Tirai Kelima Puluh Sembilan

1.3K 137 87
                                    

Bisakah kita bersama di waktu malam?Menikmati bulan di langit hitam,Menghapus jejak pilu yang kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisakah kita bersama di waktu malam?
Menikmati bulan di langit hitam,
Menghapus jejak pilu yang kelam.
---Singto---



















***Di Balik Tirai Pengantin***
















“Hai...”

Krist menoleh ke arah pintu yang memperlihatkan sosok God lengkap dengan jas putih yang menjadi kebanggaan pria itu. Krist masih terdiam sekalipun God tersenyum lembut padanya. Entahlah, Krist merasa seperti mencium bau aneh yang tersamarkan di balik wangi parfum God. DItambah, suaranya yang terdengar serak sedikit mengganggunya. Sepertinya sahabatnya ini lupa untuk menjaga kesehatannya sendiri.

“Aku mau melihatmu sebentar sebelum pergi bekerja. Boleh, kan?” Tanya God yang dibalas Krist dengan anggukan pelan, kali ini disertai senyuman.

“Kamu udah makan?”

Krist masih dalam mode diamnya saat mendengar suara God, lalu kembali memasang senyumnya. “Udah, tadi baru aja dibawain Fiat.”

God tersenyum tipis lalu duduk di sebelah ranjang Krist. Keheningan tiba-tiba tercipta, hingga sekitar sepuluh detik kemudian God kembali mengeluarkan suaranya.

“Si Baby baik-baik saja, kan?”

“Apa? Oh,.... hm.... Iya. Dia baik-baik saja, kok.”

“Maafin aku ya, Kit.” Kata God lagi. Pria itu meremas tepi ranjang dengan kuat hingga menyebabkan buku-buku tangannya memutih. “Gara-gara keegoisanku, kamu jadi begini,” sambungnya dengan nada parau yang begitu kentara.

Krist menghela napas. Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal ditambahkan ayam suwir, kacang goreng, irisan cakue, lalu kerupuk maka jadilah bubur ayam. Tinggal dimasak lagi hingga sedikit mengeras maka lontong pun tercipta, bisa ditipiskan dalam loyang lalu digulung hinga menjadi burgo. Atau bisa juga dibuat dalam mode bubur sumsum. Eh, bukannya bubur sumsum dari tepung beras, ya? Jadi nggak termasuk kategori, dong. Tapi kan nasi juga asalnya dari beras, yang dimasak lalu jadilah bubur.

Ah, memikirkan banyak makanan membuat Krist jadi lapar kembali. Jadi kepengen lagi bubur yang dimakannya semalam, deh.

“Nggak apa-apa, God. Kamu nggak salah, kok. Aku saja yang kurang berhati-hati.” Krist mencari alasan yang dikiranya cukup baik dan tidak terlalu menyinggung. Dia nggak boleh menyulut api kekhawatiran ketika semuanya memang baik-baik saja. Bukan permusuhan saja yang ditimbulkan oleh api, tapi khawatir dan emosi lainnya pun bisa ikutan terpercik olehnya. Oleh karena itu, Krist sangat berhati-hati. Dia menghela napas, lalu mengerjap beberapa kali.

“Kamu beneran nggak apa-apa, kan?”

“Aku baik-baik saja, God. Baby juga sehat, kok. Aku minta maaf karena sudah bikin kalian panik. Juga terimah kasih, ya. Karena nggak melanjutkan perkelahian kalian kemarin lusa.”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang