51-Titik Temu

3.1K 152 86
                                    

"Kata kak Reya lidahnya digetarkan, Gama."

"Elll...!"

"Bukan Elll tapi Errr...!" Alfa mengucapkannya dengan gemas. Ia menjalankan amanah Reya untuk mengajari Gama untuk dapat melafalkan huruf 'R' dengan baik dan benar, namun memang dasarnya lidah Gama yang terlalu lunak hingga sampai sekarang sangat sulit baginya untuk menyebut huruf yang menurutnya keramat itu.

"Ayo coba lagi. Bilang Errr!"

Gama menggaruk kepalanya, lidah dan mulutnya sudah lelah.

"Gama capek, Alfa. Belajal sama Alfa gak selu. Seluan belajal sama kak Leya," gerutu Gama khas cadelnya.

"Tapi kak Reya nyuruh Alfa buat ngajarin Gama. Ayo coba lagi, sebut huruf Errr!" Alfa tidak menyerah. Padahal tenggerokannya sudah kering sejak tadi minta dibasahi, namun ia masih saja betah mengajari Gama.

"Elll...!" Gama merengut, lelah. "Tuh, Gama tetap nda bisa bilang El. Susah Alfa!"

Alfa mengangguk, sebenarnya bocah kecil itu juga lelah. "Besok lagi belajarnya," katanya yang langsung membuat Gama sumringah.

"Besok pasti Gama bisa bilang El," ucap Gama semangat.

Alfa hanya mengangguk, kemudian bocah kecil itu mengalihkan perhatiannya ke arah gadis remaja yang sejak tadi tertawa melihat Alfa yang niat sekali mengajari Gama.

"Kak Keana, kok, ketawa terus?" tanya Alfa bingung yang kini bangkit menghampiri Keana yang duduk di sofa.

"Habis kalian lucu, sih. Gemesin banget." Keana tertawa kecil sembari mengulurkan tangannya mencubit kedua pipi Alfa dengan gemas.

"Alfa gak suka pipi Alfa dicubitin. Coba kak Keana cubit pipi sendiri!" gerutu Alfa yang langsung mendapat ledakan tawa dari Keana.

"Keana, susu kamu di atas meja. Jangan lupa diminum, ya."

Keana menghentikan tawanya begitu mendengar teriakan Gina dari arah dapur. "Siap, Ma. Nanti Kea bakal minum, kok."

"Mama, Alfa juga mau susu yang sama kayak susu kak Keana!" Teriak Alfa, kemudian menyusul suara Gama yang juga meminta hal yang sama.

Keana mengusap lembut kepala Alfa dan Gama secara bergantian.

"Kakak boleh nanya nggak sama kalian?"

Alfa dan Gama mengerjap kompak yang kembali membuat Keana tertawa. Akhir-akhir ini ia begitu banyak tertawa.

"Emang kak Keana mau tanya apa?" tanya Gama yang masih mengerjap-ngerjap bingung.

Keana tersenyum. "Boleh nggak nih?"

Sontak Alfa dan Gama mengangguk polos dengan kompak.

"Kalian 'kan sering sebut nama kak Reya, nih. Emang Kak Reya itu siapa, sih? Kok Kakak gak pernah lihat?" tanya Keana. Sejak Alfa dan Gama sering menyebut nama Reya ia jadi penasaran. Ditambah lagi, selama Keana tinggal di rumah itu tidak pernah sekalipun ia melihat bagaimana bentuk wajah Reya.

"Kak Leya itu punyanya kak Galin," jawab Gama dengan polos. Sementara Alfa hanya diam menatap Gama dan Keana secara bergantian.

"Maksudnya, pacar kak Garin?"

Gama menggeleng. "Kata kak Galin, kak Leya bukan pacalnya. Tapi, kata kak Galin, kak Leya itu punya kak Galin."

Keana mengerutkan kening bingung. "Temannya?"

Kali ini Alfa yang menggeleng. "Alfa gak tau, tapi kak Reya sama kak Garin kalau ke sini sering tidur sama-sama di kamar kak Garin. Kak Reya juga sering tidur bareng Alfa sama Gama di kamar."

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang