Tirai Ke Empat Puluh Dua

1.5K 171 137
                                    

Tenang, menyayangimu aku masih cukup kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenang, menyayangimu aku masih cukup kuat. Karena patah hati ini belumlah terlalu hebat. Silahkan coba patahkan lagi. Aku masih setia menunggumu di sini. Di tempat yang sama. Pada saat kamu menghujamkan luka.
---Krist---


















***Di Balik Tirai Pengantin***



















Sudah tiga hari Singto tidak bisa dihubungi, membuat Krist agak panik. Sebenarnya sejak siang tadi, pria itu sudah sampai di bandara. Jika biasanya Singto akan mengoceh tiada henti dengan menelponnya setiap lima menit untuk menanyakan dimana Krist berada, maka keadaannya sedikit lain. Singto tidak mengabarinya sama sekali. Karena itu dia memilih pulang daripada termenung seperti orang hilang di bandara. Sejujurnya, Krist merasa sedikit aneh dengan tingkah Singto beberapa hari ini. Tidak ada telepon iseng dengan gombalan receh ala-ala pria itu timbul di layar ponselnya. Krist bukanlah tipe yang menuntut dan posesif terhadap pasangan, toh mereka berdua juga sesekali bertukar pesan ditambah Singto yang mengatakan kepadanya sesampainya di Hongkong waktu itu, jadwal pria itu sangatlah padat.

Meski begitu, sesibuk apapun Singto, pria itu masih tetap meluangkan waktu untuk menelponnya.

“Hallo, P’ Jane?”

“Iya, Krist, ada apa? Aku baru aja sampai di rumah, nih.”

Krist memandang heran, kalau Jane sendiri sudah ada di Thailand, kenapa sampai sekarang Singto belum juga pulang ke rumah? “Ini..... P’ Singto kok belum pulang, ya? Bukannya hari ini dia udah ada di Thailand?”

“Oh... Itu... Singto... Dia....” Ada jeda cukup lama sebelum Jane, dan entah kenapa Krist semakin yakin ada yang disembunyikan oleh pria itu. “Dia balik ke Beijing, Krist. Makanya dia nggak ikut aku pulang ke Thailand.”

“Balik ke Beijing? Emangnya ada apa, P’?” Krist kembali terdiam mendengar balasan dari Jane. Walaupun dengan sedikit berat hati, pria itu mau tak mau harus menerima jawaban tersebut. “Oh... Iya, P’. Terima kasih ya, P’. Maaf karena telah mengganggu waktunya.”

Usai menutup panggilan tersebut, Krist membuang napasnya pelan. Kenapa Singto kembali lagi ke Beijing tapi tidak memberi tahunya? Sepenting itukah sampai lupa memberi kabar?

Saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 sore, Krist pun memutuskan kembali ke mobilnya. Sudah dua jam lebih dia menunggu dengan hasil yang sia-sia. Meskipun sedikit kesal, pria itu tetap berpikiran positif akan suaminya tersebut. mungkin saja ada urusan penting yang memang harus diselesaikan oleh Singto dan ponsel pria itu kehabisan baterai sehingga tidak bisa memberitahunya.

Setidaknya, itulah yang jadi pedomannya dalam menenangkan diri.



*****DBTP*****



Keesokan paginya, Krist bangun lalu langsung mengecek ponselnya. Berhadap ada panggilan tak terjawab dari Singto atau pesan singkat dari suaminya tersebut. Apapun bentuknya itu asalkan Krist tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu. Saat melihat tidak ada sama sekali, Krist hanya membuang napasnya kecewa. Dirinya lalu bangkit dari tidurnya sambil merutuk dalam hati.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang