Tirai Kelima Puluh Enam

1.3K 146 64
                                    

Cara terbaik untuk memprediksi masa depanmu adalah dengan menciptakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cara terbaik untuk memprediksi masa depanmu adalah dengan menciptakannya.
---Krist---




















***Di Balik Tirai Pengantin***



















“Aku lagi mau makan malam sama Oaujun dan Off, Fiat katanya juga akan datang. Kamu mau ikut, Bee? Nanti aku jemput.”

“Aku juga lagi ada acara makan malam di luar, ada undangan dari Bumrungrad Hospital sebagai bentuk ucapan terima kasih. Lain kali saja, ya. Tolong sampaikan permintaan maafku karena nggak bisa hadir.”

Krist dapat mendengar dengan jelas jika Singto menghembuskan napasnya. Ia tahu jika pria itu mungkin kecewa sebab menolak ajakannya.

“Pulangnya jam berapa, Bee? Aku jemput, ya?”

“Nggak usah, P’ Sing. Arah kita kan berlawanan. Aku nggak mau kamu nantinya jadi bolak-balik jauh, apalagi malam-malam begini. Aku bisa pulang sendiri, kok. Udah dulu, ya? Bye. God bless.”

Yeah, You too.”

Baru saja Krist akan menutup panggilannya, suara Singto yang memanggil namanya, membuat pria itu kembali menempelkan ponsel ke telinganya.

“Iya, ada apa P’ Sing?”

Ada banyak waktu jeda sesaat setelah Singto kembali menghembuskan napasnya pelan. Pria itu seperti ragu untuk mengucapkan kalimatnya. Tepat setelah Krist mengatakan akan segera menutup panggilan, Singto akhirnya bersuara.

“Hati-hati disana. Jangan pulang terlalu malam. I love you, Bee.”

Krist tak langsung membalas ucapan tersebut. Dirinya lalu membuang napas pelan sebelum kemudian menekan tombol merah di layar ponsel miliknya. Tatapannya kemudian menerawang ke arah luar. Pada gelapnya langit malam yang tidak dihiasi satu bintang pun. Bahkan bulan sendiri enggan untuk menampakkan dirinya.

Mungkin bagi semua orang, Pernikahannya dengan pengusaha muda nan kaya raya itu seperti halnya dongeng yang sering dibaca. Bahwa kebahagaiaan selalu menyelimuti baik Singto maupun dirinya sendiri.

Padahal kenyataannya, pernikahan itu nampak hanya baik-baik saja dari segi luarnya. Seperi halnya cangkang yang indah, tapi kosong isinya.

Keduanya sudah bersepakat untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa bahkan di depan keluarga mereka sendiri. Krist tidak ingin keluarganya menjadi terbebani akan masalahnya, terutama Kakek Ming yang memang memiliki riwayat penyakit jantung. Pria itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menerima semuanya seakan-akan itu hanyalah kerikil kecil yang bisa dihilangkan sekali tiup saja.

Walaupun pada akhirnya, baik Krist maupun Singto tetap tidak bisa menutupi ada batas tak kasatmata yang secara tidak langsung membentangkan jarak di antara keduanya.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang