CLIMAX 1

7.2K 173 9
                                    

JONATHAN

'Klek!' Suara pintu terkunci.

Pagi hari ini aku sudah bersiap siap untuk pergi mencari Xellecia lagi. Persetan dengan pekerjaanku sekarang yang penting aku harus mendapatkan wanitaku dulu.

"Ahh astaga!! Aku harus buru buru!!" Ucap seorang wanita sambil membawa barangnya dan masuk ke kamar 216.

Aku melihat barangnya yang jatuh.

"Celana dalam?" Ujarku. Aku langsunh menghampiri kamar itu dan mengetuknya.

"Permisi, kamar 216" Ucapku.

"Ah iya? Ada apa??" Tanya seorang wanita didalam.

"Aku mengantarkan sesuatu. Kupikir barang pribadimu terjatuh" Ucapku pelan.

Wanita itu menghampiriku dan menatapku dengan wajah memerah.

"Ahh astaga!! Dapat dari mana!! Ini punyakuu!!" Ucapnya sambil merebut CD nya. Aku tersenyum kecil.

"Kau terlalu terburu buru hingga menjatuhkan pusaka mu itu. Yasudah aku duluan" Ucapku.

"Sebentar, aku punya hadiah untukmu~" Ucapnya sambil mengambil sesuatu ke dalam ruangannya. Aku menghela nafas.

Aku melihat kamar 214, lampunya menyala. Apa perlu kusapa juga? Ah ngapain. Lagipula aku ini gengsi. Tapi kenapa aku membantu wanita ini sekarang..

"Ini dia kue buatanku. Kuharap kau suka ya. Dan terima kasih banyak" Ucapnya sambil menyerahkan sekantung kue.

Aku mengangguk dan beranjak pergi. Aku menghela nafas.

"Andai saja Xellecia ada dikamar itu.. Pasti sudah kudobrak kamar itu" Gumamku. Aku berjalan keluar Hotel dan bertemu resepsionis.

"Selamat pagi Mr.Jonathan~ Ada yang bisa saya bantu?" Ucap resepsionis sopan.

"Maukah kau membantuku menghabiskan kue ini?" Ucapku pada resepsionis wanita itu. Wajahnya memerah.

"Tentu saja tuan" Ucapnya. Dia memejamkan mata.

Aku mengangkat alisku. Memangnya dia pikir aku akan menciumnya? Bodoh.

Aku langsung saja menaruh kue itu dan meninggalkannya dan menuju mobil sportku.

Aku memacu kecepatan dan menghubungi Darwin.

"Darwin? Apa FBI dan kau sudah menemukan keberadaannya??" Ucapku.

"Belum sir! Dia sangat susah dilacak dan sepertinya hampir 75% identitasnya sekarang sulit didapatkan" Ucap Darwin. Aku menghela nafas berat.

"Cepat cari dia! Akan kukeluarkan uang berapapun harganya untuk mencarinya!" Ucapku. Darwin langsung mengiyakan.

Aku membanting ponsel ku ke kaca mobil hingga pecah.

"Sialan.. Ini salahku.." Gumamku.

Aku tak tahan lagi. Aku harus mencarinya lagi hingga dapat.

Aku mencarinya di sekeliling jalan dan kafe, mall besar, toko toko setempat dan nihil.

Sudah 6 jam aku mencarinya dan hasilnya kosong.

Aku memakirkan mobilku di taman kosong yang sepi. Aku keluar dan bersandar di kap mobilku.

"Sayang.. Kamu dimana sih.." Gumamku sambil mengacak acak rambutku pelan.

Lalu aku melihat seorang wanita tua sedang menyapu halaman depan rumahnya. Aku berjalan mendekatinya dan bertanya.

"Permisi nyonya, apakah anda kenal dengan wanita ini?" Tanyaku sambil menyodorkan selembar foto.

Dia menatap wanita itu dengan senyum lebar.

"Tentu saja! Dia adalah wanita paling ramah yang pernah kutau~ Dia sangat baik dan cantik" Ucapnya. Aku terkejut.

"Benarkah? Apakah kau tau dimana dia?" Ucapku antusias.

Dia menggeleng. "Tidak tuan, dia sudah tidak menempati rumah ini lagi. Tapi sebelumnya dia menyewa rumah itu sebentar" Ucapnya.

Aku menatapnya bingung. Aku coba untuk menanyakan siapa namanya agar tidak keliru.

"Emm.. Apakah kau tau siapa nama wanita ini?" Ucapku sengaja.

"Tentu, Xellecia earls" Ucapnya. Aku tertegun.

"Baiklah terima kasih!" Ucapku semangat. Dan memasuki mobilku dan langsung tancap gas.

"Ya! Sebentar lagi aku akan bertemu dengannya!! Tunggu saja!!" Gumamku di mobil.

BRYAN

Aku mengetuk pintu kamar Xellecia. Namun dia tidak merespon.

"Xellecia? Apakah kau baik baik saja? Bagaimana kalau jalan jalan sebentar?" Ucapku. Dia membuka pintunya dan benar saja. Dia terlihat lesu.

"Hmm jalan jal--" Ucapnya sambil menatap perempuan disampingku.

"Kenalkan, ini saudara perempuanku! Namanya Christina southwell~" Ucapku.

"Senang berkenalan denganmu Xellecia earls" Ucap Christina sambil menyodorkan tangannya.

Cia menatapnya aneh. "Sepertinya aku pernah melihatmu" Ucap Cia.

'Gawat! Jika Cia tau kalau dia adalah Jane bisa bahaya' Batinku.

"Ah belum kok! Chris, ini Xellecia" Ucapku sambil menyatukan tangan mereka.

Xellecia langsung melepas jabat tangan itu dan menatapku tajam.

"Umm aku ingin pergi sebentar keluar untuk membeli makanan, bisakah kau jaga Christina sebentar Cia?" Ucapku pada Cia.

Cia mengangguk kecil.

"Baguslah!" Ucapku lalu mengelus elus rambut Cia dan pergi.

'Sekarang tinggal membereskan Jonathan' Ucapku dalam hati.

CHRISTINA

Aku tersenyum lebar dan dia menatapku aneh.

"Umm apakah kau akan membiarkanku diluar seperti ini?" Ucapku. Dia membukakan pintu.

"Silahkan" Ucapnya. Aku berterima kasih dan duduk disofa.

"Mau makan?" Tanyanya. Aku mengangguk.

"Apakah kau sudah lama tinggal dengan Bryan?" Tanyaku.

"Tidak, kami hanya teman" Jawabnya.

"Wow benarkah? Tapi kukira anak yang kau kandung itu adalah anak Bryan" Ucapku lantang. Dia berbalik dan menatapku tajam.

"Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Ah maaf, habisnya kulihat kalian sangat dekat hahaha" Ngelesku.

"Apakah kau penguntit?" Ucapnya tajam.

'Gawat! Bahaya!' Batinku.

"Enak saja, tentu tidak. Lagipula aku sudah punya tunangan" Jawabku. Dia menatapku tajam.

"Siapa tunanganmu?" Tanyanya.

Aku tersenyum. "Tentu saja, Jonathan blue" Ucapku menang. Dia membelalakkan mata.

"Apa kau bilang?" Ucapnya gemetar.

"Jonathan blue! Jonathan blue~" Ucapku. Dia langsung mendorongku keluar dari kamarnya dan mengunci pintunya.

"Terlambat, aku sudah tau kau akan sakit hati. Dan asal kau tau! Jonathan milikku dan jangan pernah kau dekati dia!" Tukasku dengan nada memancing.

Dia tidak merespon. Aku tersenyum lebar. Aku memasang tanda didepan pintu kamarnya.

'Kamar rusak!'

"Pasti petugas akan mengunci kamar ini dalam waktu lama" Gumamku. Aku meninggalkannya dan tersenyum menang.

"Rasakan itu tukang tikung" Gumamku.

***

MY POSSESIVE CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang