Tirai Keempat Puluh Tiga

1.4K 176 133
                                    

Karena aku mencintaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena aku mencintaimu. Mendoakan kebahagiaanmu adalah aktivitas favoritku. Tanpa perduli dengan siapa kamu berbahagia pada akhirnya.
---Singto---



















***Di Balik Tirai Pengantin***






















Suasana yang ada di ruang makan keluarga Ruangroj masih menunjukkan kondisi yang sama. Seakan ada peredam suara yang membisukan setiap kata yang ingin dikeluarkan kedua orang yang kini saling duduk berhadapan. Keduanya masih enggan untuk saling bertatapan. Bukan karena tak ingin, hanya saja mereka berusaha untuk meredam setiap emosi yang berdatangan entah dari mana.

"Bisa P' Sing ulangi kembali perkataanmu tadi?"

Krist akhirnya mulai membuka suara, setelah lebih dari setengah jam keterdiaman itu tercipta. Tatapannya mengarah pada cincin pernikahan yang masih melekat indah di jari manisnya. Meski itu bukan cincin yang sama seperti saat mereka menikah, karena memang Krist tidak menginginkan cincin semewah itu. Namun tetap saja ia menyukainya. Cincin yang mereka beli bersama setelah pulang dari Jepang waktu itu hingga kini tak pernah ia lepaskan.

Tangan kanannya mulai mengusap-usap pelan cincin tersebut. Seakan ingin berharap bahwa apa yang baru saja ia dengar adalah sebuah ilusi yang sedang mengacukan pikirannya. Hanya saja, ketika akhirnya kalimat balasan dari Singto masih menunjukkan jawaban yang sama. Kini dirinya justru merutuki kebodohannya karena masih saja menanyakan sesuatu yang sudah jelas akan melukai hatinya. Lagi.

Helaan napas lelah itu keluar seiring dengan keterdiaman yang kembali tercipta. Ketika akhirnya Krist menatap Singto, pria itu akhirnya menyadari satu hal:

Mengapa berat sekali bagi seseorang untuk berkeras pada pasangan hidupnya padahal dia sudah melakukan hal yang tidak baik.

Krist adalah tipe melankolis. Secerdas-cerdasnya ia dalam melakukan tindakan, dirinya masih suka berpikir dengan hati. Dirinya tidak sama dengan kebanyakan pria di luaran sana yang jatuh cinta pun masih menggunakan otak. Dan kini, hatinya kembali menegur untuk kali kesekian saat melihat seseorang dihadapannya dalam keadaan yang tak jauh berbeda darinya. Mungkin lebih parah, atau malah dirinya saja yang terlalu merasa. Hatinya masih mendendangkan kalimat bahwa seseorang yang ada di hadapannya ini tak ubahnya seperti malaikat kesepian yang kehilangan sayapnya. Yang ikut menanggung rasa sakit dan luka sama seperti dirinya. Walau orang tersebut sangat menyadari bahwa dirinyalah si pembuat luka itu sendiri.

Terlalu banyak pikiran yang menghinggapi kepalanya membuat Krist merasa begitu luar biasa lelahnya. Saat ini yang ingin ia lakukan adalah menyendiri. Tidak akan baik baginya dan juga Singto jika mereka masih meneruskan obrolan disaat suasana hati masih memanas.

"Jadi gini ya, perasaan kamu waktu aku bohong?" Krist kembal bertanya sambil menggigit bibirnya, berusaha menghilangkan getaran dalam suara dan juga air matanya. "Selamat. Kita sekarang setimpal," sambung pria itu, lalu bangkit berdiri. "Aku mau ke kamar dulu. Permisi."

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang