Karen membuka matanya ketika seseorang menepuk bahunya. Di luar, langit masih gelap dan hujan deras mulai turun disertai gemuruh. Di sampingnya ada papa mengenakan pakaian rapih. Karen baru saja bangun dari tidur karena ia masih di dalam pengaruh obat tidurnya.
"Papa harus ke Singapur, maaf mendadak karena ada client yang minta jadwal meetingnya di majuin. Papa janji kok abi-" belum papa menyelesaikan kata-katanya, Karen membuang arah pandangnya.
"Gabi mau ke sini kok." sela Karen.
Ucapan Karen yang terdengar dingin membuat papa menatap anak itu, lalu tersenyum kecil. Ia mengusap rambut anaknya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gadis kecilnya yang sudah beranjak dewasa.
"Besok sore papa pulang. Karen mau di bawain apa?" tanya papa seketika membuat Karen menatap papanya kembali.
"Botol minum starbucks yang waktu itu.." jawab Karen.
Papa berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat botol seperti apa yang Karen maksud.
"Yang warnanya kayak luntur gitu?" tanya papa memastikan.
Karen berdecak, "Itu ombre namanya." jawab Karen membuat papa terkekeh lalu mengangguk.
"Nanti papa bawain. Papa pergi sekarang ya, sayang. See you tomorrow," pamit papa.
Karen mengangguk, lalu melambaikan tangannya kepada papa yang sedang berjalan ke sofa untuk mengambil backpack berisi baju dan laptopnya.
"Safe flight papa," ucap Karen membuat papa tersenyum. Ucapan itu terdengar begitu manis di telinga papa.
"Terimakasih Karen," balas papa kemudian berjalan keluar.
5 menit kemudian ..
Karen mengambil handphonenya yang bergetar di meja nakas. Di situ terpampang nama Gabi. Tanpa pikir panjang, Karen langsung mengangkat telfon dari sahabat barunya itu.
"Kenapa?" tanya Karen.
"Ini Ren, ada kecelakaan gitu di deket rumah sakit lo. Katanya sih motor sama truk, makanya macet parah. Terus kita jadinya muter balik nih otw ayam gepuk. Gapapa kan?" tanya Gabi membuat Karen menghela nafasnya secara pelan.
Gaada yang bisa memprediksi keadaan di jalanan.
"Yaudah. Kalian naik apa emang?" tanya Karen.
"Mobil gue, tapi yang nyetir Nadine. Lo beneran mgga papa sendirian? Bokap lo?" tanya Gabi balik.
"Bokap gue ke Singapur. Baru aja berangkat," jawab Karen.
Di sebrang sana, Keisha yang mendegar obrolan itu langsung merasa tidak enak. Pasti sangat bosan berada sendirian di rumah sakit.
"Sorry banget ya Ren," ucap Nadine.
"Iya gapapa," jawab Karen.
Karen kemudian mematikan sambungan telfon itu dan kembali tidur. Tidak lupa, ia mematikan handphonenya agar ia tidak terganggu lagi dengan telfon-telfon atau chat yang masuk nantinya.
Namun belum ada dua menit ia memejamkan matanya, suara pintu yang terbuka dan langkah kaki seseorang membuat matanya melek lagi. Sekarang, di ujung bed nya ada seorang suster dengan troli makanan dan beberapa peralatan medis.
"Eh maaf, saya kira kamu tidur makanya saya diem-diem," ucap suster itu dengan senyum kikuk, membuat Karen mengangguk kecil.
"Tadi waktu jam makan malem, kamu masih tidur gara-gara obat. Sekarang mumpung belum terlalu malem, kamu makan dulu ya," ucap suster itu kemudian beralih mendekati Karen untuk membantu anak itu duduk.
"Masih lemes ya?" tanya suster itu membuat Karen mengangguk lagi.
"Aku suapin ya makannya?" tanya suster lagi.
"Emang gapapa di suapin suster?" tanya Karen balik, membuat suster itu tersenyum mnis.
"Ya nggak apa-apa, lah. Tadi papa kamu udah bilang kok sama aku, dia nitipin kamu ke aku. Papa kamu pasti lagi pergi ke Singapur kan?" tanya suster itu dijawab anggukan Karen.
"Yaudah makan dulu yuk," ajak suster itu lalu membuka plastik bening yang menutupi nampan makanan Karen.
Di nampan itu ada sepiring bubur, sup ayam, pergedel, biskuit regal dua keping, segelas susu coklat, pudding coklat, dan tak lupa beberapa butir obat yang harus Karen minum.
"Dikit aja ya," ucap Karen saat suster itu menyendokkan bubur dengan sup.
"Kalo mau cepet sembuh harus makan banyak," balas suter itu.
"Tapi makanannya nggak enak. Karen gasuka bubur sama pergedel," timpal Karen.
"Yaudah makan bubur nya sedikit sama supnya aja ya?" tanya suster membuat Karen mengangguk pelan.
"Nama aku suster Grace. Aku asistennya dokter Yansen, makanya aku yang disuruh urusin kamu selama papa kamu pergi," ucap suster Grace sambil mulai menyuapi suapan pertama Karen.
Karen mengunyah makanan itu dengan pelan. Merasakan tidak enaknya bunur lembek yang seperti kebanyakan air di campur dengan sup ayam yang hambar. Chicken soup used to be her favorite food.
"Suster udah punya anak?" tanya Karen membuat suster Grace menatap Karen dengan aneh sekaligus heran.
"Belum, kenapa?" tanya suster balik.
"Pantes bisa di sini sampe malem." jawab Karen.
Suster terkekeh, "Aku udah menikah, tapi belum punya anak. Kami menikah tiga tahun lalu. Sebenernya kami punya alesan kenapa sampe sekarang, kami belum dapet anak."
"Kenapa? Bukannya orang-orang yang udah menikah maunya dapet anak cepet ya?" tanya Karen lagi.
"Aku masih kontrak buat kerja sama dokter Yansen. Tahun ini kontraknya habis. Aku buat komitmen sama suamiku, bikin anaknya nanti setelah kontrak kerjaku habis. Soalnya kalo punya anak pas aku masih kerja, nanti aku gabisa ngerasain ngurus anak sepenuhnya karena harus bagi-bagi waktu sama kerjaan," jawab suster.
"Oh, gitu.." timpal Karen.
"Udah makannya Sus," pinta Karen menghindar dari suapan yang diberikan suster Grace, padahal ia baru makan tiga suap.
"Yaudah deh kalo emang belum mau makan. Pudding, susu, sama biskuitnya aku tinggal aja disini ya, jangan lupa di makan," ucap suster membuat Karen mengangguk.
Karen kembali menyenderkan tubuhnya ke kasur, lalu memejamkan matanya. Perutnya terasa kembung dan mulutnya hambar. Mungkin setelah keluar dari rumah sakit, Karen harus makan makanan yang ia suka sebanyak-banyaknya.
--
HAIII
maaf banget updatenya lamaaaa
tapi double update kok ✌✌✌griertoast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Jugendliteratur[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...