Langit baru saja meneteskan air matanya. Di lapangan yang besar ini, Dodit sedang berdiri di salah satu sudut yang memilik atap bersama Karen dan juga Kenny, serta anak-anak yang tadi bermain basket. Dodit merangkul Karen yang sedang bersandar di tubuhnya, sambil memegangi kepala Karen yang ia lapisi dengan plastik bekas beli minum tadi agar tidak terkena hujan. Hujan sore ini cukup lebat, disertai angin yang kencang. Karen memeluk dirinya sendiri, lalu memejamkan matanya. Kepalanya terasa seperti berputar, juga ia bisa merasakam kalau sebentar lagi ia akan mimisan. Kemudian, ia meletakkan satu tangannya di hidung, memencet hidungnya agar darahnya tidak menetes.
"Kenapa?" tanya Dodit dijawab gelengan kepala Karen.
"Sabar, Ren. Nanti kalo udah agak reda, lo langsung pulang aja sama Dodit. Daripada nunggu sampe berenti," ucap Kenny membuat Karen mengangguk.
"Kalo nungguin ujan reda mah lama, Ren. Ujan kayak gini berentinya lama," sambung Aska.
Beberapa menit kemudian, hujan sedikit reda. Sisa gerimis, tetapi angin masih tetap kencang. Kenny bersama teman-temannya lanjut bermain, sementara Dodit melepas rangkulannya dan menggandeng Karen untuk berjalan ke motor. Satu tangannya menggandeng tangan Karen, dan tangan yang lain ia gunakan untuk menutupi kepala Karen. Sampai depan motor, dengan cepat Dodit mengeluarkan kunci dan menaiki motor itu, lalu menyalakannya. Ia mengarahkan tangan Karen ke pundaknya, lalu menyuruh Karen naik pelan-pelan.
Setelah Karen naik, ia langsung tancap gas untuk pulang ke rumah Karen. Karen memeluk tubuh Dodit, menenempelkan salah satu pipinya di kaos Dodit yang sudah basah. Semakin cepat laju motor, semakin erat pelukan Karen di tubuh Dodit. Karen paling tidak bisa dibawa ngebut. Waktu itu, ia berangkat sekolah bersama Nath. Karena sudah telat, Nath terpaksa mengebut dan itu benar-benar membuat jantung Karen berpacu diatas batas normalnya.
"Pelan-pelan aja," lirih Karen dibalik badan Dodit.
"Nggak bisa pelan, Ren! Ujannya deres lagi," jawab Dodit dari balik helmnya.
Karen semakin mengeratkan pelukannya, membuat hati Dodit terasa sakit. Ia tahu Karen trauma dengan aksi kebut-kebutan Nath waktu itu. Ia juga tahu, pasti sekarang Karen merasa sangat ketakutan. Tapi semua ini Dodit lakukan agar mereka cepat sampai rumah dan Karen tidak kehujanan lagi. Kehujanan bagi Dodit adalah hal yang biasa. Tapi bagi Karen, ini adalah hal yang sangat tidak boleh ia lakukan. Karen dari dulu memang tidak dibiasakan untuk bermain hujan. Maka dari itu sampai sudah menginjak masa remaja seperti ini, Karen palimg tidak bisa terkena hujan.
🍃🍃
Tepat pukul jam 6 sore, Papa tiba di rumah. Hari ini ia pulang lebih awal karena ia berencana menemani Karen sampai besok subuh. Besok subuh ia harus bertolak ke luar negri untuk menghadiri beberapa meeting dengan rekan bisnisnya di sana. Biasanya kalau Papa akan bertolak ke luar negri untuk urursan pekerjaan, ia akan menyediakan waktu semalaman berduaan bersama Karen. Entah menemani Karen belajar, memasak makanan kesukaan Karen, atau bahkan hanya berbaring menemani putrinya itu tertidur.
Dari semenjak Karen lahir, ia memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Papa. Tentu saja sebagai anak kandungnya, ikatan batin mereka kuat. Tetapi ikatan batin mereka jauh kebih kuat ketimbang ikatan Nath dengan Papa. Hal ini terjadi karena mereka sering mengahbiskan waktu bersama. Dari dulu, Karen selalu lebih dekat dengan Papa dibandingkan Mama. Biasanya kalau jalan-jalan, Papa pasti menggendong Karen dan Mama menggendong Nath.
"Kawyennn!" panggil Papa dari luar kamar Karen, bermaksud memanggil anaknya itu untuk keluar dan menemani Papa packing.
Papa mengetuk pintu kamar Karen tiga kali, "Do you wanna build a snowman? Cmon lets go and play," nyanyi Papa mengikuti salah satu tokoh film Frozen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rester [COMPLETED]
Fiksi Remaja[completed story] [highest rank : #3 in SadEnding, 8 July 2019] •°•°•°• "Dit, kenapa lo bisa lengket terus sih sama cewek penyakitan kayak Karen? Kenapa nggak cari cewek lain aja yang bisa di ajak have fun? Karen kan lemah. Diajak main basket aja n...