17 〰 Hasil Tes

9.5K 643 10
                                    

Suasana semalam benar-benar membuat Karen senang. Ini pertama kalinya bagi Karen merayakan ulang tahun seseorang semeriah ini. Biasanya hanya makan-makan, jalan-jalan dan paling heboh party kecil-kecilan. Semalam, suasanya di tempat sangat menenangkan. Apartment Nath di buat sedemikian rupa sehingga suasana seperti sedang retret. Tenang, remang-remang, dan dingin.

Dan sekarang, jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Dodit bersama Karen sedang duduk menikmati suasana senja di rooftop rumah besar milik oma Dodit. Seperti yang kemarin Dodit bilang, Dodit mengajak Karen ke tempat ini.

"Gue kena leukimia, Dit." ucap Karen pelan menatap lurus ke pemandangan sore di depannya.

Di tangannya terdapat kertas hasil tes lab yang sudah terbuka dan terpisah dari amplopnya. Diagnosa dan hasil tes mengatakan kalau Karen terkena leukimia stadium 2. Dodit merangkul Karen, mengusap pundak cewek itu dengan maksud memberikan kekuatan. Ia juga kaget mengetahui penyakit yang menimpa gadis yang mulai ia sukai itu separah ini. Benar-benar tidak terbesit di pikiran Dodit kalau hasil tesnya akan seperti ini.

"Bukan artinya lo jadi payah," balas Dodit membuat Karen menggeleng pelan lalu sebutir air jatuh dari matanya.

"Gue bakal minum obat banyak. Kemo. Gabisa main basket. Even lari lapangan gue gabisa," isak Karen.

Mendengar tangisan Karen yang membesar, Dodit meraih tubuh mungil Karen dan membawa ke dalam pelukan hangatnya. Dodit mengelus punggung Karen, membuat tangisan itu semakin pecah. Karen merasa hancur. Harapannya untuk bisa mencalonkan diri sebagai tim inti basket, pupus.

"Gue rasanya mau skip hidup aja." isak Karen lagi membuat Dodit melepaskan pelukannya dengan sewot.

"Apapun yang terjadi, lo nggak boleh nyerah. Lo harus tetep berjuang! Gue gamau liat lo nyerah!" ucap Dodit memegang bahu Karen.

Karen menghapus air mata dengan punggung tangannya, lalu mengangguk pelan.

"Gue masih lima belas tahun," ucap Karen pelan.

"Iya gue tau," balas Dodit.

"Lo masih mau temenan sama gue? Gue udah gabisa lo ajak pulang malem lagi," tanya Karen menatap lurus ke dalam mata coklat Dodit.

"Mau lo gak masuk sekolah juga gue temenin, Ren. Gue janji gue gabakal ninggalin lo," jawab Dodit.

"Gue butuh bukti, bukan janji." balas Karen pelan, membuat Dodit tersenyum halus.

"Permintaan diterima," jawab Dodit tersenyum, membuat Karen ikut tersenyum kecil.

"Gue gasuka liat lo nangis. Gue gasuka liat lo mikir kalo lo udah gabisa apa-apa. Ini cuma penyakit. Semangat hidup lo jauh lebih gede daripada penyakit ini. Jangan sampe semangat hidup lo berkurang sepersenpun. Gue gasuka," ucap Dodit.

"Gausah takut. I got your back," lanjut Dodit lagi membuat Karen kembali tersenyum kecil.

Karen menatap coretan-coretan yang ada di tembok rooftop. Itu seperti coretan anak kecil. Ada hitungan, gambar-gambar, bahkan nama Dodit.

"Itu hitungan waktu kita mau beli jajanan. Waktu itu malem-malem. Hari biasa. Kita mutusin buat ngumpul disini terus besoknya bolos bareng. Sebenernya kita bolos gara-gara besoknya itu mau jalan-jalan," ucap Dodit melihat Karen memandangi coretan berisi hitungan yang ada di tembok berwarna kuning terang itu.

"Gue sama sepupu-sepupu gue juga sering kesini bareng oma sama opa. Kita main layangan, main petasan kalo tahun baru, bakar-bakar, nerbangin balon sama lampion.. Banyak deh kenangan di rooftop ini," ucap Dodit lagi.

Rester [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang