32. Still

330 29 1
                                    


"Gue takut elo menghilang lagi" Jimin menarik tubuh Lisa yang ringan untuk mendekat dan memeluk Lisa tanpa seijin pemilik tubuh mungil itu.

"Gue nggak pernah menghilang, Jim" Lisa mencoba melepaskan pelukan Jimin. Lisa sangat sadar, pelukan itu tidak seharusnya ia dapatkan saat ini. Lisa tahu, pelukan itu seharusnya sudah berakhir dua tahun yang lalu.

"Gue harap begitu. Tapi... Katakan, apa yang terjadi sebenernya?" Jimin menggenggam erat kedua pundak Lisa, matanya menatap penuh investigasi tepat pada kedua mata Lisa.

"Apa, Jim? Gue lelah sekarang" Lisa berusaha melepaskan genggaman kuat tangan Jimin di pundaknya. Lisa memahami tatapan Jimin yang penuh dengan beribu pertanyaan. Namun Lisa tak sanggup untuk menjelaskan. Dirinya terlalau lelah untuk diserang ribuan pertanyaan. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga hatinya lelah meski hanya untuk sebuah penjelasan.

"Mungkin elo bisa menjelaskan kalimat dari Mr. Hoya" Jimin memulai pertanyaan yang membuatnya resah seharian.

"Gue nggak ada di akademi hari ini. Bagaimana gue bisa tau apa yang dikatakan Mr. Hoya. Bagaimana gue bisa menjelaskan yang tidak gue tahu"

"Ya, gue harap elo tidak tahu. Gue harap gue salah denger dari Mr. Hoya atau... Pasti Mr Hoya sedang bercanda. Walau... Mr. Hoya memang tidak pernah bercanda. Ya, gue hanya memastikan elo tidak serius dengan pengunduran diri itu" Jimin mulai mengarahkan detail arah pembicaraannya.

"Elo nggak salah denger. Dan Mr. Hoya juga nggak becanda. Dan...pengunduran diri itu...gue serius" Lisa pun akhirnya tahu arah dan maksud pembicaraan Jimin sedari tadi. Dan memang, selama ini pun tidak ada yang tahu tentang pengunduran Lisa dari akademi dance, kecuali June. Menurutnya, memang tidak perlu mengumbar kabar pengunduran dirinya. Lagipula, kedatangannya ke Jepang pun tidak ada yang tahu. Jadi kepergiannya pun tidak perlu ada yang tahu, pikirnya.

"Kenapa? Kenapa Lis? Elo menari dengan baik. Bahkan Mr. Hoya mengakui kemampuan elo. Dia bilang sebentar lagi elo akan didebutkannya sebagai solo dancer. Tinggal selangkah lagi, dan elo menyerah begitu saja?"

Tapi, langkah untuk tujuan gue telah menjauh terlalu jauh. Gue nggak sanggup ntuk mengejarnya lagi.

"Ada alasan dimana gue harus meninggalkannya" jawab Lisa mudah, namun benar adanya terkait hatinya yang memang harus meninggalkannya.

"Alasan? Alasan apa? Bukankah elo mencapai jalan hingga sejauh ini karena gue? Gue tau, Lis. Makanya gue ngikutin elo ke Jepang untuk menguatkan alasan elo disini. Gue minta Mr. Hoya untuk menerima gue di akademi. Karena gue tau elo masih sayang sama gue. Gue melakukannya untuk elo, Lis"

Jimin mengungkapkan alasan dirinya selama ini menghantui lisa yang ingin melupakan segala tentang Jimin. Ternyata kehadiran Jimin (lagi) bukan sebuah kebetulan yang akan berlalu begitu saja dalam hidup Lisa. Jimin telah memikirkannya dan telah mengatur pertemuan dirinya dengan Lisa dengan matang. Namun Jimin tidak memikirkan hati Lisa dengan matang, karena hati Lisa tidak akan lagi bersandar pada hati Jimin.

"Tunggu tunggu. Elo kesini bukan karena dance? Tapi karena ngikutin gue?" Lisa yang tak mengerti, mencoba memperjelas kalimat yang baru saja Jimin lontarkan.

"Gue juga sayang sama elo, Lis. Elo perlu gue untuk ada di sini" Jimin semakin memaksakan perasaan Lisa yang tak lagi ada rasa sayang untuk Jimin.

Lisa menggelengkan kepalanya pelan. Dia tak pernah berpikir hal yang telah lama dibuangnya jauh akan muncul kembali di depan matanya. Lisa pikir Jimin sudah menerima keputusannya yang telah lama berlalu. Dia pikir semuanya telah berakhir dengan Jimin. Lisa tak percaya ini akan terjadi.

"Nggak, Jim"

"Elo nggak sayang sama gue??" Jimin menaikkan nada suaranya. "Pasti setelah elo ketemu sama Taehyung, kan?" Jimin menggenggam erat pundak Lisa lagi, menggoyahkannya kuat.

"Elo masih sama saja. Gue emang pengen elo berubah. Nggak menyakiti orang lain dan nggak memaksa kehendak orang lain. Gue seneng karena akhirnya elo berubah. Tapi elo...elo nggak berubah, Jim" Lisa menggeleng lagi, menegaskan perasaannya yang tak ada lagi untuk Jimin.

"Itu karena elo, Lis. Gue nggak bisa merubah rasa sayang gue ke elo. Apa salah?" Jimin kembali menaikkan nada suaranya yang terdengar semakin marah. Ya, kemarahan yang semakin memuncak dan perasaan yang tidak bisa terima dengan sikap Lisa yang tidak menunjukkan perasaan balas kasih sayang terhadap Jimin.

"Salah jika elo terlalu memaksa setelah gue bilang semua diantara kita telah berakhir. Hanya persahabatan yang tersisa"

Jawaban yan tegas dilontarkan Lisa yang memang sudah tidak lagi memiliki perasaan khusus pada teman yang berubah mejadi kekasih. Dan kini kembali menjadi pertemanan biasa seperti saat mereka mulai mengenal di kelas yang sama saat sekolah menengah.

"Lis, gue masih sayang sama elo. Gue menyimpan semua kenangan kita. Kalau elo nggak percaya elo bisa ikut gue ke rumah sekarang juga" Jimin menggenggam pergelangan tangan Lisa. Jimin ingin menunjukkan bukti cintanya pada Lisa.

Cinta? Apa itu pantas disebut sebagai Cinta? Suatu perasaan yang lebih terlihat sebagai obsesi?

"Nggak, Jim. Itu nggak akan merubah perasaan gue ke elo. Kita sudah berakhir" Jawaban Lisa masih sama meskipun Jimin memperlihatkan seribu bukti cintanya kepada Lisa. Bukti keeobsesian Jimin yang...apakah itu wajar?

Sebenarnya Lisa pun tidak memiliki sebuah tambatan hati untuk mencurahkan segala keluh kesah dan canda tawa untuk berbagi semuanya. Taehyung yang menjadi awal sebuah tujuan bagi Lisa yang memberanikan diri untuk terbang dan mengejar ke negeri asing, semuanya telah menghilang. Tidak ada lagi tujuannya untuk berada di tempat asing itu. Tapi bukan berarti Lisa dengan mudah mengganti tujuan hidupnya kepada orang lain. Terlebih lagi kepada seseorang yang telah lama ia lupakan. Jika Lisa kembali kepada ingatan lalu itu atapun kepada orang lain yang baru yang tidak ia cintai, yang ada hanyalah perasaan pelampiasan, yang justru akan membuat orang lain akan terluka. Dan bukan itu yang Lisa harapkan. Lisa tidak mengharapkan pelampiasan luka di hatinya kepada orang lain. Lisa merasa perlu menyembuhkan luka di hatinya dengan menghilang dari orang yang dicintainya itu dan melupakan segalanya.

"Ikut gue" Jimin menggenggam pergelangan tangan Lisa erat dan menariknya kuat untuk mengikuti langkah Jimin menuju bukti-bukti yang diyakininya akan membuat Lisa akan kembali ke sisinya.

"Jim, lepasin" Bukan keyakinan yang Lisa dapatkan, tapi rasa sakit yang membuat tangan Lisa membekas genggaman Jimin. Dan Lisa semakin yakin bukan cinta yang ia hadapi saat ini.



"Elo nggak bisa memaksanya, sobat"

Sebuah suara tak asing lagi di telinga mereka datang tak diundang. Sesosok pria perawakan tinggi telah berdiri di belakang tubuh Jimin yang masih memaksa menarik tangan Lisa. Jimin dan Lisa pun terdiam sejenak, mencerna bagaimana pria yang dia pikir sudah meninggalkan keberadaannya tiba-tiba muncul disana. Taehyung terus berpikir ulang saat Lisa pergi meninggalkannya di taman bermain itu. Dan keputusannya, dia tidak bisa melepaskan Lisa dan meninggalkannnya untuk orang lain.


FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang