[completed story]
[highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019]
•°•°•°•
"Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...
Waktu berjalan begitu saja tanpa bisa dihentikan. Tanpa terasa, sudah hampir satu bulan Dodit dan teman-teman seperjuangannya duduk di bangku kelas 12 yang itu artinya, ini tahun terakhir mereka untuk menempuh ilmu di SMA Dirgantara. Seperti biasa, minggu ke-3 pada setiap bulan, upacara bendera dilaksanakan. Dan itu artinya, tidak ada anak yang diperkenankan untuk terlambat di hari upacara.
Seperti biasa, Dodit bersama Kenny dan Rama berkumpul terlebih dahulu di rumah Nath. Untuk sarapan dan sebagainya. Karena ini tahun terakhir, entah karena apa, pembagian kelas terasa seperti direncanakan. Dodit berada dikelas yang sama dengan ketiga temannya, begitu juga Karen. Walaupun harus pisah dengan gebetannya, Dodit merasa lega karena setidaknya ia berada di kelas yang sama dengan sahabat-sahabatnya di tahun terakhir. Bestfriends before girl, kalo kata orang.
🏀🏀
Karen berdiam diri di koridor kelas 12 sendirian. Gabi bersama Nadine dan Keisha pergi ke kantin untuk jajan, sedangkan Karen memilih untuk tidak jajan karena mood makannya tiba-tiba saja hilang setelah kejadian yang membuatnya tidak bersemangat hari ini. Tidak perlu dijelaskan, karena akan sangat panjang jika diceritakan kembali. Karen juga tidak ingin membiacarakn soal itu sekarang. Pandangannya tertuju pada seorang siswa tinggi dengan jambul khasnya yang sedang berfoto bersama beberapa siswi sambil memegang piala karena berhasil memenangkan pertandingan basket beberapa bulan lalu sebelum kenaikan kelas.
Lalu tak jauh dari sana, ada sahabat siswa tadi yang juga sedang berbicara dengan beberapa siswi. Tangannya memegang piala, penghargaan karena berhasil membawa tim futsal Dirgantara menduduki juara 1 pada pertandingan bulan lalu.
Siswi yang ada di lapangan, mengobrol bersama siswa-siswa ganteng berprestasi non akademik itu juga sebagian teman-teman seangkatan Karen yang Karen kenal baik. Karen sangat ingin turun ke bawah, ikut merasakan kegembiraan yang sedang terjadi di bawah sana. Kegembiraan yang hadir karena siswa tampan kebanggaan mereka berhasil membawa nama haik sekolah menjuarai beberapa pertandingan di sekolah ternama. Karen sangat ingin berada di sana, berfoto sambil memegang piala-piala itu. Menghampiri mereka sambil mengucapkan selamat atas keberhasilan mereka. Tapi yang bisa Karen lakukan hanya menatap mereka dari kejauhan.
"Sendirian aja, neng," ucap seseorang yang refleks membuat Karen menoleh ke kanan, asal suara itu datang.
Di sana ia menemukan sosok Kenny yang sedang meminum dua kotak jus jeruk sekaligus. Karen terkekeh, "Rakus banget minumnya dua gitu," balas Karen.
"Haus. Abis kejar-kejaran sama Nath," jawab Kenny yang entah kenapa membuat Karen terpaku untuk sepersekian detik. Nath? Kejar-kejaran?
"Gue baru tau Nath mau main kejar-kejaran," balas Karen bergumam.
"Lagian kakak lo itu, Ren, masa kunci motor sama dompet di geletakin gitu aja di meja sound upacara? Iya tau borju, tapi tetep sayang lah kalo ilang. Untung yang ambil gue, bukan copet," lanjut Kenny penuh semangat, membuat Karen tertawa.
"Nanti pulang sekolah lo mau ikut ngga?" tanya Kenny.
"Ke mana?"
"Nonton latihan basket bentaran, terus pulangnya mau nonton bioskop. Nadine dkk ikut, Dodit juga. Lo ikut gak?" tanya Kenny membuat Karen menggeleng.
Kalau saja ia lupa hari ini ia ada jadwal bertemu dengan dokter, pasti ia sudah mengiyakan dengan mantap ajakan Kenny barusan.
"Yahh, kenapa? Gak rame dong," protes Kenny.
"Gue mau ke rumah sakit," jawab Karen.
"Sama siapa ke rumah sakitnya?" tanya Kenny lagi.
"Tadinya sih, Dodit. Tapi dia kan mau pergi," jawab Karen diikuti helaan nafasnya.
"Jadinya sendiri?" tanya Kenny mmemastikan, lalu Karen mengangguk.
"Paling kalo Papa pulang cepet, ke dokternya sama Papa," jawab Karen.
Kenny manggut-manggut, lalu berpamitan ke Karen dan berjalan menuju kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Karen. Kembaki sendiri, Karen memutuskan untuk masuk ke kelas dan belajar untuk ulangan susulan nanti setelah istirahat ke dua.
😿😿
"Kamu tadi berantem sama Nath ya, Ren?" tanya Papa, tidak mengalihkan perhatiannya dari laptop yang sedang ia gunakan.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Karen dan Papa baru saja kembali dari dokter setengah jam yang lalu. Rencananya Karen akan battle fortnite setelah Papanya menyelsaikan sedikit berkas yang sengaja ia bawa pulang ke rumah, agar bisa menemani karen ke dokter hari ini.
"Udahlah ga usah di bahas lagi," jawab Karen.
"Besok ikut kan dinner?" tanya Papa membuat Karen menaikkan sebelah alisnya.
Tadi saat makan malam bersama, Opa dan Papa meminta Karen dan Nath ikit makan malam di restoran bersama Dodit, Gabo, dan yang lainnya. Pastinya, mau tidak mau Karen harus ikut. Kenapa Papa masih bertanya?
"Iya. Aku mau minta maaf sama Nath. Tadi pagi, gara-gara aku dia jadi terlambat." Karen menjawab sambil meraih guling Papanya.
Di sebrang sana, Papa menghela nafas panjangnya. Entah sampai kapan, kedua anaknya akan berada di jarak yang jauh. Secara fisik mereka memang berdekatan, tinggal di bawah satu atap yang sama, layaknya kakak adik normal di luar sana. Tapi secara batin, ada tembok beton yang jauh menjulang tinggi, menjadi pembatas yang membuat penghalang di antara mereka.
Tapi, hubungan kakak adik yang normal itu memangnya seperti apa?
--
HAIHAIII LONG TIME NO SEEEEEE WKWKW btw mungkin bbrp part kedepan gue bakal slow update karena satu dan lain hal. btw di part ini, ada kayak berhubungan dengan novel complicatednya sedikit lho 😋😋💓 HEHEHE HOPE YOU GUYS LOVE THIS 👍😁😁 vommentnya yaaaa :D
*kenny*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
griertoast.
WOY MASA MANU KTNY MAU DATENG KE JKT WKWKWKWKWKW GILAAK