Jangan lupa di-vote sebelum membaca. Hehe
°•°•°•°•°
Garin membuka matanya begitu merasakan pergerakan gadis di pelukannya. Rupanya laki-laki itu ikut tertidur.
Garin melihat sekilas jam di pergelangan tangannya, butuh waktu satu jam lagi untuk sampai di tujuan. Dengan gerakan perlahan Garin mengusap pelan punggung Reya, berusaha membuat gadis itu untuk tetap merasa nyaman dalam posisinya.
"Aku haus." Suara serak Reya berhasil membuat mata Garin benar-benar terbuka. Dengan cepat ia meraih botol minum dan segera membuka tutup botolnya lalu memberikannya kepada gadis itu.
Reya meneguknya sedikit lalu kembali memberikannya kepada Garin.
"Kapan sampainya?" Tanya Reya benar-benar lemas. Rasanya ia sudah tertidur begitu lama, namun begitu bangun ia masih dalam perjalanan. Sesuatu yang sungguh tidak ia harapkan.
"Sebentar lagi."
Garin kembali membawa Reya ke dalam pelukannya. Gadis itu tidak menolak dan menenggelamkan wajahnya dalam-dalam ke dada Garin. Lebih baik ia menghirup aroma laki-laki itu, dibandingkan menghirup aroma Bus yang terus saja membuat perutnya bergejolak minta dikeluarkan.
"Tidur aja lagi, nanti aku bangunin kalau sudah sampai," ucap Garin. Tangannya mengelus lembut belakang kepala gadisnya.
Gadis itu tidak mengatakan apa-apa, namun kedua tangannya terulur melingkari pinggang Garin, membuat si pemilik pinggang tersenyum dan semakin memperketat pelukannya.
"Terasa Bus milik berdua, kita mah apah atuh cuma penumpang yang gak terdeteksi mata." Seru Sofyan si mantan ketua kelas yang sejak tadi diam akhirnya bisa berkomentar juga.
Garin hanya melirik sebentar ke arah Sofyan, memberikan senyumannya, lalu mengecup singkat puncak kepala gadis di pelukannya. Sengaja untuk memanasi si mantan ketua kelas yang sekarang memasang wajah masam.
"Asyem, si Garin modus mulu kerjaannya."
"Jomblo mah cuma bisa ngelus dada."
"Yang jomblo gue doain jodohnya otw," ucap Garin sambil terkekeh.
"Otw ndasmu!" mulut Nino komat-kamit, tidak suka mendengar ucapan doa Garin. "Kalo cuma otw gak sampai-sampai, ya percuma."
Fahri tertawa, ia menepuk-nepuk bahu Nino. "Sabar, No. Mungkin jodoh lo lagi dijagain sama jodoh orang lain."
"Bener juga. Siapa tau aja jodoh gue lo yang jagain."
"Anjir!
Nino tersenyum puas setelah berhasil membalas perkataan teman di sampingnya.
Fahri menggerutu tidak jelas sembari menatap Vina yang saat ini sedang tertidur bersama Wulan. Masa iya sih Vina jodohnya Nino? Sialnya, sekarang Vina adalah pacarnya. Kalau itu benar, berarti dirinya sudah menjaga jodoh Nino selama ini.
Fahri tidak akan terima!
"Kapan sampainya?"
Fahri langsung menoleh sinis ke arah Nino begitu mendengar suara lemah temannya itu.
"Gue gak mau drama lagi sama lo! Jijik tau nggak!" komentar Fahri, pedas.
Nino mengerutkan keningnya, heran. "Drama apaan? Siapa yang mau ngedrama?
"Terus apa maksud lo tadi niru pertanyaan Reya?" suara nyaring Fahri berhasil membuat beberapa orang yang tadinya tertidur, kini terjaga.
Nino menggaruk kepalanya. "Pertanyaan yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two✔
RomanceReya membanting pintu apartemennya, lalu keluar dari sana. Kenyataan bahwa Garin meninggalkan dirinya memang tidak bisa dielakkan. Laki-laki seperti Garin memang pantas Reya benci. Reya menyentuh bibirnya. Ingin rasanya ia menangis sekarang, merasak...