Garin dan Reya telah menikah. Tentu, tidak ada yang tahu mengenai perihal itu. Terutama penghuni sekolahnya sendiri. Zaman Siti Nurbayah telah diterapkan oleh kedua orangtua mereka. Nyatanya mereka sudah matian-matian menentang pernikahan itu, namun akhirnya gagal. Terbukti dengan status Reya dan Garin sekarang, meski hanya mereka dan keluarga mereka yang tahu.
Jadi, jangan salahkan Ryan jika ia sedang berusaha mendekati Reya secara terang-terangan. Dan jangan menyalahkan gadis-gadis yang juga berusaha menarik perhatian Garin.
***
Bel masuk baru saja berbunyi. Selang beberapa menit, kedatangan guru piket membawa kabar gembira dan juga kabar buruk.
"Baiklah, saya dapat pesan dari bu Tiwi. Hari ini beliau tidak dapat masuk. Beliau harus membawa suaminya masuk rumah sakit," jelas Pak Toyo, guru yang memiliki kumis cukup tebal.
Mungkin itu adalah kabar gembira bagi murid di dalam kelas tersebut dan abaikan masalah suami bu Tiwi yang masuk rumah sakit.
"Dan... kerjakan halaman 70 sampai 85. Dikumpul saat istirahat nanti!" lanjut Pak Toyo dan mengakhiri kalimatnya dengan salam.
Semua murid mendesah. Ini lah kabar buruknya.
Reya mengeluarkan buku paket dan alat tulis dengan malas. Ia ingin mengerjakan tugas yang diberikan dengan cepat, lalu setelahnya ia ingin tidur. Semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak di depan TV. Selalu saja bayangan horor melintas di matanya. Namun, ia harus mempertahankan gengsinya di depan Garin. Reya tidak mau kalah dari laki-laki itu.
"Yan, mau kemana lo?" tanya Garin. Kerutan heran terpampang jelas di keningnya.
Ryan yang baru ingin melangkah meninggalkan bangkunya lantas berhenti. "Mau ke Reya. Mau kerjakan tugas bareng," jawab Ryan, tersenyum penuh arti.
Garin memicingkan mata curiga. "Lo suka tu cewek?" tanya Garin terang-terangan. Ada nada tidak suka dari pertanyaannya.
Ryan tidak menjawab, namun ia tersenyum lebar. Jawaban yang berarti adalah 'iya'.
Garin tersenyum sinis. "Gak ada cewek lain yang lebih cantik, ya?"
Ryan mulai bereaksi. Ia heran terhadap sikap Garin yang tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.
"Maksud lo apa, Gar?"
"Lo gak ngerti? Lo..." ucapan Garin menggantung, sekilas tatapannya beralih ke Reya yang tengah sibuk dengan bukunya lantas ia kembali melanjutkan. "Lo gak liat apa kalau Reya itu jelek, kurus, dekil. Apa coba yang bisa dilihat dari itu cewek?" hina Garin tanpa memikirkan dosanya.
Ryan menghela napas berat. Sejak kapan Garin ikut campur masalah gadis yang Ryan suka?
"Lo kenapa sih, Gar?" ucap Ryan, kesal.
Garin diam. Hanya tatapan dinginnya yang ia tunjukkan.
"Reya. Bagi gue dia itu cantik. Banget malah. Masalah kurus itu wajar karena cewek memang gak suka gemuk. Mau Reya gemuk ataupun kurus gak masalah buat gue, dan Reya gak dekil. Dekil dari mananya coba?" tutur Ryan dengan suara pelan.
Tidak mungkin ia berbicara keras jika orang yang dibicarakan berada tidak jauh dengannya.
"Pokoknya dia itu jelek, kurus, dekil-kil-kil! Gue gak suka lo sama dia. Cari yang lain aja!"
Garin mengucapkan kalimatnya dengan amat sangat nyaring. Kini semua mata tertuju padanya, termasuk Reya.
Tatapan keduanya sempat bertemu, namun Reya kembali sibuk dengan tugasnya. Tidak mau melihat Garin karena itu hanya membuat matanya sakit, dan Reya masih ingin matanya dalam keadaan sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two✔
RomanceReya membanting pintu apartemennya, lalu keluar dari sana. Kenyataan bahwa Garin meninggalkan dirinya memang tidak bisa dielakkan. Laki-laki seperti Garin memang pantas Reya benci. Reya menyentuh bibirnya. Ingin rasanya ia menangis sekarang, merasak...