Cinta adalah landasan awal sebuah pernikahan.
Krist Perawat Sangpotirat hanyalah orang biasa dengan kehidupan yang biasa pula. Dirinya tak lebih dari sekedar debu dalam lautan pasir pantai. Hingga suatu hari, datanglah sosok pria tampan yang menawar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku ingin mencintaimu, Lebih banyak dari debar. Lebih besar dari sabar. Dan lebih lama dari ikrar. ---Singto---
***Di Balik Tirai Pengantin***
Sudah terhitung lima hari lamanya, Krist tidak pulang ke rumah. Pria itu memilih untuk menginap di apartemen Fiat. Berbagai panggilan dan chat dari Singto tidak ada satupun yang ia gubris. Persetan dengan pria itu. Dia mau melakukan apapun terserah. Krist memilih untuk tidak peduli.
Suara berisik dari arah dapur membuat pria itu segera keluar dari kamarnya. Melihat sosok mungil tengah berkutat dengan mesin pemanggang roti tak ayal membuatnya tersenyum. Setelah selesai dengan kegiatan mandi dan berganti pakaian, pria itu kembali keluar kamar dan lagi-lagi mendapati sosok Fiat. Bukan di dapur, melainkan ruang tengah. Pria mungil itu tengah duduk sembari memainkan ponselnya. Sarapan roti panggang lengkap dengan dua cangkir kopi sudah terhidang di meja.
“Serius sekali kelihatannya,” sapa Krist sembari duduk di kursi tepat di seberang Fiat duduk. “Lagi ada masalah?”
Fiat tersenyum kecil, “Hanya ada beberapa pasien yang mau membuat janji nanti siang. Yah, semacam konsultasi mingguan.”
“Aku masih tidak mengerti kenapa dirimu begitu tertarik menjadi seorang dokter,”
Fiat mengkerutkan keningnya. Ia tahu dari nada ucapan Krist jika pria itu bukan sedang menghina atau mengejeknya. Itu mirip seperti perkataan seorang kakak yang keheranan mengenai hobi adiknya.
Sementara itu, Krist sebenarnya mengharapkan jawaban ala-ala politisi seperti ‘karena menjadi dokter itu begitu mulia sebab bisa menyelamatkan banyak orang’ atau ‘bukankah suatu kebanggaan dapat menjadi begitu dibutuhkan orang lain ketika dirimu tengah sakit?’
Karena pada dasarnya, semua orang terkadang cenderung melebih-lebihkan pekerjaan mereka agar terlihat lebih tinggi tingkatannya dari orang lain.
Namun, yang begitu mengejutkan, Fiat menjawab dengan sederhana. “Aku hanya ingin meningkatkan derajat orang tuaku agar lebih baik.”
Kali ini justru Krist yang mengkerutkan keningnya. Pria itu memilih untuk tidak mengatakan apapun selain langsung meminum kopi panasnya.
“P’ tahu sendiri kan gimana keadaan keluargaku dulunya. Ayahku hanya seorang penjual minuman di pinggir jalan. Dia tak punya toko, hanya sebuah gerobak kecil dari kayu. Dia bahkan tidak lulus sekolah dasar, dan menikah ketika berumur lebih dari 30 tahun. Kondisi ibuku tidak bisa dikatakan baik juga. Mereka menikah di usia yang jauh dari umur standar pada umumnya. Bahkan ketika aku lahir, usia ibuku sudah lebih dari 40 tahun. Tak lama setelah waktu itu, kedua orang tuaku meninggal dunia. Aku harus bekerja untuk menghidupi diriku sendiri. Untungnya, waktu itu aku bertemu denganmu dan juga Khaofang. Kalian yang menyarankanku untuk ikut beasiswa hingga aku masih bisa melanjutkan pendidikanku. Yah, ketika kulihat ada peluang beasiswa di kedokteran aku pun mengambil kesempatan itu.”