52-Terkuak

3.3K 183 72
                                    

Reya bukan main terkejutnya saat tanah yang ia gemburkan terdapat banyak cacing. Pot yang tadinya ingin ia tanami mawar putih kembali ia lempar lalu berlari mendekati Bundanya yang juga sedang melakukan hal yang sama.

"Reya lihatin Bunda aja, Reya gak mau bantuin. Cacingnya banyak banget." Reya bergidik geli membayangkan cacing-cacing tadi yang sempat mengenai tangannya.

"Itu aja, kok, takut. Kamu gak bakal mati kalau cuma megang cacing."

Reya memilih menjauh begitu melihat tanah gembur di pot Bundanya juga terdapat Cacing panjang yang meliuk-meliuk.

"Reya gak takut, tapi geli. Ihhhh!" Reya kembali bergidik.

Sebenarnya Reya sama sekali tidak berkeinginan menanam jenis tanaman bunga seperti yang dilakukan Bundanya saat ini. Hanya saja ia ingin menyibukkan diri, bosan jika hanya berdiam diri di dalam kamarnya.

Matahari sudah meninggi dan menampakkan sinarnya. Reya yang hanya memakai dress rumahan lengan pendek begitu merasakan sengatan matahari di hari yang sudah tidak dapat lagi dikatakan pagi. Entah sudah berapa lama ia berada di halaman belakang rumahnya dan yang ia lakukan hanya melihat cara kerja Bundanya. Mencoba membantu Bundanya, namun langsung menyerah begitu melihat banyak Cacing yang meliuk-meliuk lincah hingga membuatnya geli.

Reya memilih masuk ke dalam rumahnya ketika dirasakan teriknya matahari yang semakin menyengat, sementara Bundanya masih melanjutkan pekerjaan yang selalu ia katakan sebagai hobinya itu.

"Reya ada teman kamu di luar." Kata Danni begitu putrinya masuk melalui pintu dapur yang sedang terlihat menciumi ketiaknya.

Reya menghentikan aktivitasnya dan menatap Ayahnya, bingung.

"Siapa, Yah?" Setaunya, ia tidak memiliki janji apapun dengan Vina maupun Wulan. Biasanya kedua teman dekatnya itu selalu memberitahunya jika ingin datang berkunjung ke rumahnya. Tidak mungkin yang datang ke rumahnya selain dua orang itu.

"Mana Ayah tahu, Ayah kan gak hafal siapa aja teman-teman kamu. Sana, cepetan keluar!"

"Kenapa gak disuruh masuk, sih, Ayah?"

"Sudah Ayah suruh, tapi dia-nya gak mau."

"Malah Reya belum mandi lagi," dumel Reya yang dibalas kekehan oleh Ayahnya.

"Sudah besar, kok, mandinya masih siangan. Nanti jodohnya jauh loh," goda Dhani yang membuat Reya menggerutu sebal.

"Ayah doain Reya jadi jomblo abadi?" Reya menekuk wajahnya. Hidup seorang diri tanpa pasangan, kira-kira bagaimana rasanya?

Bicara tentang jodoh, Reya tidak peduli tentang itu. Mau dapat jodoh ataupun tidak, ia tidak mempermasalahkannya. Toh, banyak jomblo abadi di luaran sana yang bisa hidup bahagia tanpa adanya pasangan.

Tanpa mempedulikan badannya yang terasa lengket dan mungkin berbau masam, Reya akhirnya keluar untuk melihat siapa yang kira-kira mencarinya dan berusaha menulikan telinganya dengan teriakan mesra antara Ayah dan Bundanya yang membuat perutnya terasa mual. Ana dan Danni seakan sengaja memamerkan kemesraan di depan putrinya yang sekarang hidup menjomblo.

Reya keluar menapaki teras rumahnya dengan kening mengkerut saat melihat gadis seumuran dirinya atau mungkin lebih muda darinya yang sekarang memancarkan senyum manisnya. Wajah yang sangat asing.

Dia, gadis yang sedang duduk di bangku teras rumah akhirnya bangkit dan melangkah lebih dekat ke arah Reya.

"Lo nyari gue?" tanya Reya. Ia mengamati penampilan gadis di depannya yang begitu anggun dan cantik dengan dress panjang serba tertutup, namun sangat pas melekat di tubuhnya yang sedikit berisi.

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang