Tirai Keenam Puluh Delapan

1.2K 126 72
                                    

Bersamamu, aku percaya bahwa bisa dijadikan takdir paling sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamamu, aku percaya bahwa bisa dijadikan takdir paling sempurna.
---Krist---



























***Di Balik Tirai Pengantin***

























Singto sedang menikmati sarapannya dengan nikmat, setelah kejadian usai bangun tidurnya tadi yang sangat melelahkan. Bayangkan saja, dia seperti dijaga makhluk halus dengan wajah rupawan yang selalu bergelayutan manja kemanapun dia pergi. Bahkan tadi saat Singto sedang memakai baju pun, itu harus dilakukan dengan satu tangan. Sebab tangan satunya sudah dikuasai oleh sang pujaan hati.

Melelahkan memang, tapi apa mau dikata. Keinginan Krist tidak akan mungkin bisa ia tolak.

Dasar bucin!

Kali ini untungnya, Krist benar-benar tepat dalam menempatkan posisi makanan dengan waktu yang singkron. Pria itu masak nasi goreng dan menu masakan lainnya dengan bahan dasar kecap. Sepertinya, Krist takut jika nasi uduk akan menginvasi seluruh perasaan pasangannya untuk memiliki sifat iri hati dan dengki.

Singto menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Sensasi manis dan pedas itu benar-benar sebuah perpaduan yang sangat nikmat untuk ia rasakan setelah kelelahan yang mendera fisik dan pikirannya. Stres usai tadi berkutat dengan kelakuan aneh Krist langsung lenyap begitu lidah Singto berjumpa dengan masakan pria itu.

Ah, bicara mengenai makanan yang enak, kita sebaiknya kembali membahas diskriminasi makanan yang ternyata sudah ada sejak zaman dahulu. Siapa lagi kalau bukan masalah kecap.

Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya. Kecap itu berwarna hitam. Padahal aslinya, sang elemen penting dalam dunia masakan itu berasal dari kedelai. Kalian sudah tahu dengan pasti bahwa kedelai itu warnanya putih. Sama putihnya dengan nasi yang kini sudah bertransformasi menjadi nasi goreng yang tersaji di hadapan Singto.

Lantas, jika asalnya berwarna putih, kenapa hasil dari petualangan kedelai itu dalam mengarungi delapan lembah, sembilan bukit, tujuh samudera dan tiga belas musim harus menemui akhir menjadi hitam pekat bercampur lengket?

Coba kita telaah lebih jauh. Tentang makanan yang juga terbuat dari kedelai. Tahu, misalnya. Dia kan terbuat dari kedelai dengan komposisi yang sama seperti kecap, tapi warnanya tidak berubah. Dia tetap putih tanpa ada kesan noda sama sekali.

Dengan banyaknya bukti yang begitu kuat tanpa bisa dibantah, kita bisa mengindikasikan bahwa: terdapat kesenjangan sosial dan dikriminasi yang dilakukan oleh manusia pada kecap.

Ini adalah masalah yang cukup serius. Kita tahu bahwa kecap sangat penting dalam dunia masakan. Perannya yang sangat epic dan pastinya selalu ada hampir dalam setiap masakan, sudah tidak diragukan lagi. Sosoknya yang anggun dengan kepekatan yang eksotis berbalut tingkah gemulainya di atas wajan, sudah menjadi kekuatan tersendiri yang menjadi pemicu makanan itu apakah enak atau tidak. Akan tetapi, dibalik keistimewaannya itu, kenapa manusia justru melakukan diskriminasi secara blak-blak an kepada kecap?

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang