Jam menunjukakn tepat pukul 12 malam. Nath baru saja mengirimkan pesan kepada Opa untuk membawa Karen ke luar kamar menuju taman rumah sakit. Sementara itu, Nat bersama teman-temannya sudah bernaris di depan meja kecil dengan kue bertingkat dihiasi princess Disney kesukaan Karen. Balon-balon berwarna putih, hitam, dan emas disebar oleh Kenny, Rama, juga Dodit. Keisha dan Nadine memegang kain emas dengan balon-balom huruf yang di susun menjadi dua kata.
Sweet seventeen.
Samar-samar, mereka bisa mendengar Karen yang terkikik di gendongan Opanya. Lalu setelah sampai di taman, Opa langsung mendudukan Karen di kursi roda yang sudah di hias dengan lampu led berwarna warm white.
"Udah boleh di buka belum, Opa?" tanya Karen.
Semua mengambil tempat di sekeliling Karen sambil memegang lilin dan setangkai bunga mawar di tangan masing-masing. Nath melirik jam di ponselnya. Pukul 00:00. Nath mengangguk ke arah Opa.
"Oke, udah boleh," ucap Opa.
Karen menurunkan kedua telapak tangannya. Senyumnya terkulum sementara ia membuka mata perlahan. Mata yang baru terbuka itu langsung membelalak.
"HAPPY SWEET SEVENTEEN KARENINA ALEXANDER!"
Karen ternganga. Kata-kata lenyap dari bibir. Gelombang perasaan yang tak bisa dijelaskan menyapu dirinya. Tanpa bisa ditahan lagi, air mata Karen menitik.
"Happy sweet seventeen, Karen," ucap Gabi yang berdiri paling ujung.
"Semoga lo bisa makin kuat ngadepin penyakit lo," sambung Rama.
"Makin bijaksana dalam mengambil keputusan," sambung Nadine.
"Makin semangat hidup," sambung Kenny.
"Karena kita semua di sini tahu," sambung Keisha.
"Kalo penyakit pasti bakal kalah sama semangat lo," sambung Dodit.
Air mata Karen menitik lagi. Satu. Dua. Dan semakin deras.
'Kalo lo bukan anak cengeng yang bisanya cuma pasrah," sambung Nath.
"Kamu nggak sendirian. Banyak orang yang bersedia buat selalu kamu andelin. Termasuk semua yang ada di sini malam ini," sambung Opa.
Karen hanya bisa menangis. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi dadanya terlalu sesak. Oleh kebahagiaan, oleh kesedihan, oleh keterharuan. Semua bercampur menjadi satu hingga Karen tak yakin lagi bagaimana perasaannya sekarang. Nath maju mendekati Karen, kemudian memberikan pelukan canggungnya yang tak pernah berubah.
"Maafin gue. Gue tau gue bukan kakak yang baik. Tapi tolong, kasih gue kesempatan bikin lo bahagia-" Nath tercekat. Ia melepaskan pelukan dan menatap Karen lurus-lurus. "-selamanya."
Meski deras air matanya belum mereda, Karen mengembangkan sebuah senyuman.
"Ini lo yang ngerencanain?" tanya Karen.
Nath mengangguk, "Gue, Gabi, Dodit. Yang lain bantu ngembangin idenya."
Karen menangkup kedua pipi Nath. Untuk kali ini, Karen yakin bahwa yang mengalir dari kedua matanya ini bukanlah air mata kesedihan. Ini air mata kebahagiaan.
Karen berpikir bahwa Tuhan sangat baik. Karen tak pernah berharap muluk mengenai ulang tahun ketujuh belasnya. Tiap kali berdoa, harapannya selalu sederhana, supaya setidaknya diberi waktu sampai ulang tahun ketujuh belas. Karen tak pernah menyangka bahwa doanya akan dikabulkan dengan semanis ini. Semua teman bersamanya. Keluarga terdekatnya lengkap, bahkan Nath juga ada, sosok yang Karen kira akan terus membenci Karen sampai akhir."Thank you so, so, so much. I really appreciate it." Suara Karen masih bergetar, tapi air matanya sudah mulai berhenti mengalir.
"Ini lilinnya ditiup atuh, Neng," celetuk Rama.
Semua terkekeh. Nath berdiri, lalu mendorong kursi Karen agar lebih dekat ke meja. Cahaya lilin menyebarkan sinar keemasan, menciptakan nuansa magis yang mendebarkan, seperti di cerita-cerita petualangan anak-anak.
"Make a wish," ucap Opa membuat Karen memejamkan mata. Air mata kembali menggenang.
“Tiup, yaa,” ucap Karen setelah membuka mata. Gadis itu meniup lilin-lilin kecil yang melingkari kue, juga lilin berbentuk angka tujuh belas di tengah-tengah.
Ketika saatnya kue dipotong, obrolan mulai mengalir dan tawa mulai terdengar. Karen tak putusnya mengucapkan terima kasih baik secara langsung maupun di dalam hati. Di tengah suasana hangat itu, Dodit menghampiri Karen. Ia memakaikan bando berbentuk mahkota di kepala Karen.
"Buat Princess," katanya syahdu. Semua tertawa.
Acara pun berlanjut ke pesta kecil-kecilan. Makan kue dan minum. Bicara dan tertawa dengan volume tertahan, supaya tidak terdengar sampai gedung utama dan mengganggu pasien lain. Di sela-sela itu, Dodit bangkit menuju kamar, lalu keluar lagi memakai kostum Baymax dan membawa sebuket bunga mawar. Karen menatap bingung ketika teman-temannya semua mundur, memberikan ruang untuk Dodit dan Karen. Dodit memberikan buket mawarnya kepada Karen. Di dalam buket itu, ada sebuah kertas berwarna ungu yang digulung-gulung dan diselipkan di antara bunga. Saat dibuka, kertas itu bertuliskan,
"Happy Sweet Seventeen!"
Setelahnya, Dodit sedikit berteriak di balik kostum Baymax yang ia kenakan. "Mau nggak jadi pacar gue?"
Karen membelalak. Jantungnya berdebar cepat. Refleks, ia menoleh ke arah Nath dan Opa yang berdiri tak jauh darinya. Nath dan Opa kompak mengacungkan jempol sambil mengangguk-angguk dengan wajah sok serius, maksudnya, sebagai tanda restu.
Karen kembali menatap Dodit. Matanya kembali berkaca-kaca. Ditatapnya Baymax itu lekat. Sedetik kemudian, Karen mengangguk. Sontak Dodit membuka kepala kostum Baymax yang menutupi wajahnya, lalu membuangnya asal. Ia nyaris melompat, sebelum akhirnya memeluk Karen erat-erat.
"Udah official, geng!" seru Dodit tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aura kebahagiaan memancar dari seluruh tubuhnya. Dodit sudah menantikan hal ini sejak lama. Tapi dia selalu ragu, karena merasa sulit membagi waktu antara berkumpul bersama teman tongkrongan dan menemani Karen. Memang ia sempat mencoba, tapi jawaban yang Karen beriman selalu mmebuat keraguan di diri Dodit meluas. Sekarang, bersama dengan keputusannya menembak Karen, Dodit sudah yakin. Dodit telah bertekad untuk menjadi pegangan bagi Karen. Juga atas apa yang sudah terjadi di hidup Karen, Dodit siap untuk menemani Karen membangun kembali segala sesuatu yang mungkin sudah hancur.
"Selamat ya, Karodit akhirnya official!" tukas Nadine, yang dibalas senyum bahagia oleh Dodit dan Karen.
"Dasar anak muda," gumam Opa di sebelah Nath, hingga cucunya itu terkekeh pelan.
Lalu tiba-tiba Rama berseru, "Terus yang dua ini kapan?"
Telunjuknya mengarah ke Nath dan Gabi. Kedua orang yang ditunjuk itu otomatis bertukar pandang. Kenny heboh ikut memanaskan suasana, sementara yang lain tertawa-tawa. Opa menyenggol Nath pelan dengan sikunya. Nath menatap Opa dengan ekspresi salah tingkah. Sementara itu, wajah Gabi sudah semerah kepiting rebus. Dodit dan Karen yang sedang sangat bahagia juga ikut menggoda habis-habisan.
"Gimana, tuh?" bisik Opa sambil terkekeh-kekeh.
Nath mencoba memasang ekspresi datarnya saat berkata keras, "Tunggu tanggal bagus aja."
Semua semakin riuh menggoda. Sementara itu, Gabi langsung menatap Nath dengan ekspresi tidak percaya. Yang dilihat Gabi hanya sosok Nath yang mengalihkan pandang, sementara telinganya tampak memerah.
Ini bercanda apa beneran? batin Gabi.
--
HEHEHEHE
MAKASIH BUAT 200K NYA UWAAAAW 💖💖💖🍾
gimana niii geng, menurut kalian nath bercanda apa nggak? 😜😜🤭btww, follow ig griertoast dong hehehehew
uname : griertooast
nanti aku upload highlight part yg mau di update hari itu hehehe
vommentnya nya yaaaaa :3
griertoast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Teen Fiction[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...