28-Ujian

4.5K 219 77
                                        

Warning: Jangan dibaca jika tidak mau pikiran ternodai!!!

Jangan menghujat Reya yang mudah memaafkan karena di cerita ini memang hanya menyediakan konflik yang ringan.

Happy Reading

°•°•°•°•°

Garin sampai di depan rumah Reya. Mendengar ocehan Nino membuat kepalanya pusing, apalagi ocehannya yang memuji-muji Farhan dan Ryan di depannya. Menyebut nama mereka berdua saja sudah membuat Garin kesal, apalagi sampai memuji-mujinya.

Sebelum melangkahkan kaki untuk sampai di depan pintu berwarna maroon itu, Garin telah memastikan terlebih dahulu lampu kamar gadis yang dicarinya di lantai dua. Lampunya menyala terang. Berarti memang benar, Reya pulang ke rumah orangtuanya.

Tanpa menunggu lama, Garin segera menekan bel rumah tersebut. Tidak butuh waktu lama, pintu tersebut terbuka.

"Eh, Garin, ayo masuk." Wanita paruh baya itu menyambut kedatangan Garin denga senyum hangat, lalu membuka lebar pintu rumahnya untuk Garin.

Setelah mencium punggung tangan mertuanya, Garin masuk sedikit canggung. Ia mengedarkan pandangannya di rumah tersebut. Ada Ayah mertuanya yang sedang duduk di sofa seraya menatapnya penuh arti. Garin tersenyum kikuk, lalu menghampiri Ayah mertuanya dan langsung mencium punggung tangannya.

"Apa kabar, Ayah?" tanya Garin basa-basi.

"Baik." Danni menjawab singkat membuat Garin bingung harus bertingkah bagaimana.

"Kalau boleh tau, Reya di mana, Yah?" tanya Garin langsung ke intinya. Ia sedikit canggung menatap wajah Ayah mertuanya yang terlihat sedikit tidak bersahabat.

"Kalau saya tidak mau ngasih tau, gimana?" jawab Danni di luar dugaan. Garin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia seperti orang bodoh sekarang ini.

"Reya ada di kamar, langsung naik aja ke atas."

Garin bernapas lega begitu melihat Bunda Anna yang datang dengan pakaian rapi, sepertinya ingin pergi ke undangan.

"Tunggu di sini saja, biar Ayah panggilin Reya ke sini," ucap Danni, lalu bangkit menuju tangga.

"Gak perlu, Ayah. Biar Garin langsung ke kamar Reya aja. Garin pasti juga lelah butuh istirahat. Nanti biar langsung tiduran aja di kamar Reya. Kalian berdua nginap di sini kan?" Anna menatap Garin yang kini mengangguk ragu.

Sementara Danni hanya mampu meneguk ludah. Sepertinya ia akan menjadi musuh putrinya sendiri.

"Gakpapa nih Bun, kalau aku langsung naik ke atas?" tanya Garin mewanti-wanti.

"Gak-"

"Ya boleh dong, kamu 'kan suaminya," jawab Anna yang langsung memotong ucapan Danni.

"Cukup ketuk aja pintu kamar Reya sampai tiga kali, biasanya kalau Reya ngijinin masuk itu anak gak bakal bersuara, pintu kamar Reya juga gak pernah dikunci," jelas Anna membuat Garin tersenyum senang. Ia memandangi tangga yang menuju kamar istrinya, semoga Reya tidak mengusirnya jika Garin sudah masuk ke kamarnya. Diusir pun Garin tidak akan mau pergi.

"Kami berdua pamit dulu, ada undangan di kompleks sebelah. Kalian berdua istirahat aja. Kalau lapar di dapur banyak makanan tinggal hangatin aja."

Garin mengangguk semangat sambil mengamati kedua mertuanya. Terlihat jelas Ayah mertuanya yang sedang memijit pelipis, sepertinya sedang tidak enak badan.

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang