18-Si Kembar

5.6K 268 26
                                    

"Lo aja mikir, apa lagi gue."

Perkataan Garin terus terngiang di telinganya. Di saat Garin mengatakan hal itu, ia tidak mampu mengatakan apa-apa. Mulutnya tidak dapat terbuka saking emosinya.

Untuk saat ini, Reya hanya diam, begitupun dengan Garin. Setelah Garin menyampaikan penghinaan secara mutlak kepada istrinya, ia mengecup singkat pipi Reya lalu berpindah tempat duduk ke balik kemudi.

Reya hanya bisa melotot tajam menerima perlakuan itu. Mau bagaimanapun, ia hanya bisa mengikuti Garin dan tidak berkata apa-apa. Menentang Garin hanya akan lelah yang didapatkannya. Buktinya, selama ini ia tidak pernah menang melawan Garin.

"Lo gak mau turun?"

Reya tersentak dari lamunannya. Ia melihat Garin yang telah berada di luar dan membukakannya pintu mobil. Tatapan Reya beralih ke belakang Garin yang menampilkan rumah mertuanya dan bukan apartemennya.

"Lama." Tanpa pikir panjang Garin menarik Reya dan menggendong tubuh gadis itu seperti memikul beras.

"Lo gila! Turunin gue!" Reya memukul-mukul punggung Garin dengan membabi buta. Reya menutup matanya setelah melihat kedua mertuanya duduk santai di ruang keluarga sambil menikmati siaran televisi. Ia sungguh malu sekarang.

"Nanti, kalau sudah sampai kamar." Garin mempercepat langkahnya ketika melewati kedua adik kembar beserta kedua orangtuanya.

"Garin, istrimu sudah ketemu?" tanya meledek langsung terlontar dari mulut pria paruh baya yang duduk di sana. Ia terkekeh geli mengingat anaknya itu mondar-mandir gelisah tanpa henti di sepanjang hari.

"Belum." Garin menjawabnya kesal.

Andra tertawa dan Gina hanya mampu geleng-geleng melihat tingkah anaknya. Sementara kedua adik kembarnya yang berusia 6 tahun mengerjap beberapa kali dan menatap satu sama lain.

"Jangan terburu-buru! Istrimu tidak akan kemana-mana."

"Jangan main kasa-auuuuu!" Refleks pria paruh baya itu meringis ketika merasakan cubitan ganas di lengannya. Ia hanya mampu nyengir melihat mata istrinya yang melotot.

Garin tidak menghiraukan perkataannya Papanya. Ia menaiki satu per satu anak tangga dengan gesit menuju lantai dua, tempat kamarnya berada. Tidak peduli dengan Reya yang meronta minta diturunkan.

Reya heran sekaligus kesal dengan kedua mertuanya itu, bisa-bisanya ia membiarkan Garin memikulnya seperti karung beras. Emangnya Reya beras apa?

Setelah sampai di dalam kamar, Garin menurunkan Reya dan langsung menutup rapat pintu kamarnya. Ia menghampiri istrinya yang berdiri sedang menatapnya penuh emosi, namun Garin tidak peduli dengan hal itu. Ada yang lebih penting harus ia lakukan.

Reya langsung menepis kedua tangan Garin ketika laki-laki itu memegang kedua bahunya.

"Jangan sentuh gue!" Reya mundur dua langkah sekaligus, ia bisa melihat tanda bahaya di wajah Garin.

Sudut bibir Garin naik menjadi sebuah lengkungan sempurna. Ia meneliti tubuh Reya dari atas sampai bawah, baru menyadari jika gadis itu hanya mengenakan piyama tidur dengan lengannya yang menenggelamkan tangannya, bahkan celana yang panjang nyaris menutupi kakinya.

Garin heran. Apa semua gadis tidur dengan baju tertutup sama seperti yang dikenakan Reya? Garin baru menyadari, bahwa gadis yang berstatus istrinya itu memang selalu menggunakan baju tidur tertutup sejak awal mereka satu tempat tinggal.

"Tapi gue mau nyentuh lo. Gak boleh?" Garin melangkah maju dengan cepat. Sontak Reya menaiki tempat tidur king size milik Garin dan langsung berlari cepat di atasnya, lalu turun lagi, berusaha secepat mungkin sampai pintu dan keluar dari kamar tersebut.

Perfect Two✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang