06-Aset Berharga

8.9K 360 123
                                    

Tetap vote dan comment cerita aku di chapter ini, ya. Terima kasih. Selamat membaca....!😊

•••••

"Garin keparat! Turunin gue!" teriak Reya, emosi.

Reya memukul punggung Garin tanpa henti. Bagaimana tidak, laki-laki itu dengan tidak ada malunya memikul Reya di pundaknya. Ditambah lagi, semua pasang mata menatapnya penuh minat.

"Garin brengsek!" Kaki Reya menendang-nendang di udara. Garin sudah sungguh kelewatan. Ia bisa membuat semua siswi yang melihat mereka memekik histeris. Dan Reya sangat malu dibuatnya.

"Garin biadab! Gila! Sinting! Turunin gue!"

"Diam, sayang!" ucap Garin tanpa beban.

"Huaaaawwww!" pekik semua siswi setelah mendengar Garin mengucapkan sayang.

"Garin gilaaa!" pekik Reya. Pukulan membabi butanya terus mendarat di punggung laki-laki itu. Tetap saja, itu sama sekali tidak berguna.

"Gila karena lo!"

"Huaaaawwww!" lagi-lagi semua siswi di sana mengeluarkan pekikannya.

Reya semakin emosi. "Huaw-huaw, lo kira lagi ngiklanin hp Huawei?!" desisnya.

Garin baru menurunkan Reya setelah sampai di ruangan OSIS yang hanya ada mereka berdua di sana. Reya berdiri sedikit terhuyung lantaran efek dari gendongan Garin yang menyita banyak emosinya. Gadis itu baru bisa berdiri tegak setelah melihat Garin mengunci pintu dan menyimpan kunci itu ke dalam saku celananya.

Mata Reya melotot. Berbagai pikiran negatif muncul di otaknya. "Ngapain lo kunci pintu?"

Garin tersenyum. Reya bisa melihat, ada senyum iblis yang terselip di sana.

"Supaya gak ada yang ganggu kita." Garin mendekati gadis di depannya, senyum jahatnya jelas terpampang nyata. "Gue rasa, lo masih ingat kalau lo adalah si bego yang kalah dari si pintar? Jadi, jangan pernah protes. Cukup nurut. Dan terima nasib."

Reya menelan salivanya kasar. Bodoh. Mengapa dulu ia begitu mudah menyetujui perjanjian itu tanpa berpikir? Kini, ia menyesali semuanya yang sudah terlambat.

"Kenapa? Nyesel? Terlambat!" Garin menarik pinggang ramping Reya hingga tubuh mereka menempel. Gadis itu tersentak kaget menerima pelakuan Garin yang tiba-tiba.

Garin tersenyum miring melihat wajah Reya yang merah padam. Mungkin, bersikap mesum adalah hobinya mulai sekarang ini.

"Garin, jangan macam-macam!" pekik Reya. Berbagai kutukan sudah ia lafalkan dalam hati. Tetap saja, Garin adalah Garin. Tidak berubah menjadi batu, tugu, sapi, kerbau, dan kutukan lain yang Reya inginkan.

"Lo gak lupa, 'kan apa konsekuensinya kalo lo gak nurut sama gue? Lo baca aja lagi di chapter 3 kalau memang lo lupa. Gue capek ngejelasin!" bisik Garin tepat di telinga Reya. Ia melingkarkan kedua lengannya di punggung gadis itu, merapatkan tubuh keduanya.

Reya hanya bisa diam membatu menerima perlakuan itu. Ingin sekali ia berteriak dan menendang-nendang Garin, membunuhnya jika ia bisa. Namun kembali lagi ke otaknya yang sekarang ini tidak bisa berpikir ke sana. Entah dosa apa yang telah ia perbuat hingga memiliki suami seperti itu. Rasanya, Reya tidak memiliki dosa yang begitu besar. Ia juga tidak memiliki kesalahan yang fatal hingga harus mendapatkan karma seperti sekarang. Jadi, pertanyaannya, mengapa Reya harus mendapatkan kesialannya itu? Adakah yang tahu? Jika ada, segera acungkan tangan.

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang