Tirai Kedelapan Puluh Lima

1.6K 150 176
                                    

Bagaimana kalau kita saling mencintai,Seperti tidak pernah ada masa lalu?---Singto---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana kalau kita saling mencintai,
Seperti tidak pernah ada masa lalu?
---Singto---




























***Di Balik Tirai Pengantin***
























Jika mengingat pengakuan Ohm, Oaujun rasa tindakan sahabatnya itu mungkin saja karena dia yang terlalu peduli dengannya, terlalu menyayangi persahabatan mereka hingga tidak sadar bahwa tindakannya itu justru membuat banyak pihak tersakiti.

Kesedihan memupuk di hati Oaujun, matanya menatap jalan sementara tangannya mencengkram stir mobil dengan kuat. Dia memilih pulang untuk meredamkan segala emosi yang ada, walaupun sebenarnya dirinya masih ada jadwal pemotretan hari ini. Tapi dia lebih membutuhkan tempat singgah untuk membalut lukanya dan Fiat adalah tempatnya untuk kembali pulang

Setelah memarkirkan mobil, Oaujun segera turun dan masuk ke dalam rumah. Tangannya mengetuk pintu dan mengucapkan salam, matanya seketika memanas saat melihat Fiat yang sigap membukakan pintu dan tersenyum hangat ke arahnya.

“P’ Jun, baru pulang? Dari mana.....”

Oaujun tidak kuat, dia langsung memeluk Fiat segera. Menyimpan kepalanya di sisi pundak Fiat. Kini tubuh mungil yang lebih pendek darinya itu masuk ke dalam dekapannya. Dirasakannya tubuh Fiat yang menegang, tapi pria itu dengan cepat menyesuaikan diri. Hal yang selalu Oaujun sukai adalah saat pasangannya itu membalas pelukannya, jemari Fiat mengusap pelan punggungnya.

“Tenang, P’ Jun. Ada aku di sini....”

Oaujun mengikuti perintah Fiat, air matanya kembali turun mengingat kejadian tadi. Dia tidak bisa begitu saja memaafkan Ohm, sekalipun pria itu bersujud di hadapannya. Kenangan pahit di masa lalu jelas masih membekas dan terasa begitu nyata jika semakin berada dalam ingatannya.

Lama mereka bertahan di posisi ini, tidak ada percakapan kembali. Oaujun rasa, hanya sentuhan Fiat lah yang mampu menenangkannya.

Fiat mengurai pelukan itu, Oaujun menatapnya dengan mata yang memerah. Jari-jari pria itu lalu mengusap mata Oaujun yang sembab lalu kemudian pindah dengan mengusap kedua lengannya seolah menyalurkan kekuatan pada Oaujun.

“Masuk, yuk. Kamu perlu istirahat, P’ Jun.” ucap Fiat dengan senyuman yang tercetak jelas di bibirnya.

Oaujun mengangguk patuh, mengikuti langkah Fiat setelah ia menutup pintu. Pria itu lalu membawanya masuk ke dalam kamar.

“Kamu sudah makan, P’ Jun?” tanya Fiat sembari mendudukkan Oaujun di tepi ranjang, dia kemudian membantu pasangannya itu membuka sepatunya.

Perhatian-perhatian kecil Fiat membuat Oaujun merasa benar-benar dimiliki. Dia membantu Oaujun sebelum membersihkan diri, menyiapkan baju, bahkan tidak risih saat membukakan sepatu dan kaus kaki. Katanya, ini sebagai baktinya kepada pasangan. Akan tetapi, memang sejak dulu perhatian Fiat tidak pernah berubah. Hanya saja Oaujun baru merasakan itu semua.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang