1 〰 Hari Pertama

34.4K 1.7K 44
                                    

Gadis berseragam abu-abu terang dengan bawahan rok model rempel berwarna abu-abu gelap yang ia lipat dua kali akibat terlalu besar itu menepuk-nepuk krim wajah yang baru saja ia oleskan di wajahnya. Di saku kemeja seragamnya terdapat lambang sekolah Dirgantara, sekolah yang hampir 7 tahun belakangan ini menjadi tempat belajarnya. Dengan cepat, ia menyisir rambut coklat gelap sebahunya yang ikal. Setelah selesai dengan rambut, ia mengambil sepasang kaos kaki yang tingginya tidak lebih dari mata kaki dan langsung mengenakan kaos kaki itu di kedua kakinya. Terakhir, tidak lupa sepatu berwarna hitam dengan lambang centang putih yang selalu ia pakai kemana-mana.

"Almamaternya jangan sampe lupa," ingat papa membuat anak perempuannya itu mengangguk.

Ia mengambil almamater biru gelap yang menjadi ciri khas sekolahnya, lalu memakainya. Di bagian dada kiri terdapat name tag yang menjelaskan satu dari identitas dirinya. Clarensia Karenina Alexander. Tubuhnya terlihat jauh lebih tegap mengenakan almamater yang pas dengan tubuh mungilnya itu. Penampilannya selalu on point, sekalipun ia mengenakan seragam sekolah. Cewek yang akrab dengan panggilan Karen itu mengambil satu dari segepok kunciran hitam yang terletak di dashboard mobil papanya. Kemudian ia memakaikan kunciran itu di pergelangan tangan kanannya sebagai gelang.

"Udah sana, nanti telat lho mau upacara. Jangan lupa nanti istirahat pertama makan bekel. Istirahat kedua kamu boleh beli mie," ucap papa membuat senyum manis Karen mengembang.

"Finally after a week.." gumam Karen membuat papanya berdecak.

"Kamu mau nyusul temen-temen kamu usus buntu?" tanya papa.

"Engga engga. Aku udah bikin perjanjian kok sama Keisha, kalo aku makan mie aku harus bayar gocap ke dia. Hehe," jawab Karen menyengir lebar, membuat papa berdecak lagi untuk yang kelima kalinya pagi ini.

"Uang jajan sama uang janjiannya aja lebih gede uang jajan. Awas lho kalo kamu bohong sama papa. Papa kenal semua yang dagang di kantin," ucap papa tegas, tapi berusaha lembut.

"Iya iya papa bawel. Udah aku turun ya, kan mau di lantik jadi anak kelas 11. Almet aku lecek nggak?" tanya Karen mengusap bahunya.

Papa menggeleng, "Udah cantik, kok. Cuma itu rambutnya di kuncir aja, nanti keringetan lepek lho.. Katanya kamu baru keramas semalem?" jawab papa yang diakhiri sebuah pertanyaan.

"Iya nanti aja kuncirnya. Aku turun ya. Nanti pulang sekolah aku mau beli kado ulang tahun dulu buat Nath. Kan minggu depan dia ulang tahun," ucap Karen memberitahu papanya.

"Sama Dodit?" tanya papa yang diangguki kecil oleh Karen.

"Yaudah. Nanti duit tambahannya papa transfer ya," ucap papa kembali dijawab anggukan Karen.

"Dadah pa," pamit Karen lalu turun.

Karen menggemblok tas hitamnya di bahu kanan. Tangannya memegang handphone berwarna emas yang di balut casing hitam dan popsocket pink dengan dua kamera yang sekarang sedang menjadi incaran banyak siswa di sekolahnya. Ia melihat keadaan sekitar lobby yang sepi. Hal ini disebabkan bel masuk berbunyi 5 menit lagi. Anak-anak pasti sudah siap di tempat duduk masing-masing. Entah sarapan, mengerjakan pr, atau main mobile legend. Karen melanjutkan perjalanannya sambil mengecek-ngecek media sosial yang ia punya.

Saat membuka instagram, Karen agak terkejut melihat seratus tigapuluh dua orang mengikuti akunnya. Semalam, ia meminta Dodit untuk mempromosikan akun instagramnya. Hanya iseng, dan yang biasa Karen tau adalah hal semacam itu tidak akan membawa pengaruh banyak. Namun kali ini perkiraan Karen salah. Dengan lihai, Karen mengaccept semua follow request yang ia terima, dan memfollow orang yang sekiranya ia tahu.

Rester [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang