JONATHAN
Akhirnya kami sampai di Vicroria's Wealton Clothes. Aku turun bersama dengan Cia.
"Jangan jauh jauh dariku,mengerti?" Ancamku. Dia mengganguk dan berjalan sejajar denganku. Banyak sekali tamu undangan yang datang termasuk beberapa Paparazi.
"Hey dude! Welcome!" Teriak Ron Wealton. Dia menghampiri kami dan menatap Cia dengan pandangannya yang kubenci.
"Sekali lagi kau menatapnya akan kucolok matamu Ron" Ancamku. Aku langsung memeluk Cia dengan tanganku dan dia agak terkejut.
"Who is she?" Tanyanya heran.
"She is my wife" Ucapku sombong.
"Bukan! Aku bukan istrinya!" Tukas Cia.
"Ahh aku yakin kalian pasti suami istri, ayolah kita lihat lihat toko bajuku ini" Ujarnya sambil tertawa kecil dan berkeliling.
Aku menghela nafas dan dia menatapku tajam.
"Why?" Tanyaku.
"Jangan panggil aku dengan kalimat itu lagi atau aku akan menginjakmu" Ancamnya dengan menyentil keningku.
"Aku tidak peduli" Jawabku singkat.
Aku langsung merangkul pinggang mungilnya dan melihat lihat baju yang dipajang.
"Sebentar, aku ingin beli baju dulu kau pergilah aku agak lama memilihnya" Dia menunjuk tempat baju wanita. Aku mengangguk dan melepaskan rangkulanku. Awalnya memang berat untuk berkata 'Tidak' tapi mau bagaimana lagi.
Aku beralih ke tempat tuxido dan setelan jas. Ah aku sudah punya semua model jas disini. Membosankan. Aku berkeliling sebentar dan melihat Cia dengan seorang pria tengah asik berbincang didepan kaca besar. Posisi pria itu dekat sekali dengan Cia. Aku geram sekali.
Dan yang tambah membuatku kesal adalah pria itu mengelus pipi Cia. Membuatku kesal aku menghampiri mereka.
"Don't touch my wife!" Aku reflek memeluk Cia dan menjauhkannya dari pria itu.
"Jonathan! Aku tidak apa apa lepaskan aku" Tukas Cia.
"Tenang bung, aku hanya membersihkan noda di wajahnya" Ucap pria itu.
"Tenang katamu? Tidak ada noda sedikitpun di wajahnya dan jika kau menyentuhnya lagi akan kupotong tangan kotormu itu" Tatapku tajam padanya dan dia menunduk.
"Jonathan tolong hentikan ini" Dia menutup wajahnya malu. Karena kami saat ini menjadi pusat perhatian bahkan beberapa paparazi dan tamu iseng menjepret beberapa adegan kami.
"Wow you're possesive CEO, oke aku minta maaf atas tadi" Dia mendelik kearahku dan tersenyum pada Cia. Lalu meninggalkan kami.
"Apa yang kau lakukan? Dia hanya bersikap baik membersihkan bedak yang ada di pipiku bekas rias tadi" Ucapnya jengkel.
"Noda? Lalu bedak? Oke aku tidak percaya. Dia mau menciumu Cia" Tukasku.
"Tidak! Dia hanya membantuku dan jangan coba coba melakukan hal buruk padanya! Kau bahkan bukan siapa siapa dalam hidupku jadi jangan sok melindungiku!" Tukasnya dengan nada tajam.
Bukan siapa siapa dalam hidupnya? Oh benar. Kenapa aku tidak terpikir oleh hal itu? Tapi kenapa aku tadi melindunginya?
Aku terdiam dan menghela nafas. Aku memanggil staf wanita dan menyuruhnya mengambil baju wanita serta pakaian dalamnya lengkap dan yang kualitas terbaik.
"Totalnya $500 Tuan" Ucap staf wanita sambil membungkus bajunya.
Aku mengeluarkan uang dan mengambil bajunya dan membawa Cia keluar dari tempat ini.
"Tuan! Uangnya kelebihan $300 dolar!!" Teriaknya.
Aku tidak peduli akan uang. Yang terpenting sekarang adalah sekarang aku merasa murka atas kejadian tadi.
Kami memasuki mobil dan melaju.
"Apa apaan kau tadi Nath??!" Tukasnya kesal.
"Arghh entahlah" Ujarku sambil mengacak ngacak kasar rambutku dan memalingkan wajahku. Dia mendengus dan bergumam kecil.
"Mau kemana kita?" Tanyanya.
"Lihat saja nanti" Ucapku singkat.
Aku sengaja membawanya ke restoran agar dia mau makan. Teringat bahwa semalam dia tidak makan dan aku agak khawatir dengan calon anakku.
"Mau apa kesini kalau cuma makan saja? Aku lebih suka beli makanan di restoran kecil" Bawelnya. Aku tak memikirkan apa yang dia ucapkan. Aku hanya merangkulnya dan membawanya ke ruangan privat. Hanya kami berdua diruangan ini.
"Jangan terlalu mewah! Jika terlalu mewah aku tidak mau makan" Ancamnya. Aku tertawa geli.
"Kenapa kau tidak ada ngidamnya? Biasanya perempuan hamil suka ngidam" Aku tersenyum miring.
"Entahlah tanyakan saja pada anakku" Dia memutar bola matanya.
"Ralat, anakku" Ujarku.
"Tidak! Aku yang mengandungnya berarti dia anakku" Tukasnya kesal.
"Tapi benihnya dariku sayang" Ucapku lembut dan tiba tiba wajahnya berubah menjadi merah.
Akhirnya pelayan datang dan menyajikan makanan yang menggiurkan. Dia sedikit terkejut.
"Kita kan belum pesan kenapa tiba tiba datang makanan?" Tanyanya heran.
"Aku sudah sering makan disini jadi mereka tau jadwal makanan harianku" Ucapku sombong. Dia berdecak kesal dan menatap makanannya dengan tatapan gelisah.
"Ada apa? Ngga suka makanannya? Akan kuganti"
"Tidak, ini sangat mahal sampai mungkin aku harus menjual seluruh hartaku untuk membeli ini.. aku akan memakannya, terima kasih" Dia memakannya. Aku hanya menatapnya dengan tatapan cemas.
XELLECIA
Setelah 2 jam kami di restoran hanya saling memandang dalam diam. Akhirnya aku membuka mulut.
"Aku mau pulang"
"Oke" Dia bangun dan merangkul pinggangku dan segera menuju keluar restoran. Kami langsung memasuki mobil dan melaju kencang.
Aku merasa perutku tidak enak, ditambah lagi mobil ini melaju dengan keadaan cepat. Membuatku tambah mual.
"Kau kenapa?" Tanyanya sambil memperhatikan wajahku.
"Tidak aku cuma agak pusing" Jawabku bohong. Tapi kebohongan itu tidak bisa kusimpan. Aku menutup mulut dan mengelus elus perutku yang masih rata.
"Hey are you okay?" Tanyanya cemas.
Aku mengatur nafasku dan meremas tangan Jonathan yang merangkul pinggangku.
"Plastikk!!!" Teriakku. Aku langsung mencari plastik dan memuntahkan seluruh unek unek ku. Dia mengelus punggungku dan mengusap leherku.
"Hey ada apa ini?! Ayo kita kerumah sakit!" Dia panik.
"Tidak, ini efek hamil aku cuma agak mual" Ujarku lega. Aku tidak berani menatapnya karena ini sangat memalukan. Apakah karena efek hamil atau karena mobilnya melaju dengan cepat dan membuatku mual?
"Kita kerumah saja" Ujarnya.
"Oke" Jawabku.
Aku hanya menatap langit langit kota Perancis yang mulai meredup. Cantiknya. Kuharap aku bisa menghentikan waktu dan ingin memegang langit cantik itu. Aku menutup mataku dan tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE CEO
Romance#DON'T COPY MY WORK!!! Bagaimana rasanya jika sudah terlanjur cinta tapi disakiti? Ya itulah yang dirasakan Jonathan blue. Dia sudah berjanji untuk tidak mencintai lagi dan berharap hatinya tak terpikat untuk orang lain. Tapi bagaimana jadinya kal...