52 〰️ One Fine Day

4.9K 410 8
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu Dodit dan anggota basket lainnya sudah tiba. Hari ini adalah final dari turnamen basket ternama yang diadakan setiap satu kali dalam setahun. Turnamen ini mengajak semua tim basket dari semua sekolah di Jakarta untuk bertemu dan bertanding. Dan untuk pertama kalinya, Dirgantara bisa lolos sampai ke final. Selain itu, pertandingan ini juga menjadi pertandingan terakhir bagi Dodit, Nath, Kenny, Rama, Aska, dan anggota kelas 12 lainnya. Mereka sudah berkomitmen akan membawa pulang piala beserta hadiah-hadiah lainnya malam ini.

"Kalo terkahir, harus kasih yang extra!" seru Adam.

Hampir sebagian penghuni Dirgantara sudah menempatkan diri di tribun yang menjadi bagian bagi SMA Dirgantara. Di tribun depan mereka, ada suporter dari salah satu SMA Negri yang tim basketnya sudah dikenal hebat di mana-mana. Tapi hal ini tidak mmebuat Dirgantara jiper. Para suporters Dirgantara mengenakan baju basket yang secara khusus mereka buat untuk menyemangati para pemain. Mereka meletakkan nama pemain idola mereka sebagai nama punggungnya. Gabi menggunakan nama Nath, Keisha menggunakan nama Rama, dan Nadine menggunakan nama "Kennyul!".

Dan Karen, ia tidak harus repot membeli lagi karena Dodit sudah memberikan baju basketnya untuk Karen pakai. Karen terlihat sangat keren menggunakan baju basket milik Dodit dengan dalaman kaos hitam. Ia menggunakan celana basket miliknya jaman SMP dulu. Ia terlihat sangat bersemangat hari ini. Tadi pagi, ia sudah suntik vitamin dan hari ini nafsu makannya bertambah. Ia sengaja makan banyak, agar bisa menoton Dodit.

"AYOK DODIT! YA YA YA YA YA! KAMI SELALU MENDUKUNGMU!" teriak Karen saat pertandingan di mulai.

Yang lain langsung riuh, ikut meneriaki para pemain lain. Dodit menatap Karen sekilas, lalu melambaikan kissbye. Karen langsung pura-pura lemas dan jatuh ke pelukan Gabi sambil memegang dadanya.

"Huaa di kasih kiss sama kapten," ucap Karen dengan pipi yang bersemu, membuat teman-temannya tertawa.

"Ayok semangatin lagi, Ren!" ucap Keisha bersemangat.

Karen langsung berdiri lagi, lalu bertepuk tangan. Sesekali ia ikut bernyanyi bersama teman-temannya. Ia menatap pemandangan sekelilingnya yang riuh dan penuh dengan teriakan. Ia rindu dengan suasana seperti ini. Dulu jaman SMP, ia sering ikut menyemangati sekolahnya di pertandingan-pertandingan. Ia hampir tidak pernah absen menjadi bagian dari supporters.

Tim basket SMA Dirgantara terlihat sangat kalem, sedangkan lawannya terlihat sangat ambisisus. Beberapa kali Karen dan yang lainnya melihat tim basket mereka disikut oleh tim basket lawan. Lalu beberapa menit kemudian, wasit meniupkan peluit panjang. Semua yang ada di dalam situ terdiam melihat ke lapangan. Nath terlihat sedang beradu mulut dengan wasit, sementara tim medis membopong Dodit ke pinggir lapangan. Karen langsung buru-buru turun. Entah atas dasar apa, kakinya begitu saja melangkah melihat Dodit yang keskaitan.

"Lo kenapa, Dit?" tanya Karen begitu sampai di bawah.

Dodit sedang meringis saat tim medis memeriksa kakinya. Karen duduk di sebelah Dodit, lalu mengambil handuk kecil dari tas Dodit dan mengelap keringat cowok itu. Sementara itu, pertandingan dilanjutkan.

"Bisa berdiri nggak?" tanya tim medis.

Dodit berdiri dengan pelan sambil meringis kecil. Kaki kirinya rerkilir. Ia harusnya memakai ankle support, tetapi ia lupa karena tadi terburu-buru. Ia punya masalah dengan tumitnya, makanya setiap bermain ia harus memakai benda itu.

"Bisa bisa. Udah, makasih ya," jawab Dodit.

Ia kemudian kembali duduk, lalu mengambil ankle supportnya di tas dan memakainya. Setelah selesai, ia memutar-mutar kakinya. Sedikit sakit, tapi ia pikir ia bisa menyelesaikan pertandingan hari ini. Ia sudah meminta Karen datang dan ia tidak mungkin mengecewakan Karen. Ia menatap Karen, lalu tersenyum.

Rester [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang