Di suatu sore yang mendung, sebuah mobil porsche berwarna merah oranye terparkir di tepi jalan setapak yang memisahkan blok-blok pemakaman. Dodit turun dari mobil itu, menenteng sebuket bunga berwarna merah, air mawar, juga bunga tabur. Ia masih lengkap mengenakan pakaian sekolahnya. Walaupun tidak seceria biasanya, ia tetap berusaha sebisa mungkin tersenyum saat kakinya sampai di makam dengan nisan bertuliskan Clarensia Karenina Alexander.
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan dan nanti malam ada acara graduation sekalin prom night. Dodit berhasil lulus dan mencapai nilai yang Karen targetkan untuknya. Nemnya juga melebihi target. Entah ia harus merasa senang atau bagaimana.
Dodit duduk di sebelah makam Karen. Sebelum menuangkan air mawar, ia melambaikan tangannya ke dua makam yang ada di sebelah Karen.
"Hai Om, Tante," ucap Dodit.
Ia kemudian membuka air mawar, lalu menyirami ke seluruh makan Karen. Membuat nisan hitam yang kering itu kembali mengkilau. Dodit kemudian mengambil bunga tabur yang tadi ia beli, lalu menyusunnya sedemikian rupa.
"Apakabar, Karen?" tanya Dodit
Dodit meletakkan tangannya di rerumputan yang tumbuh di atas makam Karen. Ia tersenyum kecil.
"Gue lulus, Ren. Nilainya nyampe target yang lo kasih. Keren banget ya, gue," lanjut Dodit.
"Its been a long day without you, Ren. Nanti malem graduation sma Prom. Tau nggak? Kita di calonin jadi King sama Queen loh buat nanti malem. Pasti kalo lo di sini, lo semangat banget. Kalo lo di sini, pastu semalem kita udah belanja buat hari ini. Selama ini gue udah berusaha sebisa mungkin jadi gue yang dulu, Ren. Tapi susah banget. Rasanya beda, kayak ada yang kurang. Biasanya setiap bangun tidur, gue selalu nggak sabar buat buka hp terus ngeline lo. Tapi sekarang kalo bangun tidur, rasanya datar aja gitu. Nggak ada uang spesial,"
Dodit menunduk. Satu tangannya menghapus air mata yang hendak jatuh. Tidak. Ia tidak boleh menangis. Ia tidak akan menangisi Karen lagi. Karen sudah bahagia di sana. Dan ia juga harus bahagia karena itu.
"Gue belum tau ambil universitas di mana, Ren. Gue bingung, mau lanjut kuliah apa ambil gap year, apa nggak usah sama sekali. Mama lagi hamil adek baru, Ren. Katanya sih kembar. Gue nggak tau harus seneng apa sedih. Gue takut nanti Mama udah nggak sayang sama gue," Dodit tertawa kecil.
"Apa Mama beneran udah nggak sayang ya Ren sama gue? Kemaren ini dia nyuruh gue buat kuliah di Amerika. Getol banget kayaknya, sampe udah nanya-nanya biaya apartemen di sana. Gue sih kalo emang Mama udah ngga sayang terus mau gue pergi jauh, ya udah nggak apa-apa. Biar gue mandiri juga," ucap Dodit lagi.
Dodit menghela nafasnya berat. Dadanya kembali terasa sakit seperti di himpit, membuat setiap tarikan nafansya terasa begitu nyeri.
"Itu Mama udah ngasih mobil mahalnya. Katanya mau naik mobil mahal? Ayok naik mobil itu, temenin gue nyetir. Gue kangen di bawelin sama lo pas lagi nyetir. Gue kangen dengerin lo ngomel-ngomel kalo gue ngebut. Gue kangen di elus-elus sama lo, Ren. Gue kangen semuanya," lanjut Dodit.
Setitik air mata jatuh dari kedua matanya. Bagaimana ia bisa menahan tangisnya? Membayangkan untuk berbicara di depan nisan Karen saja tidak pernah. Hampir tiga setengah bulan ini, hari-hari Dodit sangat berbeda dari biasanya. Ia merasa benar-benar kesepian. Ia sudah tidak punya semangat lagi untuk bangun dan memulai hari dengan mood yang baik.
Dodit kembali menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Melakukan hal itu beberapa kali atas saran dari dokter yang menanganinya waktu itu. Beberapa hari setelah ia terbangun dari komanya, dokter membawakan Dodit seorang psikiater karena Dodit di duga mengalami depresi. Selama bangun dari komanya, Dodit menjadi sangat pendiam. Ia tidak ingin di jenguk oleh siapapun termasuk keluarga dan Mamanya. Ia menolak untuk berbicara kepada dokter tentang apa yang ia rasakan saat itu, menolak teman-temanya yang ingin masuk untuk memberikan dukungan baik secara rohani maupun jasmani, juga menolak guru-guru yang ikut berusaha membangkitkan semangat Dodit kembali.
Menurut Mama, itu adalah hari-hari terberat bagi Dodit. Di mana ia biasanya melihat Dodit yang sangat aktif, berubah menjadi sangat diam. Walaupun Dodit menolak dengan kasar ketika Mama ingin masuk dan mendampinginya, Mama tetap mencuri kesempatan saat anaknya itu tertidur. Hatinya seakan hancur melihat Dodit yang tertidur sambil memeluk foto Karen. Di samping bantalnya ada boneka panda milik Karen. Di mejansebelah ranjangnya juga ada dua figura berisi foto dirinya memeluk Karen, dan yang satu lagi adalah foto ia dan Karen saat pertandingan basket waktu itu. Suster yang biasa menyuntikkan obat dan menyuapi Dodit makan mengatakan kalau Dodit tidak mau melepaskan figura dengan foto Karen dari genggamannya.
Lalu setelah berkonsultasi dengan psikiater dan menjalankan segala macam prosedur, keceriaan Dodit perlahan kembali. Walaupun tidak seaktif dan seceria dulu, setidaknya melihat Dodit tersenyum dan mau mengiklaskan kepergian Karen sudah lebih dari cukup untuk Mama. Setidaknya ia tidak harus melihat anaknya murung, menangisi Karen terus-terusan di dalam kamar.
Sebenarnya, satu alasan Mama menginginkan Dodit untuk pindah jauh adalah, ia ingin Dodit mendapatkan suasana yang baru. Setidaknya ia bisa menghirup udara baru, mulai membuka lembaran baru dalam hidupnya dan menutup lembaran lama. Karen memang sudah pergi dan tidak akan mungkin kembali, dan Dodit tidak perlu bersedih soal itu. Karen sudah benar-benar sembuh sekarang. Ia jauh lebih bahagia di atas sana. Dan untuk itu, Dodit juga harus ikut bahagia.
"Gue bakal berusaha, Ren.. Gue bakal berusaha ikut bahagia buat lo. You will be forever in my heart. You might be not my first, but i promise you, you're my last."
🌈🌈
wahai penerbit
mampir mampir dong sini, siapa tau tertarik :")
btw, gue mau ucapin terimakasih banyak buat kalian yang selalu nungguin rester ini update. jujur, nulis epolog ini juga bikin gue sedih :") gue bakal kangen banget pasti nulis tentang Karen-Dodit.makasih kalian yang udah support dengan comment, vote, dan lain-lain. kalian masih mau nungguin cerita ini sampai akhir. makasihhh banyak
tanpa kalian, cerita ini nggak ada apa-apanya 🥰
akuuu
sayaaaaaaank
kalyan !!theresia/griertoast
![](https://img.wattpad.com/cover/129357240-288-k745085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Teen Fiction[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...