53 〰️ Mati Rasa

5.5K 421 19
                                    

Beberapa miggu kemudian, Karen bersama teman-temannya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Puncak. Mereka menginap di villa keluarga milik Nath. Mereka bersenang-senang, membuat kenangan-kenangan yang nantinya akan diingat kembali. Menikmati masa SMA sebagai anak remaja yang larut dalam canda dan tawa, tanpa perlu repot memikirkan masa depan. Semuanya pulang dengan hati gembira, terutama Kenny dan Nadine yang sudah resmi berpacaran semenjak mereka di Puncak kemarin.

Tapi tidak bagi Nath dan Dodit. Tadi saat mobil Dodit sudah sampai di rumah Karen dan Nath, tiba-tiba saja Karen mimisan parah. Dua remaja itu langsung buru-buru berangkat lagi ke rumah sakit. Baju Dodit terkena darah Karen karena saat membuka pintu mobil untuk menggendong Karen yang sedang tidur, cewek itu langsung jatuh ke pelukan Dodit dengan darah segar mengalir deras dari hidungnya.

Lalu saat sampai di rumah sakit, para suster langsung menyambut mereka. Mereka terlihat sangat kacau, terutama Dodit. Nath memang terllihat lebih tenang, tapi sudah pasti hatinya meronta. Apalagi saat Opa datang, lalu tanpa alasan menampar Nath dan menyalahkan Nath karena membawa Karen ke Puncak. Semenjak kepergian Papa, Opa menjadi lebih keras dari sebelumnya. Nath ingin melawan, tapi ia menahan. Ia tidak ingin melanggar janjinya kepada papa lagi.

Dan setelah diperiksa oleh dokter, sekitar jam 7 malam, Karen sadar. Ia bangun dengan beberapa dokter yang memang menanganinya, Opa, juga para suster. Mereka memandangi Karen dengan tatapan yang sulit diartikan. Karen mencoba bergerak, tapi jantungnya tiba-tiba berdegup kencang karena kakinya terasa kaku. Ia berusaha dengan keras, tetapi tetap tidak bisa. Kakinya hanya diam di sana, tidak dapat ia gerakan. Perlahan air matanya jatuh. Ia menatap Opa dan dokternya, membuat Opa maju lalu merangkul gadis itu.

"Kenapa, Opa? Kok kaki aku nggak bisa di gerakin?" tanya Karen.

"Ini efek kemo kamu, Karen. Lagi-lagi, semuanya gagal. Transplatasi sum-sum yang kita lakuin kemarin nggak membuahkan hasil, sementara semakin banyak obat kemo yang masuk. Kaki kamu mati rasa, dan ini artinya kamu harus pakai kursi roda. Dokter minta maaf," jawab Dokter Yansen menunduk.

Karen tidak berkata apa-apa. Ia memeluk Opa, lalu menangis. Air matanya mengalir dengan deras. Kenapa? Kenapa harus seperti ini?

"Dokter keluar!" bentak Karen, membuat Dokter Yansen dan rekan dokter lainnya saling tukar pandang. Mereka benar-benar merasa bersalah, Karena segala macam prosedur pengobatan ini tidak membuahkan hasil. Tubuh Karen benar-benar menolak semua obat yang sudah diberikan.

"Kami minta maaf," ucap Dokter James.

"Keluar!" bentak Karen lagi, membuat Opa mengelus punggung Karen.

Akhirnya, para dokter dan suster keluar, meninggalkan Opa dan Karen berdua di sana. Karen melepas pelukannya, lalu kembali menindurkan tubuhnya. Ia mengambil satu tangan Opa, lalu menggenggamnya erat-erat.

"Kenapa sih, Opa? Apa Karen pernah bikin salah, sampe harus kayak gini? Karen masih mau sembuh, Opa. Karen masih mau main sama Nath. Karen masih mau nemenin Dodit, Opa. Karen sayang banget sama Dodit. Kenapan Tuhan nggak ngasih Karen kesempatan buat nemenin Dodit? Kenapa Tuhan nggak ngasih Karen kesempatan buat ngebales semua kebaikan Dodit?" lirih Karen.

Opa dengan sekuat tenaga menahan air matanya. Ia juga tidak tega melihat cucunya terbaring seperti ini, kehilangan harapan untuk sembuh. Opa menggeleng pelan, lalu tangannya tergerak untuk mengelus rambut Karen yang sudah sangat menipis.

"Karen nggak salah," jawab Opa parau.

"Terus kenapa? Kenapa Karen selalu dapet yang buruk? Kenapa Karen nggak bisa kayak Gabi?" tanya Karen lagi.

Opa menggeleng lagi, tidak tau harus menjawab apa. Hatinya hancur sekarang. Walaupun tidak menunjukkan secara langsung, Opa sejujurnya benar-benar berharap kalau prosedur transplantasi sum-sum tulang yang Karen jalani kemarin berpengaruh besar, seperti perkiraan Dokter. Opa tidak sanggup jika harus kehilangan orang yang ia sayang lagi.

Rester [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang