Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Karen dan keluargabya baru saja menyelesaikan acara makan malam mereka. Hari ini, papa dan opa bisa makan malam di rumah karena mereka tidak harus lembur seperti kemarin-kemarin.
"Eh," ucap seseorang membuat Karen yang hendak naik ke tangga menuju kamarnya menoleh.
Karen menaikkan satu alisnya, "Apa?" tanya pada Nath yang sekarang berdiri di depannya.
"Gausah ikut-ikutan surprisein ulang tahun gue. Gue gamau lo dateng ke acara ulang tahun gue." ucap Nath.
"Hah?" balas Karen.
"Gausah pura-pura tolol. Lo kira gue gatau lo kemaren ke rumah Dodit ngapain? Lo boleh deket-deket sama temen gue, tapi gak usah ikut campur urusan mereka." ucap Nath lagi.
"Emang kenapa sih? Gue adek lo, masa gue gaboleh dateng acara sweet seventeen lo? Lo suruh Gabi bagiin undangan ke anak angkatan tapi kenapa lo ngga ngasih gue undangan?" tanya Karen.
Nath menaikkan satu alisnya, "Lo nggak penting, ngapain gue ngundang lo." jawab Nath.
"Tapi gue adek lo.. Orang lain lo undang. Masa lo ngga ngundang gue?" tanya Karen dengan suara yang mulai berat. Matanya mulai memanas.
"Suka-suka gue," jawab Nath lalu beranjak pergi ke pintu utama rumah mereka.
Sebelum Nath melangkah lebih jauh, Karen menahan lengan Nath.
"Kenapa sih lo kayak gini sama gue? Mau sampe kapan lo giniin gue? Emang lo pikir enak begini, Nath?" tanya Karen membuat Nath berbalik, lalu melepaskan tangan Karen yang ada di lengannya dengan kasar.
"Lo mau tau alesannya?" tanya Nath.
"Karena lo ngebunuh mama." lanjut Nath dengan nada meninggi.
"Gue ngga bunuh mama!" balas Karen tidak terima.
"Buktinya mama meninggal gara-gara lo! Lo tuh anak gak guna. Bisanya cuma hamburin duit papa buat beli hal yang nggak penting. Lo sadar nggak?" ucap Nath.
"Nathanael!" panggil papa membuat Nath menoleh ke belakang Karen. Di situ ada papa berjalan ke arah mrreka.
Papa mendekati Nath lalu tanpa di duga, satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Nath.
"Papa ngga pernah ya ngajarin kamu ngomong kurang ajar begitu! Karen ini adek kamu!" bentak papa.
"Aku ngga pernah anggep dia adek. Aku anak tunggal." balas Nath pelan, tetapi terdengar dalam.
Sekali lagi, papa menampar pipi kiri Nath. Karen yang melihat itu sontak menjauhkan tubuh papanya dari tubuh Nath.
"Dia nggak pernah bunuh mama kamu! Mama meninggal gara-gara kebakaran!" bentak papa lagi.
"Belain aja terus tu anak anjing, bangsat." ucap Nath pelan lalu berbalik ke pintu utama.
Nath membuka pintu itu, lalu berjalan keluar. Matanya memerah dan dapat ia rasakan pipinya panas. Namun sebelum Nath benar-benar keluar dari pintu, papa menghentikan Nath dengan kata-katanya.
"Gak usah pulang kamu. Kurang ajar."
Nath mengangguk kecil, lalu keluar dan menutup pintu itu dengan keras sampai kaca di sisi kanan dan kiri pintu itu bergetar.
"Papa kenapa sih nampar dia? Papa begini bukannya bikin semua makin bener. Papa bikin dia makin benci sama aku. Tolonglah ngerti pa.. Aku capek begini terus sama dia," keluh Karen menghapus air matanya, lalu berjalan pelan nenaiki tangga.
Namun baru saja menaiki dua anak tangga, Karen merasa dadanya sesak dan hidungnya kembali mimisan. Kepalanya juga seperti berputar dan kakinya lemas. Sedetik kemudian, semuanya berubah menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Novela Juvenil[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...