GET PREGNANT?

16K 377 2
                                    

XELLECIA

Aku duduk termenung di taman sendirian. Karena cuaca dingin dan masih pagi jadi tidak banyak orang yang datang. Aku masih menyeka air mataku yang sedari tadi tidak kering. Karena hatiku dan bahkan masa depanku hancur ketika Jonathan itu mengambil semuanya dariku. 57 menit berlalu aku mulai bosan disini. Aku ingin pergi saja.

"Mau kemana kau?" Tanya seorang pria dengan suara yang sepertinya kukenal. Saat aku menoleh aku melihat Jonathan menatapku dengan tatapan seolah olah aku adalah buronannya.

"Bukan urusanmu" Ucapku seolah olah aku kuat. Aku melangkah cepat dan dia menahanku. "Kau pasti membenciku karena semalam kan?" Ucapnya. Hal itu membuatku sakit hati.

"Tidak! Jangan sentuh aku bitch!" Bentakku sambil menampar wajahnya. Beberapa orang menatap kami dan membicarakan kami. Aku berbalik dan hendak berlari. Tapi tangan kokoh dan besar sudah menyergapku dahulu dan membopongku.

"Apa yang kau lakukan brengsek??!!" Bentakku sambil memukul punggungnya. Dia terdiam dan berjalan. Aku menunduk. Semoga tak terjadi apa apa padaku.

JONATHAN

Aku memegang pipiku yang ditamparnya. Tidak sakit namun memerah. Aku membawanya kembali ke rumah dan menurunkannya di sofa. "Apa maumu bangsat?! Mau mempermainkan aku lagi hah?!" Ucapnya kasar. Aku hanya tersenyum kecil. Aku berlutut didepannya dan mencium tangannya. "Apapun yang terjadi, aku akan tanggung jawab atas kau dan anak kita" Ucapku. Dia terdiam dan menangis.

"Please don't cry" Ucapku lembut dan menyeka air matanya. Kulihat dia begitu mendalami tangisannya. "Kau membuat duniaku hancur" Ucapnya pelan dalam tangisan. "Aku akan tanggung jawab atasmu Cia" Ucapku sambil memeluknya. Kudengar nafasnya mulai teratur dan dia mulai meredakan tangisannya.
"I'm promise" Ucapku. Dia terkejut.

***

12 DAYS LATER

     JONATHAN

Aku telah selesai menghadiri rapat para petinggi perusahaan di Perancis. Aku melonggarkan dasiku. Aku menatap handphone-ku dan teringat Xellecia. Aku menelpon Cia. 4 menit aku menunggu akhirnya dia mengangkatnya. "Halo?" Ucapnya dengan suaranya yang sangat kusuka.

"Oh hello babe, aku sudah selesai melaksanakan kerjaku. Bagaimana jika kita makan di Restoran?" Tawarku padanya. "I-iya boleh, dimana tempat restonya?" Tanyanya.

"Maffei restourant" Ucapku sambil melihat jam tangan. "Baiklah aku segera kesana" Ucapnya dan menutup telponnya. Aku segera berangkat ke Maffei restoran.

22 menit aku menunggu di restoran. Belum terlihat Xellecia. Aku mendengus. Kenapa lama sekali? Batinku. Aku melihat pintu terbuka dan Cia datang dengan gaun merah menjuntai sampai lutut. Wow she looks so sexy. Aku berdiri dan menghampirinya.

"Wow sangat cantik" Pujiku padanya. Aku langsung menarik bangku untuknya dan dia hanya terdiam. Dia menatap sekeliling restoran. "Kenapa kau pilih restoran ini?" Tanyanya. "Karena aku suka disini" Ucapku santai.

"Kau gila? Ini restoran termahal ketiga di Perancis dan harusnya kau tidak buang banyak banyak uang hanya untuk ini!" Tukasnya. Dia mempermasalahkan harga?

Aku hanya tertawa kecil. Tak lama kemudian makanan ala perancis disajikan diatas meja yang sudah kupesan sebelumnya. Xellecia menatap semua makanan itu dengan tatapan sendu.

"Aku hanya ingin makanan murah" Ucapnya sambil menatapku. "Ini sudah paling murah" Ucapku asal. Padahal aku memesan makanan paling mahal dan mewah di resto ini. Dia agak canggung saat menatap semua makanannya.

Dia mengambil makanannya dan memakannya. Aku ikut memakan makananku dan menatapnya dengan lekat. Cia awalnya tampak biasa biasa saja dengan makanannya. Tapi saat dia menaruh sendoknya di piring dan makanannya belum habis. Aku terkejut.

"Apa kau sedang tidak sehat?" Ucapku cemas. "Tidak kok aku hanya masuk angin" Ucapnya mengelak. Tiba tiba dia meremas tissu di meja dan segera berlari kebelakang. Aku terkejut dan mengikutinya. Dia ke kamar mandi dan memuntahkan makanannya.

"Astaga! Ini sangat tidak enak!" Ucapnya sambil terkekeh. "Kau tidak apa apa?!" Ucapku panik sambil mengelus punggungnya.

"Aku masuk angin.. aku ingin air han--" Sebelum dia berbicara panjang lebar aku sudah membopongnya dan membawanya ke mobil sport warna putihku. Dia terkejut dan menatapku tajam. "MAU APA KAU HAH?! MEMPERMALUKANKU?!" Bentaknya. Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku langsung membawanya ke rumah sakit terdekat dan bertemu dengan dokter kepercayaanku.

Setelah pengecekan kami ada diruang tunggu. "Apa kau keberatan?" Tanyanya. "Keberatan apa? Berat badanmu? Kau langsing kok" Ucapku. Dia memasang wajah fasepalm.

"Maksudku jika aku mengandung anak ini" Ucapnya sambil mengelus perutnya. Aku tau bagaimana perasaanya sekarang.  "Sama sekali tidak" Ucapku. Lagipula itu adalah darah dagingku sendiri jadi aku tidak keberatan. Malah aku ingin menantikannya.

"Jika kau tidak suka maka aku ak--" Ucapannya terpotong karena aku menyergahnya duluan.

"Aku tidak mau kau mengaborsinya atau melakukan hal apapun padanya" Ucapku sambil menatap perutnya.

"Mr.Blue? Ms.Cia? Ayo kedalam" Ucap dokter Charlie.

Didalam kami menunggu jawaban. Kulihat Cia sudah gemetar sambil meremas ujung gaunnya. "Baiklah, selamat untuk Mr.Blue. Ms.Cia positif hamil" Ucap Dr.Charlie. Aku terkejut dan menatap Cia. Kulihat pandangannya kosong dan sepertinya ingin menangis. Aku menghela nafas.

"Baiklah terima kasih Dokter" Ucapku sambil menjabat tangannya. Aku membawa Cia ke mobil ku dan mulai menenangkannya.

"Aku hamil?" Tanyanya dengan pandangan kosong. "Ya kau hamil anakku Ms.Cia" Ucapku. Tak lama setelah aku mengucapkan hal itu dia menangis. Astaga aku tak tega melihatnya menangis.

"Aku akan tanggung jawab sayang.. tenanglah aku disini" Ucapku. Dia tersedu sedu dan mulai menangkan dirinya.

Apa benar aku harus melakukan hal ini? Apa aku harus meninggalkannya? Batinku.

Akhirnya aku membawanya pulang kerumah dan membopongnya kedalam. Berharap agar dia bisa sedikit lebih tenang.

***

MY POSSESIVE CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang