"Apa kita perlu daging juga?"
"Gue rasa begitu"
Lisa memenuhi janjinya kepada June. Camping, untuk pertama dan terakhir kalinya, agar June mau membantunya berkemas sebelum meninggalkan Jepang. Walau sebenarnya Lisa bisa melakukannya sendiri, Tapi janji tetaplah janji yang gugur setelah ditepati.
June mendorong keranjang belanja, sementara rekan di sampingnya dengan semangat memilih bahan-bahan yang ingin mereka beli untuk pesta barbeque malam ini.
"Yang ini atau yang ini?" dia menimbang benda di kedua tangannya, meminta pendapat pada June.
"Pilih saja, Rose"
"Oke, gue ambil yang ini" Rose meletakkan jagung di tangan kanannya pada keranjang.
Rose. Taehyung benar-benar datang ke acara camping itu dengan Rose. Lisa meminta June untuk berbelanja keperluan pesta barbeque bersama Rose dengan persetujuan Taehyung sebagai kekasih Rose, tentunya. Lisa menggunakan momen itu agar June meminta maaf kepada Rose atas masalah yang ditimbulkannya.
"Elo...nggak mau mengatakan sesuatu?"
Rose tahu maksud Lisa mengundang dirinya dan Taehyung. Rose tahu Lisa ingin June meminta maaf sendiri kepada dirinya. Rose menunggu June mengatakannya sendiri dan membuat percakapan basa-basi yang akan membuat mereka tidak merasa canggung. Tapi June tak juga kunjung mengatakannya. Rose memulainya.
"Sorry" tanpa menatap mata Rose, June mengatakan satu kata yang mewakili segalanya.
"Just that?" Rose memegang tangan June yang berpaku pada pendorong keranjang belanja.
"Sorry, gue menyesal dengan tindakan gue kemarin" June menghentikan langkahnya dan menatap mata Rose.
"Seriously?"
"Sebenarnya..." June mengalihkan pandangannya.
"Elo suka sama gue?"
"Ha?" June cukup dibuatnya terkejut dengan pertanyaan Rose yang mendadak menudingnya.
"It's okay. Gue bahagia" Rose berjalan di depan June mendahuluinya satu langkah di depan.
"Ha?"
"Gue bahagia karena akhirnya ada seseorang yang mencintai gue lebih dulu. Mengatakannya dan..." Rose menjeda kalimatnya.
"Taehyung?" mungkin tudingan itu bukan mengarah kepada dirinya, tapi orang lain, orang lain yang kini menjadi kekasihnya.
"Mungkin harga diri gue sebagai wanita cukup rendah" Rose berhenti melangkah. "Ya, gue yang menyatakan perasaan gue lebih dulu ke Taehyung. Bahkan pada Jimin sebelumnya"
Jimin? Sahabat Rose? Mantan Lisa? atau Jimin yang lain?
"Jimin? Apa yang terjadi?"
"Itu cerita lama. Nggak perlu dibahas. Yang jelas gue bahagia banget dengan kejadian hari itu" Rose berbalik badan dan tersenyum. "Entah, gue hanya tersenyum mengingatnya. Sorry, elo pasti berpikir gue egois banget. Egois karena bahagia di atas penderitaan elo yang kena hajar tinju Taehyung"
"Gue nggak tau lagi apa yang harus gue lakukan" June menundukkan kepalanya, benar-benar tak tahu lagi apa yang bisa dilakukannya.
"Mencari cara untuk mendapatkan hati gue??" Rose memiringkan kepalanya, berusaha menatap mata June dan mencari kebenarannya.
"Ha?"
"Waaah... Elo bener-bener luar biasa. Pantang menyerah. Gue seneng karena pada akhirnya ada orang yang mengejar gue. Dan akhirnya gue juga tau Taehyung bener-bener mencintai gue" Rose mengacungkan kedua jempolnya.
Apa gue melakukannya benar-benar untuk itu?"
"Apa yang akan elo lakukan jika saja Taehyung tidak menghampiri gue dan melayangkan tinjunya ke gue" June berujar. Segala kemungkinan bisa saja terjadi saat itu. Mungkin saja Taehyung membiarkannya karena itu hanyalah sebuah pertunjukan yang sudah dirancang. Atau mungkin saja Taehyung akan membunuhnya di tempat itu juga. Atau mungkin Taehyung akan menganggap Rose telah berselingkuh selama ini hingga membuat mereka mengakhiri hubungan mereka dan kembali pada tujuan hatinya. Semua kemungkinan bisa terjadi dan tak ada yang tahu kemungkinan yang manakah yang akan dipilih Tuhan sebagai jalan kehidupan seseorang.
"Apa gue harus menjawabnya? Yang jelas gue akan sedih" Tentu saja, siapa yang hatinya tidak sedih saat kekasihnya tidak mengambil tindakan saat dirinya sedang diambil paksa oleh orang lain. Setidaknya cemburu, pasti. "Mungkin nggak akan terlalu sedih juga sih, karena gue tau Taehyung tidak benar-benar mencintai gue. Dia hanya mencoba mencintai gue untuk menghapus jejak seseorang yang disayanginya" Rose mendesah, pasti terlalu berat baginya jika dia mengingat kenyataan itu. "Selama ini dia mengharapkan seseorang datang dalam hidupnya. Bukan, tapi dia benar-benar berharap bisa menjemput orang itu kembali ke dalam hidupnya"
"Sayang dia mudah menyerah. Padahal hanya selangkah lagi"
***
"Biar gue"
Kasir supermarket disana menyecan semua barang belanjaan mereka. June mengeluarkan dompetnya, membayar tagihan belanjaannya.
"Huh? Dia? Bagaimana elo...? Rose melihat sebuah foto di dalam dompet June. Dia mengambilnya, dan mengenali seseorang yang duduk di samping June dalam foto itu. "Bukankah itu Sua? atau...apa aku salah orang?" Ya, tentu saja Rose mengenalinya. Adik kelas yang sudah menjadi sahabat bahkan dianggapnya sebagai adik sendiri.
"Enggak. Elo bener. Dia Sua. Adik gue" June mengambil kembali dompetnya dari tangan Rose.
"Adik elo? Serius?"
June mengangguk.
"Elo tau, gue dan Sua bersahabat sudah cukup lama"
Ya, gue tahu dan karena dia gue jatuh cinta sama elo.
"Dimana dia? Kenapa nggak ikut camping?"
"Dia..." June tak bisa melanjutkan kalimatnya. dia mengambil satu kantung besar penuh belanjaan dari tangan Rose.
"Gue udah lama banget nggak ketemu sama dia. Bahkan gue udah nggak bisa hubungin dia sejak saat itu"
Ya, dia pergi. Pergi untuk selamannya.
"Saat..." June tak mengerti kalimat Rose, berharap Rose akan melanjutkan kalimatnya yang sempat membuatnya penasaran.
"Saat itu kami berencana untuk double date"
"Double date?"
Apa gue nggak tau Sua punya kekasih?
"Gue udah menunggunya bersama Jimin. Tapi Sua nggak pernah datang. Bahkan gue nggak bisa menghubunginya. Dan beberapa hari setelah itu dia datang ke toko gue saat gue sedang bersama Jimin. Dia terlihat kacau. Kemudian dia lari saat gue ingin menghampirinya"
"Kalian bertiga sudah bersahabat? dengan Jimin?"
"Mungkin yang Sua tahu, gue dan Jimin bersahabat. Tapi gue sempat berpacaran dengannya"
"Jadi...?"
Is it true?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
AléatoireTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...