Tirai Kedua Puluh Delapan

2K 202 20
                                    

Luaskan hatimu seluas samudera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luaskan hatimu seluas samudera. Karena sebesar apapun kamu kecewa, ia akan tenggelam di dalamnya.
---Krist---



















***Di Balik Tirai Pengantin***



















God termasuk pria yang tidak bisa diremehkan, Singto. Rumah sakit tempatnya bekerja merupakan milik keluarga pria itu. Memang dari segi kekayaan, dirimu jauh lebih unggul. Tapi tetap saja tingkatan popularitasny sejajar dan termasuk dalam orang yang cukup berpengaruh di Thailand. Mungkin kalau ditandingkan dengan God, kamu itu lawan yang sangat kuat. Tapi masalahnya adalah apa kamu bisa memastikan hati Krist sudah sepenuhnya menjadi milikmu?

Singto memukul kemudinya dengan kuat saat chat dari Jane terputar kembali di otaknya. Dia ragu apakah Krist juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Dia masih belum yakin perasaan Krist memang sepenuhnya untuknya atau belum. Ya Tuhan, dia tidak pernah sekalut ini. tidak lagi ingin mencicipi rasa kehilangan yang membuatnya muak setengah mampus.

Sesampainya di depan ruangan God, seorang perawat tidak memperbolehkannya masuk. Perempuan itu sepertinya terlatih untuk menolak pesonannya sekalipun tidak sepenuhnya berhasil.

“Kamu tidak tahu siapa saya?” tanya Singto datar.

Perempuan itu lalu tersenyum canggung karena baru pertama kalinya bertemu langsung dengan pengusaha terkenal yang menjadi incaran banyak orang.

“Oh, kata pak God silahkan masuk, Pak. Ruangannya ada di pojok kanan.”

Singto mengangguk kecil lalu kembali melangkahkan kaki menuju ruangan yang dimaksud. Tanpa mengetuk pintu, Singto langsung masuk dan dapat terlihat God sibuk dengan tumpukan berkasnya.

“Ada keperluan apa seorang Singto Pracaya Ruangroj, datang ke rumah sakit saya yang kecil ini? Apakah anda ingin ada keluhan penyakit tertentu? Tumben sekali seorang pemimpin perusahaan mendatangi rumah sakit secara pribadi.” God berucap santai sambil mengangkat wajahnya menatap Singto.

Mendengar kalimat God yang terdengar santai lebih ke menyindir, Singto pun menunjukkan sikap yang sama. Bahkan pria itu dengan kurang ajar duduk di sofa ruangan God yang biasanya digunakan untuk menerima tamu penting. “Nggak apa-apa. Ini bukan karena urusan bisnis atau pengobatan. Dan saya pun tidak ingin repot-repot berobat di rumah sakit ini. Saya hanya mau berkenalan saja dengan laki-laki yang katanya mencintai istri saya.”

God tertawa keras mendengar perkataan Singto itu. Dia lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Singto. Matanya memandang Singto dengan tatapan tenang. “Kamu menganggap saya saingan kamu?”

“Oho, jelas saja tidak.” Singto menjawab sambil menggelengkan kepalanya dramatis. “Kamu nggak masuk kategori saingan saya.”

“Oh, ya?” kali ini posisi God sudah beralih duduk di sofa yang berseberangan dengan Singto.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang