Hari ini adalah hari senin, dan hari ini ada upacara penyambutan kepala sekolah baru di SMA Dirgantara. Karen memang sudah di rumah, tapi ia belum diijinkan mengikuti pelajaran di sekolah. Entah sampai kapan Karen juga tidak tau. Ia sudah sangat merindukan suasana sekolah. Ia rindu bertukar cerita dengan teman-temannya. Ada perasaan iri yang muncul setiap kali ia melihat insta story teman-temannya yang menunjukkan betapa asiknya mereka di sekolah. Karen rindu suasana yang bisa membangkitkan semangatnya.
Jam menunjukkan pukul 6 lewat 10 pagi. Nath bersama teman-temannya sudah berangkat sedikit lebih awal karena upacara hari ini. Semalam Dodit, Rama, juga Kenny bermalam di sini. Katanya sih, mereka habis mabar fifa. Memang Karen samar-samar mendengar keramaian di kamar Nath semalam, padahal waktu sudah menunjukkan hampir setengah dua pagi. Hari ini Papa juga berangkat pagi. Papa bilang, ia kedatangan tamu penting dari luar negri, dan kemungkinan nanti malam ia akan bertolak ke Amerika.
"Ayok di makan sarapannya," ucap Papa setelah ia turun dan bergabung di meja makan.
"10 menit lagi Papa berangkat, Will. Kamu temenin Karen ke rumah sakit dulu bisa? Udah janji pagi kok sama dokternya," tanya Opa, membuat William yang hendak melahap sarapannya terdiam.
"Loh, aku kira Papa berangkat siangan. Aku juga berangkat pagi, Pa. Ada tamu penting," jawab Papa membuat Opa berdecak pelan.
"Aku sendiri juga gapapa. Kan sama dokter Yansen. Nanti aku bawa Chicko di mobil biar nggak kesepian," ucap Karen melirik anjing alaskan malamute besar yang sekarang duduk di kolong meja makan, persis di bawah Karen.
"Bener gapapa?" tanya Papa meyakinkan, membuat Karen tersenyum lembut.
"Coba nggak ada upacara, tadi Opa ijinin Nath masuk siang buat nemenin Karen," ucap Opa kembali memakan sarapannya.
"Lagian sih, Papa. Emang Papa yakin Nath mau ikut upacara? Pasti deh dia cabut," balas Papa menanggapi ucapan Opa.
"Udah tau suka cabut, bukannya dinasihatin. Sebentar lagi udah mau ujian loh. Jangan nantinya dia lulus karena terpaksa," timpal Opa.
"Apaan tuh, lulus terpaksa? Lagian bukannya anak yang udah naik kelas 12 pasti semuanya lulus?" tanya Karen.
"Lulus terpaksa itu, ya lulus karena memang harus lulus. Mereka lulus tapi nilainya ngga maksimal," jawab Opa.
Papa menggeleng, "Nath udah besar, Pa. Willi percaya kok dia pasti punya tanggung jawab. Ini dia lagi nikamatin masa bebasnya, sebelum belajar buat ujian. Tenang aja," balas Papa meyakinkan Opa.
"Nanti kalo ada apa-apa, Karen langsung telfon Papa ya. Papa usahain dateng kalo Karen butuh Papa," ucap Papa menatap putrinya, membuat Karen tersenyum lagi.
"Karen juga udah besar, Pa. Jangan khawatir," jawab Karen.
Setelah sarapan mereka selesai, Papa dan Opa langsung berangkat ke kantor masing-masing. Setelah mengantar Papa dan Opanya sampai ke depan pagar, Karen menghela nafasnya melihat kedua mobil yang dikendarai Papa dan Opa menjauh. Ia kemudian berjalan ke garasi, menemui Jamal, supir keluarga mereka yang sedang mengelap mobil.
"Mal, nanti lo temenin gue ke rumah sakit ya. Bawa Chicko," ucap Karen membuat Jamal, yang umurnya lebih tua 5 tahun dari Karen mengangguk.
"Mau naik mobil yang mana? Nanti gue siapin," tanya Jamal.
"Mobil gue, lah. Udah lama ngga pernah di keluarin," jawab Karen menunjuk sebuah civic putih yang sudah di modif di beberapa bagian. Itu adalah mobil pemberian dari Papa saat Karen ulang tahun ke 16, setahun lalu. Papa bilang, itu sekalian kado ulang tahun ke 17 Karen nanti, takut-takut kalau Papa tidak sempat memberikannya nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/129357240-288-k745085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Teen Fiction[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...