Tirai Ketujuh Puluh Dua

1.2K 131 191
                                    

Bentuk kesetiaan yang paling melelahkan adalah:Tetap bertahan walaupun tak ada kepastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentuk kesetiaan yang paling melelahkan adalah:
Tetap bertahan walaupun tak ada kepastian.
---Krist---






















***Di Balik Tirai Pengantin***























“Oke, baiklah. Bisa tolong awasi dia dulu sampai aku datang? Jangan kasih dia pergi kemana-mana dulu. Terima kasih.”

Sebenarnya, apa sih pernikahan itu? Apakah hanya sebuah padang waktu yang meluruh dalam panggung sandiwara? Karena sejauh yang dilihat oleh Krist, pernikahannya sendiri penuh dengan kepura-puraan. Dia mulai muak dengan pernikahan yang dijalaninya kini. Karena di panggung sandiwara yang diciptakannya, Singto justru malah selalu memberinya rasa kecewa.

Membuat dirinya tak ubahnya seperti burung Kasuari yang selalu menangisi nasibnya yang malang. Menangisi takdir yang mempermainkannya dan seakan tidak dianggap sebagai kawanan burung, karena selalu ditipu bahwa dirinya tidak akan pernah bisa terbang. Merasakan sakit dalam tawa yang semakin lama menggemakan berbagai ornamen luka.

See?” Aom tersenyum. Merasa menang karena dugannya ternyata benar tepat sasaran.

Krist hanya menatap Aom dengan tenang. Seolah apa yang baru saja didengarnya barusan tidak memiliki pengaruh apapun kepadanya. Dia tahu, ucapan angkuhnya beberapa menit yang lalu tidak akan mungkin bergulir mundur. Kenangan-kenangan yang dia yakini akan menjadi tameng terkuatnya, justru hanya menjadi bayang-bayang dalam ingatan.

Kala pikiran membahasanya melalui ekspresi yang ingin dikeluarkannya, maka yang didapat hanyalah hati yang semakin meretak. Krist tidak butuh larut dalam bernostalgia untuk menghitung seberapa banyak tangisnya akan memecah kesakitan. Yang dilakukannya hanya kembali bersandiwara untuk menciptakan senyuman, agar tidak kalah dalam pertarungan yang tersaji di hadapannya ini. Sejauh apapun jalan setapak penuh duri yang akan dia lalui nanti, sebanyak itu goresan skenario penoyak batin akan dia jamah pada akhirnya.

Intinya, Krist tidak akan menampakkan rasa kekalahan itu untuk wanita tidak tahu malu yang kini tengah mengumandangkan genderang kemenangannya.

“Kalau begitu, aku harus pergi pamit dulu. Setidaknya, aku memerlukan sedikit aroma alkohol saat Singto datang nanti. Agar dia semakin percaya pada apa yang baru saja pelayan tadi katakan,” ujar Aom puas saat melihat Krist yang masih terdiam di tempatnya. Jika tadi wanita itu yang tidak bisa membalas, kini keadaan menjadi semakin terbalik.

“Sebenarnya, bukan ini yang aku mau, Krist. Tapi semua omongan kamu barusan yang membuat egoku semakin menang dan menunjukkan taringnya untuk melawan.”

Setetes air mata Krist kemudian turun saat Aom sudah berbalik meninggalkannya untuk pergi entah kemana.

My Baby Hubby: kamu belum otw ke restoran kan, Bee?

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang