TRAUMA

7K 205 1
                                    

     XELLECIA

Sudah seminggu aku dirumah sakit bersama Jonathan. Dokter bilang keadaan ku sudah stabil tapi aku masih tidak boleh terlalu stress. Aku masih merasa berat hati karena kehilangan calon anakku. Andai saja kalau-- ah rasanya aku ingin menangis lagi.

Jonathan duduk disofa sambil bekerja. Dia sama sekali tidak meninggalkan ku dirumah sakit. Aku takut kalau dia repot karena menjagaku.

"Jonathan? Kau sedang apa?" Tanyaku dan berjalan mendekatinya pelan.

"Hmm sedang menatapmu dari jauh" Ucapnya sambil tersenyum miring. Aku memutar bola mataku.

"Aku serius" Ucapku.

"Aku juga Miss Blue" Ucapnya tertawa pelan. Aku menghela nafas. Aku pergi ke jendela dan menatap keadaan diluar.

Ramai dan lancar. Rasanya aku ingin pulang ke rumah. "Umm Jonathan.. Aku ingin pulang" Ucapku. Dia mengangkat alis.

"Kamu beneran mau pulang? Udah sehat? Ngga sakit lagi?" Tanyanya sambil menaruh dokumen dokumen itu dan mendekatiku. Dia menangkup pipiku, meremas tanganku dan menatapku jeli. Aku menjadi ingin meleleh rasanya.

"Aku baik baik saja sekarang kok. Makanya aku ingin pulang" Rengek-ku.

"Baiklah kamu tunggu disini dulu ya" Ucapnya sambil mencium keningku dan dia pergi keluar. Ruangan menjadi hening seketika. Aku menghela nafas. Aku rindu ibu dan ayah ku. Aku bahkan takut kalau seandainya mereka tau kalau aku sudah menikah.

"Oke kita pulang sekarang" Ucap Jonathan di belakangku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang memburu. Aku merinding.

"Ughh!! Hentikan!!" Tukasku dan mendorongnya. Tapi dia tidak bergeming. Aku terus mendorongnya hingga aku terengah engah. Tapi anehnya dia sama sekali tak bergerak.

"Ahh kamu lucu deh, mau dorong tapi ngga kuat" Ucapnya senyum miring. Tiba tiba dia menggendongku dan membawaku ke mobil sportnya. Orang orang menatap kami dengan tatapan yang-- ah sudahlah.

"Jonathann!! Hentikannn!! Aku bisa jalan sendiriii!!" Tukasku kesal sambil memukul dada bidangnya. Dia tak bergeming. Dia memasukkan ku ke dalam mobil dan langsung tancap gas dengan cepat.

"Kok diem aja? Ngomong dong sayang" Ucapnya lembut. Aku mengedikkan bahu dan membelakanginya.

     JONATHAN

Akhirnya kami sampai dirumah. Aku memakirkan mobilku dan menengok kearah Cia. "Sayang? Mau gendong?" Tanyaku. Dia langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Aku mengangkat alisku.

Aku masuk ke dalam rumah dan mencarinya. Aku membuka kamar bawah, kamar mandi, dapur, gudang dan hasilnya kosong. Aku melihat Jessica yang sedang membersihkan ruang tamu. Dia pelayan rumah kami.

"Jessica, apa kau lihat kemana Cia?" Tanyaku. Dia menengok ke kamarku. "Nona Cia sedang dikamar Tuan muda" Ucapnya.

Oh iya kenapa tidak terpikir olehku. Aku langsung bergegas ke kamarku dan membuka pintu. Aku melihat dia berkaca sambil mencoba melepaskan bajunya. Dia menatapku kaget.

"Keluar!! Jangan tatap aku dengan pandangan mesummu!!" Ucapnya keras. Aku tertawa kecil. Aku mengunci pintu dan membuang kuncinya. Dia menatapku takut.

"Well aku cuma mau istirahat kok sayang" Ucapku sambil membuka bajuku. Dia menatapku aneh. Aku tersenyum miring.

     XELLECIA

Aku menatapnya aneh. "Mau istirahat kok kunci kamar dibuang" Gumamku. Dia membelakangi kaca dan menatapku. "Aku dengar lho ucapan kamu tadi" Ucapnya goda. Aku memutar bola mataku.

Aku menatapnya heran. Tapi pandanganku jatuh pada badannya yang bidang. Shit! Aku tak bisa mengendalikan pikiranku!

Dia menunjukkan badan bidannya di kaca dan menatapku lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menunjukkan badan bidannya di kaca dan menatapku lekat. Tiba tiba dia membawaku ke kasur dan menindihku. "Oke sayang.. Apa kamu siap?" Tanyanya.

Aku membelalakkan mataku. "Ready for what?" Tanyaku. Dia tersenyum miring. Oke bunuh aku sekarang. Faktanya dia sangat tampan dan membuatku meleleh sekarang.

"Make a baby again" Ucapnya. Aku tertohok. Aku menamparnya dan mendorongnya. Aku bersembunyi dibalik selimut.

"Kalau kau membuka selimut ini maka aku akan marah padamu selamanya!!" Ucapku kesal. Dia tertawa kecil. "Tenang sayang aku sudah tanya dokter tentang ini dan dia membolehkannya" Ucapnya. Aku tak yakin dengan jawabannya. Dia tidak tau bahwa aku sedikit trauma dengan ini.

Tidakkah dia merasakan apa yang kurasakan waktu itu? Aku takut akan kehilangan anakku lagi. Batinku.

***

MY POSSESIVE CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang