Part kali ini cukup panjang. Semoga kalian tidak bosan! Di part kali ini ada adegan manis bagi yang suka Garin dan Reya akur. Bagi yang gak suka ngalah dulu ya hehe
Happy Reading!!!
°•°•°•°•°•°
"Beberapa hari ini Bunda gak lihat Garin lagi," ucap Ana saat Reya turun dari kamarnya untuk mengambil segelas air putih.
Gadis itu mengedikkan bahu. Setiap kali Garin datang memang hanya Bundanya yang berlaku ramah dan baik menyambut lelaki itu. Membiarkannya masuk dan mengobrol di ruang keluarga, namun itu hanya berlaku jika Ayahnya sedang tidak berada di rumah. Bukannya Ana takut, namun memang Danni yang tidak mau melihat Garin lagi dan laki-laki itupun sepertinya sadar diri karena itu memang salahnya sejak awal.
Halangan terbesarnya untuk membuat Reya kembali salah satunya adalah Ayah gadis itu sendiri. Pria paruh baya itu tidak mungkin memberikan anak gadisnya kepada laki-laki yang telah menyakiti putrinya. Setiap kali Garin datang, pasti ia selalu mendapat kata-kata yang tidak mengenakkan dari Danni.
Garin paham dan maklum. Jika ia berada di posisi Danni, pastinya ia juga akan melakukan hal yang sama.
"Kamu benar-benar gak mau memberi Garin kesempatan lagi?" tanya Anna yang menatap putrinya dengan cermat.
"Reya takut, Bunda."
"Takut kenapa?"
"Kalau Garin kayak gitu lagi." Reya menatap resah Bundanya. Bukan hanya sekali ia mengalaminya, namun sudah seringkali. Garin sering berlaku manis, namun juga sering membuat hatinya terasa perih. Sekarang Reya sulit percaya dengan laki-laki itu lagi.
Ana sudah tahu permasalahan Garin. Wanita itu terlalu memiliki hati yang baik dan lembut hingga dengan mudah bisa memberikan maaf kepada laki-laki itu, namun tidak dengan Danni yang bersikeras menentang putrinya untuk kembali lagi dengan Garin.
Ana mendekati Reya, lalu mengusap lengan putrinya sambil tersenyum. "Bunda paham, tapi perlu kamu tahu dalam rumah tangga itu pasti ada manis dan pahitnya. Kamu jangan hanya ingin manisnya aja. Masalah datang untuk dihadapi, bukan dihindari. Kalau kalian masih saling cinta, kenapa harus memilih berpisah? Setelah apa yang terjadi, Garin pasti sudah berpikir untuk gak mengulang kesalahan yang sama lagi."
Reya menatap Bundanya sambil menggeleng. "Tapi, Reya gak bisa kembali ke Garin lagi, Bunda."
"Kenapa?" tanya Anna lembut.
Reya diam. Ia menatap Bundanya dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu sayang Garin?"
Reya mengangguk. Ia tidak bisa membohongi perasaannya. Meski laki-laki itu telah menyakitinya, tetap saja nama laki-laki itu yang hadir dalam pikirannya.
"Trus kenapa gak bisa?"
"Reya belum bisa yakin kembali sama Garin lagi." Jawab gadis itu, jujur.
Ana menatap putrinya, lalu memeluknya dengan lembut. "Dulu Bunda juga sama seperti kamu. Ayah kamu juga sering begitu."
Reya diam mendengarkan bundanya.
"Dulu, Ayah kamu suka gombalin banyak perempuan. Bunda sendiri sampai gak tau, sebenarnya Ayah kamu serius atau gak sama Bunda. Gombalan Ayah kamu ke Bunda semuanya sama dengan gombalan untuk perempuan lain. Ayah kamu bukan hanya perhatian ke Bunda, tapi perhatiannya juga untuk ke semua perempuan. Bunda sempat mengira kalau cuma Bunda yang sering ia buat tertawa, tapi Bunda salah. Lagi-lagi Ayah kamu memperlakukan semua perempuan sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two✔
RomansaReya membanting pintu apartemennya, lalu keluar dari sana. Kenyataan bahwa Garin meninggalkan dirinya memang tidak bisa dielakkan. Laki-laki seperti Garin memang pantas Reya benci. Reya menyentuh bibirnya. Ingin rasanya ia menangis sekarang, merasak...