Tiba-tiba aku pengen lanjutin yang kemaren sedikit...😁
Warning:
Hanya berisi obrolan dan tingkah absurd dari Garin dan Reya"Butuh bukti?" tanya Garin yang kini napasnya dan napas Reya beradu menerpa wajah masing-masing.
Reya mengangguk. Ia terkekeh geli melihat wajah Garin yang terlihat serius. "Mana buktinya?" tanya Reya kemudian begitu tidak ada pergerakan dari laki-laki di bawahnya.
Garin mengangkat sebelah alisnya, kedua tangannya beralih memegang kedua pipi Reya lalu menjauhkan sedikit wajah istrinya hingga menciptakan sedikit jarak di antara keduanya. Tanpa berkata-kata, Garin mengangkat sedikit wajahnya lalu mengecup Reya sekilas.
"Aku mau lebih dari sekedar ini, boleh?" tanya Garin sambil mengusap bibir Reya dengan ibu jarinya.
Kening Reya mengerut dalam, ia tahu kini tatapan Garin kepadanya sudah berbeda. Tidak seperti tadi, kali ini terlihat lebih serius dan seperti menginginkan sesuatu.
"Emang kamu mau apa?" tanya Reya dengan polosnya. Ia menatap tepat di kedua mata Garin, tatapan lelaki itu masih sama seperti tadi. Tatapan yang selalu bisa membuat jantung Reya berdebar aneh.
Garin menghela napas berat. Istrinya ini pura-pura tidak tahu atau memang polos, sih?!
"Mau kamu."
"Emang aku mau diapain?" Reya kembali bertanya sambil mengerjapkan mata beberapa kali pertanda tidak mengerti.
Posisi keduanya masih sama, tidak ada pergerakan atau pergeseran sedikitpun. Jantung Garin yang tadinya masih berdetak normal, kini dapat Reya rasakan jantung itu sedang berdetak tidak wajar tepat di bawah dadanya.
"Jantung kamu kenapa?" tanya Reya tiba-tiba.
"Emang jantung aku kenapa?" Garin malah kembali bertanya.
Reya menggeleng. "Gak kayak tadi."
Garin mengusap wajahnya kasar. Secara tiba-tiba, ia mengubah posisinya menjadi di atas dan Reya di bawah. "Masih bisa nanya kenapa jantung aku begitu?" tanya Garin kesal. Ia mengabaikan keterkejutan Reya akibat perbuatannya.
"Iyakan aku cuma nanya. Kamu itu aneh tau nggak! Udah ah mingir! Aku susah gerak tau kamu tindihin begitu. Tadi katanya mau buktiin gak bakalan bosan. Sekarang mana?" Reya mencoba menyingkirkan Garin dari atas tubuhnya, namun tidak ada pergerakan dari lelaki itu. Garin masih terus saja menatapnya dengan tatapan yang mampu membuat Reya diam tidak berkutik.
"Bukti yang kayak mana kamu maksud?" tanya Garin mulai melunak, sembari menahan sebelah tangan Reya dengan tangan kanannya. Sementara tangannya yang lain mencubit gemas hidung mungil milik istrinya.
"Kok malah nanya aku? Kan kamu yang mau buktiin. Dasar aneh!" Reya mengelus hidungnya lembut, namun hanya sekilas karena setelah itu Garin menyingkirkan tangannya lalu menggantikannya dengan sebuah kecupan lembut di hidungnya. Reya menatap kesal Garin yang selalu saja mencuri-curi kesempatan.
"Enak ya main lansung cium-cium aja," sindir Reya yang malah membuat Garin tertawa.
"Enak dong, yang punya istri mah bebas."
Gadis itu menatap Garin dengan tatapan tak terbaca. Semakin lama, Garin semakin pandai menggombal, entah belajar dari mana?
"Kalau aku lakuin lebih dari sekedar ciuman ke kamu, kamu bolehin atau nggak?" tanya Garin yang malah membuat jantung Reya berdetak tidak karuan. Reya menggigit bibir bawahnya sambil menatap Garin yang kini menunggu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two✔
RomanceReya membanting pintu apartemennya, lalu keluar dari sana. Kenyataan bahwa Garin meninggalkan dirinya memang tidak bisa dielakkan. Laki-laki seperti Garin memang pantas Reya benci. Reya menyentuh bibirnya. Ingin rasanya ia menangis sekarang, merasak...