PHONE

8.8K 235 2
                                    

     JONATHAN

Sudah setengah jam aku berada di bandaraku. Para penumpang tidak tau bahwa aku adalah CEO nya dan aku bisa saja sombong pada penumpang yang dari tadi menegurku untuk bangun dan pindah tempat duduk. Memangnya mereka siapa, berani beraninya begitu padaku kalau saja hidup mereka ada ditanganku, akan kubuat mereka mati terkubur hidup hidup. Batinku.

"Hey Jo!!" Teriak seseorang dari kejauhan. Aku melihatnya. Ah David nixon. Memang kebiasaan terlambat.

David menghampiriku dan memelukku. "Hey dick apa kabar? Lama tak bertemu setelah kau lulus dari kampus" Ucapnya semangat. Aku hanya diam.

"Kenapa diam? Bicaralah hey dude" Ucapnya sambil menepuk pundakku. Aku menatapnya tajam. "Kau sadar berapa lama waktu ku terbuang percuma karena hanya menunggumu? Kau itu selalu tak pasti" Ucapku kesal.

"Hey aku tadi ada urusan sebentar dengan adikku, tenanglah sekarang adikku sudah berangkat ke Arab" Dia tertawa dan menatapku. Aku berdeham. "Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tak punya banyak waktu, aku harus kembali ke rumahku" Ucapku to the point.

"Baiklah dude, aku ingin kau memakai baju keluaran terbaruku dan wajahmu akan tersebar di televisi, poster, majalah dan sebagainya. Dan itu akan menambah investasiku dalam berbisnis" Ucapnya semangat. Tanpa sadar orang orang melihat kami dan berbisik tentang kami.

Aku menarik David keluar dari bandara dan memasuki mobilku. "Oke.. Bicaranya disini. Jangan didepan umum bodoh" Ucapku kesal.

David tertawa. "Baiklah itu penjelasannya, apa kau mau? Ayolah aku meminta tolong padamu" Ucapnya memohon.

"Kenapa harus aku? Sedangkan kau punya banyak artis dan model yang lebih baik dariku?" Ucapku. Dia menggeleng.

"Karena kau perfect. Badanmu tegap dan proposional, tampan dan menawan pula belum lagi kau tampak cool" Ucap David. Sepertinya dia benar benar membujukku.

Aku menghela nafas. "Baiklah, tapi bayar aku dengan bayaran besar. Kalau kecil aku menolak" Ucapku malas. Dia tertawa. "Tenang dude, aku sudah mempersiapkan uang untukmu dan pasti menjaminmu. Baiklah sekarang berangkat ke gedungku ya" Ucapnya. Aku langsung tancap gas dan pergi ke gedungnya.

2 jam kami diperjalanan akhirnya sampai di VELOXI'S FASHION.

Kami memasuki gedungnya dan naik ke lantai 15. Disana sudah ada beberapa designer yang sibuk merancang busana. "Kenapa kau bawa aku kesini?" Tanyaku.

"Kita harus mengukur ukuran bajumu dulu Dude" Ucapnya. Lalu dia mengambil meteran baju dan menjuntaikannya. "Jonathan, ayo buka kakimu selebar bahumu" Ucap David sambil membuka kakinya. Aku mengangguk. Aku membuka kakiku selebar bahu.

"Nah seperti itu, jangan bergerak ya" Ucapnya. Dia memasukkan meteran baju dari bawah kakiku dan langsung menariknya ke selangkanganku.

"Ah fucking shit!!" Ucapku kaget dan-- sakit.

"Sabarlah Dick!!" Ucapnya. Dia langsung mengukurnya dan melepaskan meteran. "Kau gila?! Tadi itu sakit bodoh!" Ucapku sambil menekankan nada. Dia tertawa.

"Ini untuk mengukur celanamu dude" Ucapnya sambil tertawa. Benar benar sudah gila. Aku menghela nafas. Aku tak bisa membayangkan akan terus berada di dalam tempat ini bersama David.

***

     XELLECIA

Aku merasa sangat bosan dirumah. Aku melirik keluar jendela dan kulihat banyak sekali bodyguard yang menjaga mansion ini. Aku menghela nafas. Aku tak bisa kemana mana ini.

Aku teringat kalau aku punya ponsel yang Jonathan berikan padaku. Aku langsung mencari ponselku dan duduk disofa. Aku langsung membuka akun Facebook ku. Aku mencari akun teman temanku. Dan yap! Aku menemukannya dan sangat banyak.

Aku meng-add mereka sebagai pertemanan. Mereka sadar kalau aku menambahkan akunnya kedalam akun ku. Mereka langsung meng-chat ku. Aku tersenyum sendiri membaca chat mereka di ponselku. Aku rindu suasana kampus dan belajar disana. Tapi bagaimana lagi, aku sedang mengandung seorang anak orang kaya. Aku bahkan tidak bisa pergi kemana mana.

Entah berapa lama, aku memainkan ponselku dan aku mendengar suara berat seorang pria sambil membuka pintu. "I'm home.." Ucapnya.

Aku tidak mempedulikannya dan tetap asyik memainkan ponselku. Tiba tiba ada tangan besar dan kokoh memelukku dari belakang dengan erat. Aku menoleh sedikit. Jonathan memelukku!

"Astaga! Kau membuatku takut!" Pekikku merinding. Dia tertawa kecil. "Aku sudah dirumah lho, kamu ngga kasih aku ciuman gitu?" Ucapnya manja. Aku langsung memutar bola mataku.

"Sayang, bikinin aku teh ya" Ucapnya sambil melonggarkan dasinya. "Pakai gula?" Tanyaku.

"Ngga usah, kalau ada kamu aku gaperlu gula karena kamu lebih manis daripada gula" Ucapnya sambil tersenyum miring. Aku memalingkan wajahku. Kurasa wajahku berubah menjadi semerah tomat. Aku langsung kedapur dan menyeduhkan teh untuknya. Aku menghela nafas.

Aku mengaduk teh sambil tersenyum kecil sendiri karena memikirkan candaan teman teman ku di Facebook. Kebanyakan akun temanku adalah Akun Facebook laki laki. Jadi kebanyakan teman sosial media ku adalah laki laki. "Lah kenapa kuaduk? Kan ngga kupakai gula" Ucapku bingung. Aku langsung membawa teh dan menghampiri Jonathan yang sedang berdiri dan melihat ponselku.

"Jonathan, ini teh mu" Ucapku. Jonathan terdiam dan tetap menatap ponselku. Aku bingung. Tiba tiba dia menjatuhkan ponselku dan menginjaknya dengan keras. Aku sontak terkejut.

"Jonathan astaga! Apa yang kau lakukan??!!" Pekik ku saat melihatnya.

"Ada kontak laki laki di ponselmu dan kamu sempat chat sama dia. Dia itu menge-chat mu dengan cara mesum. Makanya aku menghancurkan ponselmu" Ucapnya santai. Aku menghentakkan kakiku.

"Tapi di ponsel itu ada akun teman temanku dan kau tak usah menghancurkannya. Kau bahkan bisa mendelete nya. Bisakah kau menger--" Ucapanku terpotong saat dia menciumku dengan cepat. Dia menciumku dengan lekat.

"Kubilang, ada kontak laki laki di ponselmu" Ucapnya nada serius dan melepaskan ciumannya. Aku memukul pelan dada bidangnya dan dibalas senyuman miring dari Jonathan.

"Kalau kamu ngga mau ponselmu selanjutnya seperti itu, jangan simpan nomor atau kontak atau akun laki laki siapapun selain aku sebagai suamimu, mengerti sayang?" Ucapnya sambil mengusap daguku.

"Tapi kan itu, aku cuma--" Ucapanku tergantung saat kumelihat Jonathan memojokkanku. Aku menelan ludahku.

"Baiklah.." Ucapku terpaksa. Dia tersenyum menang. "Good wife, I love you" Ucapnya sambil mencium keningku.

Astaga.. Dia sangat posesif, kalau begini bagaimana dengan akun teman temanku?

MY POSSESIVE CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang