Nangkap Belalang di dinding
Cuma mau bilang happy reading
°•°•°•°
Lagi-lagi Reya dibuat menunggu. Ini hari kedua Garin tidak menepati janji. Kemaren ia sudah dibuat menunggu terlalu lama, namun lelaki itu malah mengiriminya pesan tidak bisa menjemput lantaran harus mengantar Mama Gina ke Bandara dan terpaksa Reya harus memesan ojek online untuk pergi ke sekolah, itu pun ia harus menerima teguran dari gurunya karena terlambat datang.
Reya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Garin, ia selalu mencoba berpikir positif. Sudah dua malam ini Garin tidak pulang dan sudah dua malam pula lelaki itu mengiriminya pesan singkat bahwa ia menginap di rumah Mama Gina. Reya pasrah saja menerimanya. Jika Garin ingin tinggal di rumah kedua orangtuanya, setidaknya lelaki itu bisa mengajaknya, namun itu hanya harapan Reya semata. Garin sama sekali tidak membalas pesannya ketika ia kembali mengiriminya pesan. Bahkan sampai sekarang, ia sudah berulang kali menghubungi lelaki itu, namun tak kunjung diangkat. Reya ingin marah saja rasanya.
Gadis itu menghembuskan napas kesal dan memutuskan untuk naik angkot saat melihat kendaraan itu menepi di depannya.
Dengan cepat Reya masuk sebelum kedahuluan orang-orang. Ia tidak ingin mengambil resiko datang terlambat lagi. Mungkin, Garin tidak masuk lagi, sama halnya seperti kemaren. Sudah dua hari ini, Reya tidak bertemu dengan suaminya. Jujur, ada sebersit rasa rindu yang tidak bisa ia jabarkan.
***
Kenyataan bahwa Garin tidak masuk sekolah lagi itu benar. Jika kemaren lelaki itu masih mengabarinya, namun tidak dengan sekarang. Reya sudah berkali-kali menghubunginya, mengiriminya pesan, ia bahkan juga sudah menelpon ke telepon rumah lelaki itu, tetap saja tidak ada jawaban.
Reya menggerutu kesal. Lihat saja nanti, ia akan mengomel panjang lebar jika bertemu dengan suaminya itu. Entah apa yang membuat lelaki itu tidak masuk sekolah di detik-detik mendekati UNBK seperti ini.
"Istirahat bukannya ke kantin, tapi lo malah mojok sendiri di sini."
Reya menoleh ke samping kirinya, menatap lelaki yang seenaknya duduk tepat di sampingnya. Reya memang sedang duduk di bangku panjang sudut lapangan futsal, ia sedang tidak nafsu makan, yang di pikirannya hanya dipenuhi dengan nama Garin dan Garin.
"Garin mana? Belakangan ini gue lihat lo selalu sama dia. Di mana-mana ada lo, di situ ada dia. Di mana-mana ada dia, di situ ada lo. Sekarang, tumben lo sendiri?"
Reya berdecak seraya menatap lelaki di sampingnya yang sekarang lebih banyak mengeluarkan suara dibandingkan biasanya. Farhan yang biasanya hanya berbicara seperlunya, entah mengapa sekarang ia lebih banyak berbicara.
Reya menghela napas, pandangannya lurus ke depan. "Garin gak masuk."
"Pantes."
Reya kembali menoleh, menatap Farhan yang kini juga sedang menatapnya.
"Pantes apa?" tanya Reya dengan mata menyipit.
"Pantes lo galau," kekeh Farhan.
"Gak tuh!" cuek Reya. Pandangannya kembali lurus ke depan. Gadis itu mengabaikan lelaki yang terus menatapnya dari samping.
"Garin dicariin sama pak Girto, dia dipanggil ke ruang BK. Tadi, gue disuruh cari dia, tapi gak ketemu. Ternyata dia gak turun, toh." Jelas Farhan sambil manggut-manggut.
"Ngapain Pak Girto nyariin Garin?" tanya Reya. Jelas, ada raut terkejut di wajahnya. Apalagi, pak Girto yang Reya ketahui adalah guru yang mengurus masalah anak-anak kelas dua belas yang akan berkuliah ke luar negeri. Mungkinkah... namun rasanya tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two✔
RomansaReya membanting pintu apartemennya, lalu keluar dari sana. Kenyataan bahwa Garin meninggalkan dirinya memang tidak bisa dielakkan. Laki-laki seperti Garin memang pantas Reya benci. Reya menyentuh bibirnya. Ingin rasanya ia menangis sekarang, merasak...