Sorakan kemenangan terdengar di lapangan besar Dirgantara yang terasa sejuk akibat pepohonan yang rindang di sekitar lapangan. Baru saja tim basketnya memenangkan pertandingan melawan Samantha Highschool. Dodit berlari ke arah Karen yang duduk di dekat tas-tas anak basket, lalu melompat kegirangan.
"Menang gara-gara gue nih, Ren!" seru Dodit senang karena ia adalah shooter terbanyak dalam game kali ini.
"Sparing biasa doang udah bangga," cibir Nath yang datang bersama teman-temannya yang lain.
Mendegar itu, Dodit terdiam lalu seketika tangannya terulur untuk menonjok lengan Nath. "Kasih selamat apa," ucap Dodit.
"Selamat Dit. Tumben ngeshootnya banyak," balas seseorang membuat Nath dan Dodit yang berdiri membelakangi lapangan menoleh.
Untuk sepersekian detik, Dodit membeku mengetahui siapa yang baru saja memberikannya selamat. Ia kemudian menetralkan perasaannya, lalu tersenyum lebar.
"Lo juga kali ini mainnya bagus kok. I'm a proud brother," balas Dodit menepuk kepala Lauren lalu mengacak-acak rambut kecoklatan miliknya.
Karen yang melihat itu hanya bisa terdiam. Entah perasaan apa yang ada di dirinya karena sekarang sebagian dari hatinya kesal melihat apa yang dilakukan Dodit barusan.
"Lepek banget rambutnya. Pasti samponya bukan yang anti lepek," desis Karen pelan membuat Keisha yang duduk di sebelahnya tertawa.
Keisha mendekatkan mulutnya ke telinga Karen, "Rambut kamu lebih bagus kok dari dia," ucapnya.
Karen mengangguk setuju, lalu menendang betis Dodit pelan.
"Makan bakut gak? Gue traktir," ucap Karen membuat Dodit memutar badannya lalu berjongkok di depan kursi yang Karen duduki. Tangannya memegang lutut Karen lalu memasang wajah gemasnya.
"Gengsi kali di traktirin cewek. Lo bayarin parkir aja," jawab Dodit membuat Karen tertawa lalu mengangguk.
"Bukannya gue udah janji traktir lo? Kan gue kalah taruhan," ucap Lauren dari belakang Dodit, membuat Karen menatap gadis itu dengan alis naik sebelah dan Dodit ikut menoleh.
"Taruhan apaan?" tanya Karen.
"Kalo Dodit yang menang gue traktir dia makan. Tapi kalo gue yang menang dia traktir gue," jawab Lauren.
"Jangan ingkar janji, lho. Kita juga udah lama gak makan bareng di luar," lanjut Lauren menatap Dodit.
"Oh jadi kalian sering makan bareng dulu?" tanya Karen lagi membuat Dodit kembali menoleh lalu menggeleng pelan.
"Bukan gitu. Kan Dulu gu-" ucapan Dodit terpotong dengan cibiran Rama.
"Udah Ren, gue aja yang temenin lo makan bakutnya. Biarin aja Dodit mau dinner mesra bareng mantan gebetan," cibir Rama diakhiri dengan tawa dari teman-temannya.
Mendengar itu, Lauren menghela nafasnya. Ia sadar bahwa sekarang keadaan sudah berubah. Dodit bukan lagi orang yang bisa seenaknya ia panggil untuk menemaninya setiap saat ia butuh. Sikap Dodit yabberng tidak enakan membuatnya mudah dijadikan teman kalau butuh saja bagi banyak orang.
"Gapapa kok kalo emang lo mau makan sama Karen, Dit. Gue makan di rumah aja," ucap Lauren membuat Dodit melepaskan tangannya dari lutut Karen, lalu bangkit.
"Gue temenin lo. Kan gue udah janji. Gak baik juga cewek udah sore mau malem gini jalan sendiri. Lo gak bawa motor kan?" tanya Dodit lagi.
"Ih dasar! Karen juga cewek, gak bisa bawa motor. Gak tau deh nanti pulang naik apa, " ucap Karen dengan kesal, lalu bangkit dan berdiri di belakang Dodit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Novela Juvenil[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...