kenapa dia masih aja nyebelin disaat-saat terakhir hidup gue disini" Lisa bergumam.

"Bertahanlah sedikit lagi kalau begitu" meski hanya bergumam, June masih mendengar gumaman Lisa yang terdengar seperti bisikan di ujung telinga June. Kemudian June berjalan menuju kamar Lisa, tepatnya kamar June yang dijadikan kamar sementara oleh Lisa.

"Gimana gue bisa tahan" gumamnya lagi.

"Apa?" June merasa mendengar ssesuatu.

"Ah, badan gue keringetan abis dari luar. Gue mandi dulu. Tolong urus isi koper gue, Mr. Menyebalkan"

***

"Mr. MENYEBALKAN..."

Suara gadis cantik itu memekakkan telinga. Teriakannya memenuhi seluruh tiap sudut rumah itu. Untungnya dia juga tidak membangunkan seluruh makhluk disana. Tidak ada tikus ataupun kecoa yang berlari ketakutan. Tapi ada satu makhluk yang terbangun dari rasa lelahnya.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa?" kata Hanbin. Hanbin yang terbaring di atas sofa di depan televisi terjingkat, kaget dengan teriakan nona gentayangan. Dia langsung menuju kamar June yang dijadikan kamar sementara oleh Lisa.

"Wow wow wow... Gue gak nyangka kamar seorang genius dancer Lisa seberantakan ini. Elo...lagi PMS??" tambah Hanbin yang berada di ujung pintu kamar.

Setelah terkejut dengan teriakan Lisa, kali ini Hanbin tak kalah terkejut dengan kondisi kamar Lisa yang berantakan. Hampir semua pakaian yang dimiliki Lisa tercecer di atas ranjang dan sebagian juga tersebar diatas lantai. Sementara koper hitam terbuka lebar, tergeletak begitu saja di atas lantai.

"Dimana Mr. Menyebalkan itu?" Lisa menarik handuk putih di atas kepalanya. Meremasnya dan melemparnya ke sembarang arah, kasar. Lisa berjalan keluar kamar dengan penuh emosi melewati pintu dan juga Hanbin disana.

"Mr? Mr siapa? Siapa Mr. Menyebalkan??" Hanbin menatap punggung Lisa dengan penuh tanya. Masih belum mengerti siapa Mr. Menyebalkan yang dimaksudkan Lisa.

*

"Jun, elo yang bener aja dong" Lisa memulai kemarahannya kepada sang dalang pembuat onar dengan mendobrak pintu kamar June. "Gue minta tolong ke elo buat kemas barang, ngisi koper gue dengan barang-barang gue. Bukan malah ngeluarin segala isi koper gue. Elo gimana sih?"

June, pembuat kemarahan Lisa meluap, hanya duduk diatas ranjangnya dengan santai. June dengan pena dan kertas bergaris yang sudah tidak bersih lagi sama sekali tidak terganggu.

"Oh sorry. Gue salah denger tadi. Kirain dibantu keluarin baramg di koper" jawabnya enteng sembari mengukir tinta ke atas kertasnya.

"Yaishhh..." Lisa kembali ke kamarnya dengan marah.

Hanbin menatap kepergian Lisa dari kamar June. Diapun menghampiri June.

"June, elo kenapa sih?" Hanbin tahu pelaku dari pengobar kemarahan Lisa. Koper yang sudah disiapkan Lisa dua hari lalu untuk meninggalkan Jepang, tercecer. Hanbin tahu, keputusan Lisa sudah tidak bisa dirubah.

"Kenapa apanya?" jawab June enteng yang tak berpaling dari bukunya.

"Elo kayak...semacam gak rela gitu Lisa beberes ngemas barang. Elo kayak...gak rela Lisa pulang.
Elo kayak..." Hanbin mencoba menebak dari setiap sikap June. June yang sangat cuek dan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Lisa, kini dia peduli. Tapi bukan kepedulian yang mendukung keputusan Lisa. Sebaliknya, June sangat menentang kepergian Lisa.

"Gue punya video koreo keren dari Korea" kali ini June menghentikan aktivitas bersama penanya dan menatap Hanbin sebelum akhirnya Hanbin menyelesaikan kalimatnya. Lebih tepatnya June menutup mulut Hanbin dengan sogokan video koreografi yang sangat ia sukai.

"Mana-mana minta dong" dan mangsapun memakan umpannya.

***

"Gue nggak yakin elo salah denger tadi. Elo pasti sengaja. Elo tu... Bilang aja elo nggak mau bantuin gue" kemarahan Lisa sudah mereda. Setidaknya Lisa sudah bernapsu untuk menyantap makan malamnya.

"Elo gak perlu bawa banyak barang. Lagian elo juga bakal balik lagi" kata June setelah menyeruput sup di mangkuknya.

"Keputusan gue sudah bulat, Jun. Gue nggak akan balik lagi. Nggak ada alasan buat gue untuk tetap berada disini. Dan... nggak ada alasan buat gue untuk balik lagi" kata Lisa santai sembari menyendok supnya, seolah pembahasan mereka adalah pembahasan keseharian yang tidak terlalu berpemgaruh dalam hidupnya.

"Ada" June meletakkan sendoknya di samping mangkuk dan menatap Lisa.

"Elo tau alasan kuat gue ada disini. Hanya satu orang itu, Jun. Satu orang yang kini memutuskan alasan gue berada disini" kata Lisa dengan membalas tatapan June.

"Ada" June menatap manik mata Lisa lebih tajam, mencoba meyakinkan Lisa dengan argimennya. "Haruskah dia? Bagaimana jika bukan dia?? Bagaimana jika... Bagaimana jika alasan itu beralih pada orang lain? Bagaimana jika ada orang lain yang lebih menyayangi elo?" June menghujani Lisa dengan sederet pertanyaan, yang...mencoba merobohkan keputusan bulat Lisa yang kokoh.

"Jimin?" Lisa berbalik bertanya. Nyatanya June sudah tahu siapa Jimin. June sudah tahu siapa Jimin dalam kehidupan Lisa sebelumnya. Dia pun tahu Jimin masih menghantui kehidupan Lisa saat ini.

"Sejenak gue imgat Jimin juga ada disini. Gue nggak tau apa Jimin masih punya perasaan untuk gue. Jimin juga menjadi pribadi yang lebih baik sejauh yang gue tahu. Tapi bukan berarti juga Jimin akan jadi pelampiasan gue. Dan sekali lagi gue katakan, keputusan gue sudah bulat. Gue akan tetap pergi" jelas Lisa. Penjelasan yang kembali mengokohkan keputusannya.

"Apa elo hanya melihat mereka? Taehyung dan Jimin?" June mendorong mangkuk dengan sisa supnya menyingkir dari hadapannya.

"Ada alasan. Ada alasan elo untuk tetap tinggal. Jika elo tidak ada alasan, maka ijinkanlah gue menjadikan elo sebagai alasan gue untuk melangkah ke depan. Untuk hidup gue yang hampir hilang. Jadikan gue sebagai pelampiasan" June menggenggam tangan Lisa yang masih menggenggam sendok supnya.

"Ma-maksud elo??"

*****

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang