47 〰️ Tamu

4.9K 379 15
                                    

Beberapa hari setelah kepergian Papa, Karen harus kembali di rawat di rumah sakit agar kondisinya membaik. Dokter bilang, kemungkinan besok atau lusa Karen boleh pulang dan bisa masuk sekolah. Pikiran Karen sudah melayang untuk merencanakan kegiatan-kegiatan apa saja yang ia bisa lakukan untuk menebus rasa rindunya akan sekolah dan teman-temannya. Karen berpikiran, ia akan membeli makanan ringan untuk diberikan ke teman-teman dan gurunya. Itung-itung sebagai ucapan terima kasih dari Karen karena mereka selalu menyemangati Karen.

Karen baru saja selesai mengerjakan assignment dari kelas onlinenya ketika suster Grace masuk bersama seroang perempuan. Perempuan itu berdiri di ambang pintu, sedangkan Suster Grace mendekati Karen.

"Ada yang mau ketemu kamu. Katanya kenal sama kamu. Suster udah larang karena kamu butuh istirahat habis belajar. Tapi dia maksa, katanya ada yang penting. Nggak papa ya kalo dia Suster ijinin masuk?" tanya Suster.

Karen mengangguk, walaupun setengah hatinya merasa tidak yakin menerima perempuan itu. Lagian, siapa yang datang siang-siang begini? Tidak mungkin salah satu dari teman sekolahnya, karena ini masih jam pelajaran. Atau Tante Renata? Tapi tidak mungkin. Pagi tadi Dodit memberitahu kalau Mamanya hari ini sangat sibuk dan kemungkinan akan pergi bersama Dodit setelah pulamg sekolah nanti. Lalu siapa?

"Siang, Ren. Apakabar?" tanya orang itu masuk setelah suster Grace keluar.

Mata Karen membulat mendapat Lauren berdiri di depan bed Karen. Lauren masih memakai seragam sekolah lengkap dengan dasinya. Ia juga menggemblok tas sekolah. Satu tangannya membawa sekantong plastik dari restoran bakmie yang sudah sangat Karen hafal.

"Nih, gue bawa bakmie buat lo. Lo suka kan bakmie?" tanya Lauren membuat Karen mengangguk canggung.

Lauren meletakkan barang-barangnya di sofa, lalu berjalan mendekati Karen. Ia mengambil tempat di sebelah ranjang Karen dan duduk di kursi yang sering Dodit ataupun Papa pakai ketika menjaga Karen.

"Gue turut berduka ya soal Papa lo," ucap Lauren kembali membuat Karen mengangguk canggung. Tatapannya yang sulit diartikan itu tidak pernah lepas dari Lauren.

"Kok lo tau gue di sini? Kok lo juga tau gue suka bakmie? Terus kok lo tau soal bokap gue?" tanya Karen, mengeluarkan semua pertanyaan yang sedaritadi menyangkut di otaknya.

Lauren tersenyum, "Dari Dodit. Sebenernya-" belum selesai Lauren berucap, Karen sudah memotong.

"Dodit ngasih tau lo semuanya?" tanya Karen.

Lauren menngangguk, "Emang kenapa? Lagian kan tujuan gue ke sini baik. Gue mau jenguk lo. Gue mau kenalan sama lo lebih deket. Sebenernya ada yang mau gue omongin juga sih," ucap Lauren.

"Mau ngomong apa? Langsung aja. Satu jam lagi gue harus suntik obat," tanya Karen lagi.

Lauren terkekeh pelan, "Buru-buru banget? Tenang aja, Ren. Gue bukan orang yang tiba-tiba dateng mau jahatin lo kok kayak di sinetron. Gue mau temenan sama lo,"

"Ya sorry, tapi hari ini jadwal suntik obat gue banyak. Dan kemungkinan habis suntik obat gue bakal tidur sampe malem. Jadi lo nggak bisa lama-lama. Nanti kalo Dodit tau lo ada di sini, terus dia marahin lo?" balas Karen.

"Ya udah deh. Mungkin besok-besok gue datengnya pagian biar bisa ngobrol lebih lama sama lo. Tapi buat hari ini, gue cuma mau ngomong tentang Dodit," jawab Lauren.

Mata Karen menatap lurus ke dalam mata Lauren. "Kenapa?" tanyanya.

Lauren menarik nafas, lalu menghembusnya perlahan.

"Semenjak lo sakit, dia jadi sering banget berduaan sama lo. Jujur, gue ngerasa risih semenjak gue tau lo deket sama Dodit. Dodit berubah. Dia jadi jarang nongkrong sama temen-temen gue. Gue juga ngerasa kalo sekarang dia udah lupain gue," ucap Lauren.

Rester [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang