Tirai Ketujuh Puluh Delapan

1.4K 148 221
                                    

Jika kamu tidak ingin memperjuangkan ku,Maka biarlah aku sendiri yang akan melakukannya:Dengan melepaskan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kamu tidak ingin memperjuangkan ku,
Maka biarlah aku sendiri yang akan melakukannya:
Dengan melepaskan mu.
---Krist---


























***Di Balik Tirai Pengantin***
























Singto bersyukur tidak ada yang menghampirinya sejak dokter masuk ke dalam ruang operasi tadi. Oaujun yang tadi berada di sampingnya, akhirnya memilih untuk beranjak dan menghampiri Fiat yang juga menangis hebat di tempatnya.

Kesendirian adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh Singto saat ini. Pria itu masih menatap nanar pada pintu ruang operasi. Dia berjongkok dengan punggung bersandar pada dinding. Sudah hampir dua jam berlalu, tapi dokter masih belum juga keluar dan memberinya kabar.

Hatinya meringis pilu. Singto akan mencatat hari ini dengan baik. Tanggal kedua di bulan Juni. Hari di mana dia menjadi seorang pembunuh. Pembunuh yang membunuh anak kandungnya sendiri. Dia bukannya tidak menginginkan anaknya itu. Bukan. Sama sekali tidak. Singto bahkan sudah menyiapkan kamar khusus tempat anaknya kelak, begitupun dengan perlengkapan bayi yang lainnya. Semuanya sudah dipersiapkan Singto tanpa sepengetahuan Krist.

Akan tetapi, pria yang terkenal berwajah tampan dan bergelimangan harta itu menyadari. Bahwa semua yang dia punya tidak akan ada artinya jika tidak dinikmati bersama Krist. Singto yakin bahwa dia akan gila kalau Krist lah yang harus dikorbankannya. Kenapa harus kedua yang sangat dicintainya itu menjadi pilihan antara hidup dan mati seperti ini? Kenapa bukan dirinya saja?

Setelah ini, dia yakin Krist pasti akan semakin membencinya. Perasaan benci yang mungkin akan mengakar menjadi kekecewaan seumur hidup. Sebuah perasaan yang tidak akan semudah itu bisa disembuhkan. Tapi Singto tidak peduli lagi. Biarlah nanti pria itu membencinya setengah mati, asalkan Krist bisa selamat.

Saat mata Singto menangkap pintu ruangan operasi itu terbuka, pria itu langsung berdiri dengan cepat. Ditatapnya sang dokter dengan tatapan menuntut.

Sang dokter wanita itu tersenyum tipis. “Selamat, Pak. Bayinya laki-laki. Tapi karena lahir prematur dalam kondisi sebelumnya terdapat guncangan yang cukup keras, bayinya harus diinkubator sampai kondisinya memungkinkan untuk dibawa pulang. Selain itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi si bayi. Dia dalam kondisi yang cukup baik dengan berat badan yang normal seperti kebanyakan bayi pada umumnya.”

Semua orang yang mendengar itu akhirnya tersenyum lega, walaupun dengan tangis yang masih mengiringi. Terutama untuk mama Krist dan bibi Singto.

Jantung Singto bergemuruh hebat. Hatinya berdentum bahagia saat mendengar bahwa anaknya berhasil selamat dan dalam kondisi yang baik-baik saja. Dia sudah resmi menjadi seorang Papa. Sudah sah bergelar orangtua sebagaimana kebanyakan orang yang sudah menikah dan mempunyai anak.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang