Prolog

12.1K 561 18
                                    

Aku menyebutnya cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menyebutnya cinta. Tidak diundang namun datang begitu saja. Cinta yang menetap di dalam dada. Terpatri tanpa tahu kapan menjadi tiada.
----Singto X Krist----


























***Di Balik Tirai Pengantin***
























Pria manis itu mematut dirinya di depan kaca. Ia tampak cantik walaupun seorang pria. Poninya yang lebat ditata bergelombang miring ke kanan. Kaos merah mudahnya begitu pas disandingkan dengan kemeja tebal berwarna merah hati. Pria itu tidaklah berpenampilan terlalu mewah untuk kalangan sekelas dirinya. Sebaliknya, dandanan yang ia pakai terkesan sederhana malah mirip anak remaja. Apalagi wajahnya memang awet muda. Kemarin pria itu sampai dikira anak SMA karena memakai kemeja denim dan celana jeans ketat. Padahal kalo ditelisik lebih jauh lagi, pria itu sebenarnya sudah hampir berkepala tiga. Bahkan sudah memiliki anak yang akan segera menginjak usia dua tahun.

“Ini kotak apa?”

Pria itu terkejut begitu mendengar suara cempreng milik anaknya. Dirinya menoleh menatap bocah laki-laki sebentar lagi akan menginjak usia tiga tahun yang duduk di kasur sambil memegangi sebuah kotak tua yang sudah lusuh. Pria itu membeli barang itu di sebuah pasar tradisional di Bangkok satu tahun sebelum anaknya lahir.

Pria itu lalu berjalan mendekati anaknya dan duduk di sebelahnya. Mengambil pelan kotak itu, kemudian membukanya. Anak laki-lakinya ikut melihat isi dalam kotak, dimana itu merupakan barang-barang kenangan yang sangat berarti bagi si pria. Ada banyak foto dalam kotak tersebut. Mulai berukuran kecil, hingga berukuran buku tulis. Semuanya memiliki cerita tersendiri. Pria itu mengambil sebuah foto dan tersenyum.

Setiap orang pasti punya titik balik dalam kehidupannya. Titik balik itu dimana ia berubah dan menjadi dewasa. Dari dulu, pria itu selalu menanggap dirinya hanyalah sebutir debu dalam lautan pasir pantai. Tidak ada yang menarik dalam dirinya. Pria itu hanyalah orang biasa yang dibesarkan dari keluarga sederhana. Hingga kemudian debu itu dipungut, dan secara ajaib bertranformasi menjadi pantai itu sendiri. Walaupun prosesnya sangatlah menyakitkan. Sebagaimana ombak yang akan terus menerjang dan mengikis bibir pantai. Menghampiri dikira peduli, tapi sebenarnya hanya datang sesaat sebelum kembali. Semuanya dengan cepat menghilang, secepat buih di lautan. Begitu pula kehidupan manusia.

“Ini foto apa?” anak laki-lakinya kembali bertanya dengan nada lucu lengkap dengan tatapan polosnya. Pria itu kembali tersenyum lalu menggeser kotak itu dan memangku anak laki-lakinya.

“Coba kita lihat jam berapa sekarang?” pria itu memandang jam dinding yang terpasang di seberang kasur besarnya. Pukul tiga sore. Masih ada banyak waktu sebelum acara yang akan segera mereka hadiri dimulai. “Arthit mau dengar cerita?” tanya pria itu lembut pada anak laki-lakinya.

Anak laki-laki pria itu mengangguk antusias. Anaknya itu memang sangat menyukai cerita. Ia rela menghabiskan waktu membaca buku cerita bergambar bersama tetangganya yang lebih tua enam tahun darinya. Pria itu sendiri bahkan terkejut karena anaknya sudah bisa membaca walau sedikit terbata-bata karena masih mengeja hurufnya, padahal dirinya hanya mengajarkan cara membaca kurang dari waktu satu bulan.

“Cerita ini dimulai kira-kira tiga tahun yang lalu, saat itu Arthit masih belum lahir....” pria itu memulai nostalgianya. Kejadian dimana ia baru menapaki gerbang kedewasaan. Saat awal-awal ia memutuskan mengakhiri masa lajangnya dengan sebuah kata pernikahan. Masa dimana ia akhirnya bertemu dan mengucapkan janji di atas altar.

Semua orang mungkin punya cerita pernikahan yang indah. Dimana rasa bahagia menyeruak memenuhi ruang hati, saat berjalan pelan-pelan didampingi ayah tercinta menuju pasangan yang sudah berdiri tegap di depan sana. Menanti hingga sang ayah melepaskan genggaman anaknya kemudian menyerahkan seutuhnya pada orang yang berdiri tersebut. Mengucapkan janji sebelumnya hingga kemudian statusnya berubah saat itu juga. Dari si lajang yang menjadi tanggung jawab orang tua, kini beralih menjadi tanggung jawab pasangan. Bahkan ketika  punya anak, merekalah yang menjadi penanggung jawab anak tersebut.

Namun, pria itu punya cerita pernikahan yang unik. Kalau diceritakan, tidak akan ada yang percaya, kecuali jika orang tersebut pergi ke masa lalu dan menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Pria itu masih bisa dengan jelas mengingat semua kejadian-kejadian dalam kotak tersebut. Seperti sebuah film kartun yang sering anak laki-lakinya tonton.

Semua kejadian yang terjadi pada pernikahannya tiga tahun yang lalu.....

.
.
.
.
.
*****TBC*****
.
.
.
.
.

Sebagai penghormatan karena inspirasi terbesar gue dalam menulis cerita akan segera tamat, gue putuskan buat bikin cerita tentang Peraya.

Sebenarnya cerita ini sudah ada lama banget, saat Sotus season 1 sudah setengah episode tayang. Cuma datanya sempat hilang, dan baru ketemu secara tak sengaja awal bulan Februari. Jadinya, kepikiran buat ngelanjutinnya lagi.

Gimana? Lanjut?

Salam hangat dan penuh cinta selalu dari DIKookie97🙆🙆🙆

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang