Epilog

6.2K 177 44
                                    

"Anu, eh, maksudnya itu punya gue." Tunjuk Garin kepada benda yang kini berada di tangan Reya.

Mengetahui jika ponsel yang ia pegang adalah milik lelaki di hadapannya, Reya seketika merasa dejavu. Bukannya memberikan ponsel yang ia temukan di bangku ruang tunggu tersebut kepada pemiliknya, Reya malah menatap seorang laki-laki yang kini berdiri di samping Garin

"Nino!"

"Apa, Rey?"

Langsung saja Reya menjejalkan ponsel tersebut ke tangan lelaki yang bernama Nino. Lagi-lagi ia merasa dejavu, seperti pernah mengalami hal yang serupa.

"Kasih ke teman lo!"

Setelah membereskan urusannya, Reya melangkah ragu menuju parkiran di mana letak mobilnya berada. Ia menatap sekilas ke arah laki-laki yang terus menatapnya. Dalam hening, tanpa siapa pun tahu, keduanya sama-sama menyimpan rindu.

Setelah enam tahun tidak mengetahui kabar masing-masing, keduanya kembali dipertemukan di perusahaan tempat Reya bekerja. Di pertemuan ini, Reya tidak lagi berharap banyak. Berbagai asumsi sudah khatam di dalam kepalanya, mungkin saja Garin sudah menemukan kehidupannya tanpa ada dia di dalamnya.

Namun, saat suara di belakang terdengar memanggil, Reya menghentikan langkah kakinya. Gadis itu sontak membalikkan tubuhnya.

"Kenapa, No?" tanya Reya kepada pemilik suara yang memanggil.

Nino tersenyum. "Kata Garin, enam tahun ini dia gak bisa lupain lo, Rey."

Reya mengernyitkan kening, lalu menatap Garin yang berdiri tidak jauh di belakang Nino. Reya berusaha untuk tidak tersenyum. "No, bilang ke cowok di belakang lo kalau gue juga gak bisa lupain dia."

Nino mengangguk, lalu menoleh ke belakang tepatnya ke arah Garin.

Sementara Garin menatap lurus gadis yang berdiri tidak jauh di hadapannya. "No, apa berarti kali ini gue diterima? Gak ditolak lagi, 'kan? Coba tanya itu ke cewek di depan lo, No!"

Nino mengangguk, lalu kembali menatap Reya.

Reya mengangguk. Mata gadis itu berkaca-kaca. "Iya. Gue terima dan gak nolak lagi. Ternyata hubungan sebatas teman itu sama sekali gue gak suka. No, tolong bilang itu ke cowok di belakang lo!"

Nino kembali menatap Garin.

Garin tertawa kecil. Laki-laki itu melangkah cepat nyaris berlari menghampiri Reya dan membawa gadis itu ke dalam dekapan eratnya.

"Reya..."

"Iya, Gar...?"

"Kangen..."

***

"Kalian masih sama-sama muda dan labil. Untuk saat ini, saya masih belum mempercayai kamu untuk bisa menjaga putri saya. Kejadian yang lalu itu semua adalah salah saya karena setuju untuk menikahkan kalian di saat masih SMA. Dan saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Silakan kamu datang kembali di saat kamu benar-benar yakin dan di saat kamu benar-benar bisa bertanggungjawab terhadap Reya."

Garin membuktikannya. Laki-laki itu menepati janji. Setelah menerima penolakan enam tahun lalu dari orangtua gadis yang dicintainya, akhirnya ia menepati janji untuk datang kembali. Menjemput gadisnya. Menyelesaikan penantian panjang dengan rasa bahagia.

Hari ini, untuk kedua kalinya, ia kembali menjabat tangan yang sama dengan menyebut nama yang sama.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Reya Ametayara binti Danni Inggasta dengan maskawinnya yang tersebut, tunai."

[END]

Terima kasih sudah baca cerita ini.
Cerita ini masih begitu banyak banget kekurangannya, entah dari segi alur, karakter, penulisan, dan masih banyak hal lainnya.

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang