RED IN MY NECK

7K 205 0
                                    

XELLECIA

Aku membuka mataku pelan. Aku melihat sekeliling. Ternyata ini sudah pagi. Aku melihat kesampingku dan Jonathan masih tertidur lelap.

Aku bangun dan melihat jam. "Apa?! Sudah jam 10 pagi?!" Ucapku kaget. Aku langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Aku melepas pakaianku dan menyalakan shower.

Aku mengusap kepalaku dan aku melihat merah merah di tanganku. Aku bingung. "Ada apa ini? Apa bentol atau gatal gatal ya?" Ucapku. Aku melihat tubuhku di kaca.

Betapa terkejutnya aku karena hampir disetiap anggota tubuhku merah merah! Aku teringat kalau semalam Jonathan--

"Aahhh tidakk!!" Aku memekik.

Aku buru buru cepat mandi dan berpakaian. Aku langsung ke dapur dan memasak.

Aku melihat kulkas dan kosong. Aku bingung dimana lagi harus menemukan bahan bahan untuk memasak. Aku melihat salah satu pelayan mansion sedang membersihkan foto di dinding.

"Emm permisi, apa kamu tau dimana ada lagi bahan bahan makanan? Aku mau masak" Ucapku sopan padanya. Dia menengok. Ternyata dia perempuan yang tampaknya masih muda.

"Tenang nona, saya sudah masak semuanya dan sudah ada dimeja makan. Tinggal nona buka saja" Ucapnya sambil tersenyum. Aku tertawa kecil.

"Oh baiklah, siapa namamu?" Tanyaku. Dia tersenyum. "Liliana Jacob White. Panggil saja aku Lili" Ucapnya ramah.

"Nah kalau begitu kau harus memanggilku dengan namaku ya? Panggil aku dengan Cia" Ucapku. Dia terkejut.

"Tapi.. Kalau begitu nanti saya dianggap tidak sopan dengan Tuan Blue" Tatapnya kearah belakangku. Aku mengibas ngibas tanganku.

"Tenang saja, kita kan teman. Nah dia itu tak akan berani padaku dan dia itu orang yang tak berusaha keras lagipula aku tidak takut padanya" Ucapku sombong.

Lili tampak menatapku tersenyum kecil. Dia menatap leherku dan pundakku.

"Umm nona? Kenapa leher dan pundak nona berwarna merah? Seperti.." Ucapnya menggantung.

Wajahku semerah tomat dan menutup leher dan pundakku. "Ahh ini?? Aku digigit nyamuk~" Ucapku ngeles.

"Nyamuk? Disini kan tak ada nyamuk nona?" Ucap Lili. Aku panik.

"Ah mungkin semut~" Ngelesku.

"Dikamar Tuan Jonathan tidak ada semut nona" Ucapnya tertawa kecil.

Aku panik dan langsung mengalihkan pembicaraan.

"Oke lupakan tentang tadi, panggil aku Cia ya!" Ucapku semangat. Dia mengangguk dan tersenyum kecil.

"Nah begitu do--"

"Oh? Jadi kamu bilang aku ngga berusaha keras?" Ucap seseorang dibelakangku. Sontak aku memutar badanku dan-- Jonathan ada dibelakangku dan menatapku dengan senyum miringnya.

"Jadi kamu anggap aku ini bukan pekerja keras? Oke akan kubuktikan" Tiba tiba dia memeluk leherku dengan kedua tangannya.

"Hentikan! Ini sakit!" Ucapku. Dia malah memelukku erat agar aku tak bisa lepas darinya.

"Ayo minta maaf" Ucapnya. Aku mengangguk.

"Iya maaf.." Ucapku. Dia melepaskan pelukannya. Dia duduk disofa sambil menonton acara tv.

Aku pergi ke dapur dan melihat di meja makan. Woahh!! Banyak sekali makanannya, mulai dari telur, mie, sayur dan sebagainya.

"Aku suka nasi goreng ini" Ucapku. Aku mengambil nasi goreng dengan daging dan dua potong sosis.

Aku makan tapi Jonathan tiba tiba ada didepanku. Aku terkejut.

"Wah makan kok suami ngga diajak?" Ujarnya. Aku memutar bola mataku.

"Kan kamu punya badan sendiri ya tinggal makan aja" Ujarku. Dia tersenyum miring menatapku. Aku pura pura seperti bego disaat seperti ini.

Aarrrghh!! Jadi salah tingkah kan jadinyaa!! Batinku.

Aku menyendokkan nasi ke mulutku lalu dia menahan tanganku dan memasukkannya ke mulutnya.

A-apa apaan ini?!! Kenapa dia begitu?!! Sialan!! Batinku. Tanpa sadar wajahku berubah semerah tomat.

"Hmm.. Ini yang masak bukan kamu ya?" Tanyanya. Aku mengangguk. Dia membentuk mulut huruf 'O'

"Mmm.. Jonathan?" Tanyaku. Dia menoleh.

"Apa sayang? Mau jatah badan?" Ucapnya sambil membuka bagian bawah bajunya.

Sontak aku menggeleng. "Bukan itu bodoh! Tapi.. Bisakah nanti kamu mengantarku untuk beli bahan bahan makanan? Pasokan makanan kita habis" Ucapku. Dia mengangguk.

"Ngga usah, biar aku aja yang beli" Ucapnya. Aku menggeleng cepat.

"Tidak! Kalau kamu yang beli, nanti kaya kejadian tentang Mom suruh beli kamu roti jepang. Eh malah dibeliin roti jepang beneran hahaha" Ucapku tertawa geli.

Tiba tiba dia menahanku dan menciumku lekat. Kali ini bibirnya sungguh membuatku luluh.

"Jangan tertawakan aku, kalau begitu lagi siap siaplah aku akan membuatmu tak bisa berjalan selama seminggu" Ancamnya. Aku memalingkan wajahku.

"Bodoh!" Gumamku.

Dia menyentil dahiku. "Jaga ucapanmu sayangku" Ucapnya.

Aku meringis. Lalu aku teringat kejadian keguguran waktu itu.

"Jonathan.. Apa tentang keguguran ini kamu sudah beri tahu ke orang tuamu?" Tanyaku.

Dia menggeleng. "Tidak, aku tidak memberitahukannya" Ucapnya. Aku terkejut.

"Kenapa tidak diberi tahu? Nanti kalau mereka tahu gimana?" Ujarku cemas.

"Mereka ngga tahu dan ngga tempe sayang" Ucapnya tertawa geli.

Aku mendengus. Dia tersenyum kecil dan menatap ke jendela samping kami.

"Aku tidak memberi tahukannya karena aku takut mereka semakin menghawatirkanmu. Mereka sangat protektif. Apa kamu mau disekap setahun penuh didalam rumah ini dan tak boleh melakukan apapun selain makan,minum dan istirahat?" Tanyanya.

Aku menggeleng pelan. "Ya aku juga menghawatirkanmu tapi.. Aku agak takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada orang tuaku" Ucapnya.

"Lalu.. Apa kamu mau menjadi seorang ibu?" Tanyanya. Aku mengangguk pelan.

"Ya itu jawaban yang ingin kutau, tapi aku masih memikirkan kesehatanmu" Ucapnya.

"Tunggu saat aku sudah siap hamil ya Jo.. Aku masih merasa kehilangan bayiku saat ini.." Ucapku pelan.

Dia mengangguk. Aku menatapnya tajam.

"By the way.. Kenapa kau memberiku merah merah di tubuhku ini hah????!!!" Ucapku sambil menatapnya tajam. Dia tertawa.

"Untuk menghindari pencurian wanita yang kucintai" Ucapnya sambil tersenyum.

"Aarrrghhh aku marah padamu Jonathannn!!" Tukasku sambil menjambak rambutnya.

"Aahhhkk!! Ampunnn!!" Ucapnya.

***

MY POSSESIVE CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang